Baik sastra yang berupa tulisan yang tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, melainkan dalam berbagai platfom online seperti Wattpad, Fizzo, Draeme, Storial.Co, Novelme, Good Novel, Webnovel, Innovel, dan lain-lain.Â
Sastra yang  berbentuk siniar (podcast) yang bisa kita akses di aplikasi Sportifay, Noice, Anchor, maupun Youtube Podcast. serta  karya sastra yang sudah diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film, seperti  film Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El-Shirazy,  Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, perahu kertas karya Dee Lestari, Hafalan Sholat Delisha karya Tere Liye , Negri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, 99 Cahaya Dilangit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, 5 cm Karya Donny Dhirgantoro , Mariposa karya Luluk Hidayatul Fajriyah, Dillan  karya Pidi Baiq, Imperfact karya Meira Anastasya, Dear Nathan karya Erisca Febriani, serta masih banyak yang lainnya. Sebagai pendidik kita bisa memanfaatkan kemudahan akses serta ketersediaan aplikasi tersebut sebagai media pembelajaran dalam sastra. Â
Penyampaian materi ajar yang berbasis sastra bermanfaat untuk melestarikan nilai-nilai kearifan budaya lokal, dengan mengangkat karya sastra yang dibuat oleh para pengarang lokal, Sehingga selain kita mengajar sesuai indikator kompetensi, kita juga mengemas pelestarian budaya ke dalam pembelajaran.Â
Sehingga minat peserta didik terhadap sastra bisa meningkat dan diharapkan peserta didik bisa mengambil pelajaran yang terkandung dalam sastra hingga hasil akhir dari sebuah pembelajaran ialah capaian berupa pengaplikasian nilai-nilai karakter yang terkandung dalam sastra di dalam kehidupannya.
Selain sastra lokal yang kontemporer, pendidik bisa juga menyajikan sastra zaman balai pustaka (angkatan ‘20),  zaman pujangga baru (angkatan ‘30), zaman Jepang, zaman angkatan 45’, zaman angkatan ’66.Â
Untuk memberikan pengalaman baru terhadap mereka yang mungkin belum tahu mengenai sejarah perkembangan sastra di Indonesia, dimana sastra ternyata memiliki pengaruh terhadap pergerakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, disamping itu sastra juga lah yang mematik semangat persatuan, serta sebagai alat komunikasi antar pejuang.Â
Sehingga diharapkan mereka bisa membuat tulisan yang memiliki nyawa atau dalam artian tulisan yang tidak hanya dikerjakan untuk memenuhi tugas belaka, namun tulisan yang memiliki makna, tulisan yang menggugah hati pembaca sehingga para pembacapun bisa ikut serta ke dalam tulisannya serta mengetahui amanat yang disampaikan penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H