Mohon tunggu...
Fathuzahroh
Fathuzahroh Mohon Tunggu... Buruh - EXIM Staff

Solo traveler, bibliophile, tertarik dalam isu lingkungan dan keadilan gender, serta berminat dalam kajian dimensi sosial teknologi, pembaca sastra.

Selanjutnya

Tutup

Film featured

Refleksi: Kembali Memaknai Esensi Cinta dari Kisah Dilan dan Milea

6 Maret 2019   14:38 Diperbarui: 15 Februari 2020   15:24 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
intagram.com/dilanku

Dilan dan Milea, ya mendadak kedua tokoh fiksi dari novel karya Pidi Baiq ini menjadi sangat terkenal karena kisah romansa mereka, sebuah kisah yang menggambarkan relasi dalam persahabatan, orang tua, lingkungan sekitar dan kisah romansa yang menceritakan masa-masa SMA yang penuh dengan mimpi, harapan dan semangat.

Di adaptasi dari novel dengan judul yang sama yaitu Dilan 1990: Dia adalah dilanku tahun 1990 yang pertama kali terbit pada tahun 2014 dan empat tahun setelah buku tersebut Falcon Pictures, Max Pictures dan Maxima Pictures memproduksi film Dilan 1990, dan cerita Dilan dan Milea masih berlanjut dalam buku Dilan bagian kedua: Dia adalah Dilanku tahun 1991 yang terbit di tahun 2015, dengan perusahaan produksi yang sama membuat sekuel kedua dari film sebelumnya yang telah di tayangkan pada 28 Februari 2019 kemarin dan berhasil memecahkan  rekor box office karena memperoleh 800.000 penonton pada hari pertamanya, para penggemar trilogi Dilan Milea pasti sudah tahu bahwa masih ada satu novel lagi yang menjadi pamungkas dari kisah Dilan dan Milea yaitu Milea: Suara dari Dilan.

Saya pertama kali membaca kisah Dilan dan Milea pada tahun 2016 yang lalu, dengan gaya bahasa yang ringan saya hanya membutuhkan waktu tujuh hari untuk membaca ketiga buku tersebut, menurut saya alur ceritanya sangat tidak terduga sehingga membuat saya selalu penasaran dan ingin menyelesaikan cerita, bukan hanya itu, beragam emosi saya serasa di aduk-aduk, mulai dari tertawa, ikut tersipu, hingga menangis tersedu.

Kenapa kita harus melakukan refleksi pada diri kita tentang esensi cinta melalui kisah Dilan dan Milea?, sadar atau tidak banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Dilan dan Milea, tentu saja setiap dari kita memiliki pendapat yang berbeda dan penyerapan nilai dan pesan moral yang berbeda, namun tanpa bermaksud memaksakan pendapat saya tentang sudut pandang esensi cinta dari film ini, saya hanya mencoba memantik cara pandang kita terhadap memaknai cinta.

Genre yang Timeless
Masa SMA adalah masa dimana kita berada pada tahap perkembangan menjadi remaja yang merupakan fase kita meninggalkan masa kanak-kanak dan menuju masa dewasa, dalam fase ini kita mulai mencari jati diri, passion, mimpi dan membentuk suatu jaringan relasi yang lebih luas.

Dilan dengan karakter sebagai anak geng motor yang hormat pada orang tua, menyukai sastra dan tidak tahan melihat ketidakadilan, sangat berbeda dengan karakter Milea yang merupakan sosok perempuan yang memiliki karakter feminin, kedua tokoh ini juga berasal dari keluarga yang harmonis, terlihat dari penggambaran cerita kedekatan antar tokoh dengan kedua orang tuanya.

Kenapa dikatakan bahwa film ini timeless?

Hal ini tentu saja karena kita semua pasti pernah mengalami masa tersebut atau akan mengalami fase tersebut bagi para generasi yang lahir tahun 2000an dan mulai memasuki masa remaja. Singkatnya, film ini bisa dinikmati oleh semua kalangan meskipun dalam teknis pemutaran filmnya dikenai batasan usia.

Esensi Cinta dari kisah Dilan dan Milea
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) esensi memiliki arti sebagai suatu hakikat, inti dan hal yang pokok, sedangkan menurut Thomas Aquinas, esensi adalah apanya sesuatu yang terlepas dari persoalan apakah sesuatu itu ada atau tidak. Esensi cinta adalah hakikat atau inti paling pokok dalam cinta dengan kata kerja mencintai. Tak sedikit kisah tragis yang menyertai episode kisah sepasang kekasih, atau hubungan antar relasi dengan subjek yang berbeda lainnya.

