Mohon tunggu...
Fath Wiladisastra
Fath Wiladisastra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Majalengka

Pelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Mana Kita Berasal?

26 Juni 2022   09:25 Diperbarui: 26 Juni 2022   09:50 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang menciptakan kita? Cing emut ka purwadaksi tong hilap kapurwadaksi Urang teh asal timana? Rek mulang, mulang kamana? 

Potongan lirik lagu "ukur titipan" cip. Oon B, yang dalam bahas Indonesia kurang lebih berarti seperti ini " Bahwa kita harus ingat dan jangan sampai melupakan asal kita dari mana dan kemana kita akan kembali." Pokonya lagu-lagu kang Oon B. tidak hanya sebagai hiburan saja tetapi jika ditelisik masyaalloh maknanya begitu dalam.

Jadi siapa yang menciptakan kita?Allah.

Bagaimana kita diciptakan? Jelas, sudah disebutakan dalam Al-Qur'an salah satu surat yang menjelaskan proses penciptaan manusia ialah surat Al mu'minun ayat 12-14: 

12. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah.

13. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

14. Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.

Masyalalloh, Itulah kekuasaan Allah, bagaimana Sari Pati tanah mengalami sebuah proses hingga menjadi bayi ditempat yang rapuh yaitu rahim, bagaimana seorang makhluk bisa hidup di dalam perut orang yang kelak akan menjadi ibunya sungguh keletihan selalu menyapanya, belum lagi ujian-ujian yang lain dimana tiap ibu berbeda gejalannya, namun setiap proses selalu dinikmati disyukuri bahkan dinanti hingga sang bayi selamat lahir ke dunia. Belum lagi pengorbanan ketika membesarkan anaknya, tatkala harus terbangun ditengah malam untuk memberi asi, mengganti popoknya, menanggung kehidupannya, memberikan pengajaran pertama, mendidik akhlaqnya, mencari guru terbaik untuknya.

Pernahkan teman-teman membaca sejarah perempuan sebelum masa Islam? Bagaimana peradaban Yunani, Romawi, India, serta Eropa ketika memasuki fase kebangkitan, Arab sebelum islam memperlakukan wanita kala itu.

Yunani dan Romawi yang dimana semua istilah-istilah nya sudah akrab di telinga kita bahkan saya rasa dalam semua mata pelajaran pasti ada kalimat " kata ... berasal dari bahasa Yunani yang berarti ..." mirisnya bangsa yang dikenal sebagai pusat peradaban di Eropa ini dulunya, memperlakukan wanita hanya sebatas untuk kepuasan seksual saja bahkan bisa digilir, hingga cerita mitologi yang tidak puas dengan satu wanita hingga terjadi penyimpangan seksual, naudzubillah himindzalik (saya dulu suka nonton film mitologi dan awal kuliah suka baca cerita mitologi, namun fokusnya lebih ke action dan perangnya, jujurly baru nyadar sekarang-sekatang ini kisah cinta rumit dari para tokohnya dan ah sudahlah), serta mengganggap wanita itu budak yang bebas diperjual belikan. Di India dulu, jika suami meninggal istri harus ikut dikubur hidup-hidup. Jika membaca sejarah dunia cobalqh perhatikan dimana posisi wanita kala itu? 

Kemudian sebelum Islam datang, di Arab kita kenal dengan istilah masa jahiliyah atau kebodohan, bukan orang-orangnya bodoh tapi akhlaqnya adabnya hatinya tertutup dengan hawa nafsu dimana salah satunya mengganggap perempuan itu lemah bahkan Umar bin Khattab sebelum masuk Islampun pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya, dan setelah masuk Islam tentu Umar memohon ampunan kepada Allah. 

Kemudian pada masa Rasulullah SAW, semua kodzoliman pada masa jahiliyah dihapuskan, Rasul mengangkat derajat perempuan tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki- laki Dimata Allah kecuali ketaqwaan, pahala yang diberikanpun sama namun proses ada yang berbeda tentunya sesuai fitrah sebagai perempuan atau fitrah sebagai laki-laki. Perempuan boleh menuntut ilmu, perempuan mendapatkan hak waris juga yang tentunya sesuai ketentuannya, serta hal lainnya. Bahkan wilayah Eropa yang pada masa itu masuk ke dalam wilayah Islam, meskipun perempuannya belum masuk agama Islam namun turut merasakan hak-hak nya sebagai manusia dan perempuan padahal disebagian negara Eropa yang tdk masuk dalam wilayah kekuasaan Islam perempuan masih merasakan kedzoliman tersebut.

Alhamdulillah bisa menjadi umat Rasulullah, bisa mengetahui bagimana perjuangannya merubah paradigma yang dzolim tersebut. Subhanalloh miris yah, tak terbayang ketika kita lahir sebelum masa Islam.

Selain itu anugrah terbesar ialah Islam, kenapa Islam ?

Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi” (H.R. Muslim).

Alhamdulillah kita bisa merasakan nikmat terbesar ini, keamanan ketika beribadah dan ujian2 yang mungkin belum ada apa-apanya dibandingkan sudara kita yang mualaf dimana tidak semua anggota keluarga nya menerima begitu saja keputusannya, ada yang disiksa sedemikian rupa agar kembali kepada agamannya yang terdahulu serta hal-hal lainnya, namun justru karena perjalanan spiritual, keimanan mereka serta kekaffahan dalam menerapkan syariat Islam bisa jadi lebih kokoh dari pada kita yang sudah Islam dari lahir. Semoga setiap hari kita senantiasa bersyukur, senantiasa tafakkur akan nikmat Allah sehingga semakin bertambah keimanan semakin berkurang keraguan kita, semakin yakin menerapkan syariat Islam tentunya berlandaskan Lillahi ta'ala, aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun