Salah satu tujuan utama ‘ngaji’ adalah memelihara kualitas keturunan kita. Mengajarkan putra putri kita kelak sebagaimana yg dilakukan bapak ibu, juga kakek nenek kita terhadap bapak ibu kita, begitu seterusnya. Jangan sampai kemalasan kita menghentikan perjuangan mereka memelihara dzurriyah yg sholihin wa sholihaat. mempeng o.
Ilmu merupakan aset penting bagi manusia. Ilmu mampu mengantarkan kita kepada jalan yang benar, dan menyelamatkan dari kesesatan. Menerangi perjalanan hidup kita di dunia, maupun di akhirat. Tidak akan sempurna iman dan amal seseorang jika tidak menjadikan ilmu sebagai sebuah keutamaan.
Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam. Entah itu anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua. Tak jarang, Allah menegaskan di dalam al-Qur'an akan keutamaan menyelam ilmu se-dalam mungkin. Ilmu Allah luas, dan tidak terbatas. Dengan ilmu, manusia akan mampu menyelam ilmu al-Qur’an yang begitu luas. Maha Besar Allah atas keluasan ilmu-Nya.
Mengenai keutamaan ilmu, dalam kitab Adabul ‘Alim wa Muta’allim, terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal, berbunyi:
تَعَلَّمُوْا الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ حَسَنَةٌ وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيْحٌ وَالْبَحْثُ عَنْهُ جِهَادٌ وَبَذْلُهُ قُرْبَةٌ وَتَعْلِيْمَهُ لِمَنْ لَا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ
“Belajarlah ilmu, sesungguhnya mempelajari ilmu adalah suatu kebaikan, mencari ilmu adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membahas suatu ilmu adalah jihad, bersungguh-sungguh terhadap ilmu adalah pengorbanan, mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak memiliki pengatahuan adalah sedekah”
Ngaji, Istilah Pesantren dalam Menuntut Ilmu Agama
Dalam dunia pesantren, tak asing terdengar istilah ‘ngaji’ di telinga para santri. Makna ngaji tidak hanya tentang mengaji bacaan al-Qur'an. Namun mempelajari ilmu-ilmu al-Qur'an melalui ijma' ulama dalam kitab-kitab salafus salih, atau biasa disebut dengan kitab kuning, dengan berbagai fan ilmu. Ada ilmu fiqih, akidah, akhlak, tauhid, tasawuf, balaghah, faraid, tafsir, dan beberapa fan lainnya. Jika dalam al-Qur’an masih global dan tercampur-baur pembahasannya, maka melalui kitab kuning-lah, kita dengan mudah mempelajari ilmu al-Qur’an.
Ngaji atau belajar ilmu agama, diperlukan sanad keilmuan yang jelas. Artinya, kita perlu mengunduh ilmu dari sumber yang jelas sanad keilmuannya hingga Rasulullah ﷺ. Kenapa harus seperti itu? Begini, al-Qur’an memang salah satu pedoman hidup kita. Namun, kita tidak dapat memahaminya dengan akal kita sendiri. Rasulullah ﷺ mengajarkan isi al-Qur’an kepada sahabat, dilanjutkan kepada para tabi’in, tabi’ tabi’in, kemudian terus hingga para ulama. Nah, itu yang dinamakan dengan sanad yang jelas. Jika sanad keilmuan jelas, maka tidak diragukan lagi keabsahan ilmu yang kita peroleh.
Apa yang Kita Dapatkan Melalui Ngaji?
Berbicara mengenai ngaji, rupanya terkesan biasa dan kuno. Jangan salah, ngaji tidak bisa dianggap remeh. Belajar ilmu agama hukumnya wajib ‘ain, artinya, kewajiban ditujukan kepada masing-masing individu tidak terkecuali. Berbeda lagi dengan ilmu umum, hukumnya fadhu kifayah, yang mana menjadi gugur kewajibannya jika ada seorang dalam suatu wilayah kita yang telah memenuhinya.
Sejatinya, kita hidup di dunia untuk mencari bekal berupa amal. Maka dalam pengupayaan amal tersebut, diperlukan ilmu agama sebagai pegangan. Contoh kecilnya, dalam sholat, apa saja syarat wajib dan syarat sah sholat? Apa saja kesunahan sholat supaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas ibadah kita? Apa saja yang dapat membatalkan sholat supaya dapat dihindari? Itu masih berbicara tentang sholat, ya. Yang mana amal tersebut dilakukan lima kali dalam setiap harinya. Belum lagi amal-amal lainnya yang begitu banyaknya.
Dengan demikian, ngaji adalah suatu hal yang amat penting kita lakukan untuk meningkatkan kualitas amal kita di dunia sebagai bekal di akhirat kelak, Seperti dhawuh-nya Imam al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad, “Amal tanpa ilmu adalah hal yang sia-sia.” Ibaratnya orang yang memasak, tapi tidak punya ilmu memasak, baik resepnya maupun caranya, maka hasilnya akan sia-sia.
Menciptakan dan Memelihara Kualitas Keturunan Melalui ‘Ngaji’
Menjaga keturunan agar tetap berkualitas, atau bahkan dimulai dengan menciptakan, tidak dengan melalui harta ataupun tahta. Ilmu dari orang tua menjadi peran paling utama dalam pendidikan anak, baik karakter, moral, ibadah, dan lain-lain. Jika anak tumbuh dengan balutan ilmu orang tua, maka insyaallah akan menjadi pribadi yang berkualitas dari segi agama. Menimang anak sambil sholawatan, menyisir rambut anak sambil dzikiran, menyusui anak sambil nderes, syahdu, bukan?
Sebelum menjadi madrasah bagi anak-anak kelak, kita perlu meningkatkan kualitas keilmuan. Posisi ilmu agama menjadi nomor satu, nomor dua baru ilmu fardhu kifayah lainnya. Masa muda adalah masa emas untuk menggali ilmu sebanyak mungkin. Sebab salah satu tujuan utama ngaji adalah memelihara kualitas keturunan kita. Mengajarkan putra putri kita kelak sebagaimana yg dilakukan bapak ibu, juga kakek nenek kita terhadap bapak ibu kita, begitu seterusnya. Jangan sampai kemalasan kita menghentikan perjuangan mereka memelihara dzurriyah yg sholihin wa sholihaat.
Maka bersungguh-sungguhlah dalam tholabul ilmi, menepis segala bentuk kemalasan. Bahwa sesungguhnya ngaji tidak hanya untuk diri kita sendiri, namun juga untuk keturunan kelak. Wallahu a’lamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H