Kisah romansa Dilan dan Milea yang terjalin di usia mereka yang masih belia dan harus menghadapi beragam jenis peristiwa yang menuntut mereka untuk membuat keputusan agar tidak saling melukai, setelah kematian akew sahabat dekat Dilan akibat pengeroyokan yang membuat solidaritas dalam kelompok tersebut makin kuat antar anggotanya dan berencana untuk membalas dendam pada kelompok tersebut, namun karena besarnya kekhawatiran Milea dengan aktivitas Dilan dalam geng motor yang bisa mengancam keselamatannya akhirnya membuat Milea memutuskan untuk berpisah dari Dilan meski dengan sangat berat hati.

Mereka berpisah, tak lagi saling berhubungan ataupun bertukar kabar, dalam bab terakhir dalam buku Dilan 1991; Aku Sekarang,  meskipun Milea telah menikah dengan orang lain, ia masih saja mengingat masa dimana ia pernah bahagia ketika bersama Dilan, ia bahagia dengan keluarganya, juga senang memiliki masa lalu bersama Dilan.

Begitupun Dilan, meski ia juga sudah memiliki dunianya sendiri bersama Cika, ia tetap bahagia karena pernah menjadi panglima tempur Milea. Mencintai adalah tentang melindungi, menjaga, dan merawat agar cinta tersebut tetap tumbuh subur (asah, asih, asuh), meleburkan beragam jenis perasaan, argumen, keinginan dan keputusan dalam satu wadah bernama cinta untuk kepentingan bersama. 

Mencintai adalah sebuah perasaan yang dengan sadar menjadi bagian dari diri kita. "aku mencintaimu, biarlah, ini urusanku. Bagaimana engkau kepadaku, terserah, itu urusanmu!"

Kalimat di atas merupakan kutipan dari bagian akhir buku Dilan 1991, hal ini dapat kita lihat bahwa mencintai adalah tentang menghargai setiap keputusan, cukup saling mengetahui bahwa masih saling mencintai dan dengan berbagai pertimbangan yang memang tidak menghendaki untuk terjadinya sebuah persatuan, saya rasa itulah puncak atau esensi cinta, sebab kita tidak bisa memilih pada siapa kita jatuh cinta.

Beberapa waktu yang lalu juga saya telah menyaksikan film Bohemian Rhapsody, yang menceritakan kisah sang legenda musik dunia Freddie Mercury sang vokalis Queen.

Freddie adalah seorang biseksual,  ia beberapa kali berhubungan sesama jenis dengan orang yang berbeda, meskipun demikian ia adalah seorang pecinta yang esensial, ia memiliki sosok kekasih (perempuan) dan teman sejati yang teramat sangat ia cintai bernama Mary Austin, Love Of My Life merupakan lagu yang menggambarkan bagaimana besarnya cinta Freddie pada Mary meski mereka tidak bisa bersama dan mengakhiri hubungan asmara mereka secara fisik, namun hubungan keduanya tetap terjalin baik. Hingga AIDS menjemput kematian sang legenda pada tahun 1991, Mary pun berada di sisinya, dan ia mewariskan kekayaannya untuk Mary.

Serta satu kisah cinta esensial dari para legenda dunia lainnya adalah kisah cinta John Lennon dan Yoko Ono, saat itu keduanya telah memiliki keluarga namun mereka saling jatuh cinta dan memilih untuk hidup bersama.

Yoko Ono memiliki pengaruh yang kuat bagi kehidupan John Lennon, salah satunya adalah ia membuat John Lennon meninggalkan The Beatles yang telah membesarkan namanya dan membuatnya dikenal oleh dunia. Yoko ono berhasil mengubah cara pandang lennon terhadap dunia, perang dan perdamaian, hal ini bisa kita lihat dalam pesan yang ia sampaikan melalui karyanya; Imagine.

Mereka saling meninggalkan keluarganya dan menikah pada 20 Maret 1969 di Gibraltar, dan menjalani bulan madu di Hilton Amsterdam dengan menyebutnya Bed-in for Peace, hingga ajal menjemput John Lennon akibat peristiwa penembakan dirinya yang dilakukan oleh David Chapman pada tahun 1980, Yoko Ono lah yang tetap setia menemaninya, hingga saat ini ia menjalani sisa hidupnya tanpa pengganti John Lennon.

Begitulah kisah para pecinta esensialis, romantis namun tragis, ketika kita berani mencintai pada selain diri kita, Tuhan kita atau darah kita, kita harus siap dengan segala perkembangan yang ada dalam diri kekasih kita, kita harus siap dan menerima perkembangan biologis, psikologis dan spiritualnya dan kita harus selalu siap dengan segala kemungkinan.

Sumber acuan:
Mage, Bryan (2001). The story of Philosophy, Yogyakarta: Kanisius. hlm.60
KBBI Daring
IDN Times

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun