Mohon tunggu...
Fath Wiladisastra
Fath Wiladisastra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Majalengka

Pelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melestarikan Kearifan Budaya Lokal serta Mengaplikasikan Nilai-nilai Penanaman Karakter dalam Kehidupan Sehari-hari

17 Juni 2022   11:20 Diperbarui: 24 Juni 2022   09:48 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidik dan seniman memiliki kesamaaan yaitu berperan melukis, mengukir, membentuk, menjadikan sebuah karya yang berawal dari sebuah objek. Dimana, sebelumnya tentu telah mempersiapkan alat serta bahan yang diperlukan sesuai dengan tema yang diinginkan. Perbedaannya terletak pada objek, alat dan bahan yang digunakan, treatment (cara) yang diaplikasikan serta hasil akhir.  

Jika seniman memerlukan kanvas, kayu, batu, tanah liat ataupun bahan-bahan lain sebagai objeknya, pendiidk memerlukan peserta didik yang berperan sebagai objek. Kemudian alat dan  bahan yang digunakan dalam proses membuat karya seni ialah cat, kuas, palet, alat ukir kayu, alat potong, meja putar, kawat, dan lain-lain,  sedangkan alat dan bahan yang diperlukan untuk proses pembelajaran yaitu silabus, RPP, serta media pembelajaran. 

Kemudian treatment (cara) atau cara yang digunakan atau diterapkan kepada objek tentu berbeda sesuai dengan prosedurnya masing-masing, namun disini memiliki kesamaan yaitu seniman dan pendiidk harus memberikan nilai kasih sayang, meluapkan seluruh perhatian, memusatkan fikiran pada objek serta mengesampingkan problematika yang dapat mempengaruhi proses, terutama untuk detail yang rumit bagi seniman serta heterogenitas peserta didik yang dihadapi pendidik di kelas.  

Salah satu faktor yang mendorong suksesnya kegiatan belajar mengajar (KBM) ialah media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang menarik tentu mendorong rasa ingin tahu peserta didik, membuat pembelajaran menjadi menarik sehingga berkesan dan memunculkan semangat untuk aktif mengikuti pembelajaran. 

Sebagai pendidik, tentu harus mempertimbangkan dan mempersiapkan media pembelajaran untuk di kelas, karena perlu adanya pemilihan dan pertimbangan apakah media pelajaran tersebut sesuai dengan materi ajar ataukah tidak. 

Materi ajar dalam bahasa Indonesia ialah berbasis teks, salah satu teks dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia ada yang bertajuk sastra. Tentu treatment (cara) yang diberikan antara teks prosedur, teks negosiasi, teks debat akan berbeda dengan teks yang bertajuk sastra. Salah satu teks yang bertajuk sastra ialah puisi dan prosa.

Media pembelajaran dalam sastra harus berkaitan dengan materi ajar berupa puisi dan prosa.  Sebagai pendidik kita bisa memilih media pembelajaran yang menarik karena mengajar adalah seni; seni menyampaikan pesan dan media pembelajaran ialah pelantara atau alat yang diguankan untuk membuat sebuah karya, kemudian peserta didik adalah objek atau hasil karya. Tentu dalam memilih alat untuk membuat karya harus disesuaikan dengan tema atau indikator pembelajarannnya. 

Misalnya dalam pembelajaran dalam sastra kita bisa menggunakan novel, cerpen yang kita dapat diluar buku paket ataupun kita bisa mendapatkannya dari platform online yang mana penyajian di dalam kelasnyapun bisa langsung kita proyeksiakan mengguankan salindia (power point) dengan bantuan infocus, disamping hal tersebut kita bisa mengajak peserta didik untuk mengunjungi langsung ke perpustakaan sekolah ataupun daerah sehingga pembelajaran tidak hanya di dalam kelas namun bisa di luar kelas, disamping untuk mengenalkan media pembelajaran juga melukiskan suasana baru dalam pembelajaran, sehingga peserta didik tidak jenuh karena terlalu monoton belajar di dalam kelas.

Mengajar sekali lagi saya analogikan seperti seni, seni menemukan, seni memperoleh serta seni menyampaikan, semuannya satu kesatuan yang harus padu agar mendapatkan hasil pembelajaran yang efektif sesuai dengan indikator capian kompetensi. 

Sehingga hasil akhir dari pembelajaran bukan hanya pemahaman untuk memenuhi kebutuhan nilai, ataupun sekedar untuk mendapatkan nilai terbaik saat  ujian, melainkan  dapat merealisasikan atau menerapkan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring dengan perkembangan teknologi, media publikasi untuk meningkatkan produktifitas sastrawan dalam menghasilkan karya berkembang dengan pesat . Sastra masa kini, telah lahir dalam berbagai bentuk yang bisa diakses melalui gawai (android).  

Baik sastra yang berupa tulisan yang tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, melainkan dalam berbagai platfom online seperti Wattpad, Fizzo, Draeme, Storial.Co, Novelme, Good Novel, Webnovel, Innovel, dan lain-lain. 

Sastra yang  berbentuk siniar (podcast) yang bisa kita akses di aplikasi Sportifay, Noice, Anchor, maupun Youtube Podcast. serta  karya sastra yang sudah diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film, seperti  film Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El-Shirazy,  Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, perahu kertas karya Dee Lestari, Hafalan Sholat Delisha karya Tere Liye , Negri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, 99 Cahaya Dilangit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, 5 cm Karya Donny Dhirgantoro , Mariposa karya Luluk Hidayatul Fajriyah, Dillan  karya Pidi Baiq, Imperfact karya Meira Anastasya, Dear Nathan karya Erisca Febriani, serta masih banyak yang lainnya. Sebagai pendidik kita bisa memanfaatkan kemudahan akses serta ketersediaan aplikasi tersebut sebagai media pembelajaran dalam sastra.  

Penyampaian materi ajar yang berbasis sastra bermanfaat untuk melestarikan nilai-nilai kearifan budaya lokal, dengan mengangkat karya sastra yang dibuat oleh para pengarang lokal, Sehingga selain kita mengajar sesuai indikator kompetensi, kita juga mengemas pelestarian budaya ke dalam pembelajaran. 

Sehingga minat peserta didik terhadap sastra bisa meningkat dan diharapkan peserta didik bisa mengambil pelajaran yang terkandung dalam sastra hingga hasil akhir dari sebuah pembelajaran ialah capaian berupa pengaplikasian nilai-nilai karakter yang terkandung dalam sastra di dalam kehidupannya.

Selain sastra lokal yang kontemporer, pendidik bisa juga menyajikan sastra zaman balai pustaka (angkatan ‘20),  zaman pujangga baru (angkatan ‘30), zaman Jepang, zaman angkatan 45’, zaman angkatan ’66. 

Untuk memberikan pengalaman baru terhadap mereka yang mungkin belum tahu mengenai sejarah perkembangan sastra di Indonesia, dimana sastra ternyata memiliki pengaruh terhadap pergerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, disamping itu sastra juga lah yang mematik semangat persatuan, serta sebagai alat komunikasi antar pejuang. 

Sehingga diharapkan mereka bisa membuat tulisan yang memiliki nyawa atau dalam artian tulisan yang tidak hanya dikerjakan untuk memenuhi tugas belaka, namun tulisan yang memiliki makna, tulisan yang menggugah hati pembaca sehingga para pembacapun bisa ikut serta ke dalam tulisannya serta mengetahui amanat yang disampaikan penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun