Mohon tunggu...
Fathuzahroh
Fathuzahroh Mohon Tunggu... Buruh - EXIM Staff

Solo traveler, bibliophile, tertarik dalam isu lingkungan dan keadilan gender, serta berminat dalam kajian dimensi sosial teknologi, pembaca sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Patriarki dan Keadilan Gender

8 Maret 2019   17:07 Diperbarui: 8 Maret 2019   17:12 3890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.spectrumtransformation.com/

Beberapa waktu yang lalu saat saya mengikuti kelas sosiologi keluarga, saya bertanya pada dosen saya "bagaimana mengatasi permasalahan ketidakadilan gender dalam rumah tangga akibat penyimpangan budaya patriarki?"

Budaya Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti dalam sebuah lembaga sosial, seperti keluarga.

Dominasi laki-laki terhadap perempuan menurut saya bukan sebuah ancaman bagi eksistensi perempuan di dalam masyarakat, namun dominasi ini menjadi sebuah permasalahan sosial baru ketika terjadi adanya kerugian yg ditimbulkan baik berupa psikis, material maupun fisik terhadap pihak yang di dominasi, yaitu perempuan. Hal tersebut bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dimana banyak terjadi kasus kekerasan dalam rumah tangga yang di sebabkan oleh faktor maskulinitas laki-laki.

Namun apakah kita harus membebankan semua kesalahan tersebut pada laki-laki? Tentu saja tidak, kita harus membuka perspektif kita lebih luas, banyak faktor sosiologis yang melatarbelakangi hal tersebut, di dalam masyarakat kita laki-laki sudah di konstruksikan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan perempuan, fisik mereka lebih kuat sehingga mereka selalu diasosiasikan sebagai manusia yang melindungi perempuan.

Ia berperan menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kehidupan keluarga nya dengan mencari nafkah. Namun karena konstruksi laki-laki ia bisa merasakan stres, depresi karena ia sadar bahwa jika ia mengekspresikan kelemahan nya, maka ia akan kehilangan kewibawaan nya di depan masyarakat atau keluarga nya, saat ia memiliki kesulitan dalam pekerjaannya, namun ia dituntut untuk bertanggung jawab memberikan nafkah pada keluarga ia akan merasakan beban ganda. 

Kenapa demikian? Lagi-lagi adalah karena masyarakat kita yang masih sangat patriarkal, patriarki jika implementasi dan praktek nya tidak tepat maka bukan hanya merugikan perempuan, namun juga pihak laki-laki, perlu kiranya kita sebagai makhluk sosial membuka ruang dialogis dan saling terbuka, egaliter untuk terciptanya suatu kondisi yang harmonis.

Daftar Pustaka 

Wikipedia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun