Nah, tulisan ini
Untuk aku, kamu dan kita,
Yang sering diteror dengan tanya
"Kapan nikah?"
"Kapan punya suami?"
"Kapan punya tambatan hati?"
"Undangan nya ditunggu!"
Kesiapan itu bukan diukur oleh waktu (usia),
Tetapi diukur dari apakah kamu sudah terbebas dari luka masa lalu?Â
Luka disini bukan tentang orang yang mengukir kenangan dan tak bisa terlupakan. Tetapi ini terkait diri yang mengharap sesuatu dari orang lain, karena dirinya belum bisa mewujudkan itu. Sejatinya pernikahan bukan untuk pelarian, pernikahan bukan untuk uwuw-uwuwan, membayangkan menikah itu sesuatu yang indah, owo tentu saja ada lika-likunya.Â
Kepala satu saja sudah mumet rasanya wkwkwk, apalagi kepala dua dengan karakter dan kebiasaan yang berbeda, dengan intensitas pertemuan yang lebih lama tiap harinya dan tak bisa menghindar tentunya.Â
Masalah bermunculan tatkala si dia diluar dugaan, bagaimana problema bermunculan tatkala atmosfer kekeluargaan tak sejalan, akan ada banyak bumbu-bumbu kehidupan sebagai pelengkap cerita nantinya.
Untuk itu yang dipersiapkan bukan hanya sebuah pertanyaan "Kiranya jodoh ku nanti siapa yah?" tetapi harus berlandaskan visi dan misi yang sejalan, siapkan juga bekal ilmu pengetahuan, psikologi pernikahan, pemahaman serta pemenuhan hak dan kewajiban serta hal lainnya. Meskipun nantinya teori tak melulu dipakai dilapangan setidaknya kita sudah punya pondasi dan rancangan dalam sebuah pelayaran yang bernama pernikahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H