Menurut Prof. Deddy Mulyana, persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rancangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi merupakan inti dalam komunikasi. Jika persepsi tersebut tidak akurat, proses komunikasi yang terjadi bisa kita katakan kurang efektif.
Dalam hal ini, sangat menyebalkan memang jika kita berada di posisi sebagai pemberi pesan atau komunikator. Namun, kita juga tidak dapat langsung menyalahkan si penerima pesan atau lawan bicara kita, karena salah penafsiran itu bisa saja bukan sebuah andaan, melainkan penafsiran yang serius dari apa yang penerima pesan itu pikirkan.
Lalu mengapa hal itu bisa terjadi? Kenapa si penerima pesan bisa salah mengartikan pesan yang kita kasih?
- Perbedaan Pengalaman, Lingkungan, dan Budaya
Setiap manusia memiliki kehidupannya masing-masing. Sudah pasti tidak semua manusia memiliki pengalaman dan lingkungan yang sama dalam menjalani hidup sehari-hari. Walaupun ada kesamaan pengalaman dan lingkungan, setiap manusia pasti ada perbedaan respon atau efek terhadap pengalaman dan lingkungan yang dipunyai tersebut.
Adapun ketika kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar kebudayaan yang berbeda, maka ada beberapa unsur yang memengaruhi proses penafsiran pesan atau persepsi tersebut, seperti kepercayaan, orientasi kegiatan, hingga organisasi sosial.
Sebagai contoh, ada seorang bernama Mawar. Ia biasa tinggal di lingkungan yang sepi dan serba serius dalam menanggapi sesuatu. Suatu hari Mawar pindah ke tempat yang ternyata warganya suka mengadakan pesta seni mingguan. Pentas seni yang dilaksanakan rutin per-minggunya itu telah membuat warga di tempat itu mempunyai kepribadian yang “ramai” dan suka bersenda gurau satu sama lain.
Pada suatu hari, ada pengumuman terkait pesta seni mingguan tersebut. Salah satu warga setempat mengunjungi rumah Mawar untuk mengundangnya ke pentas seni tersebut. Warga setempat tersebut mengajaknya dengan kalimat-kalimat yang biasanya diterima dengan baik dan dianggap ramah oleh mereka. Namun, Mawar yang terbiasa tinggal di lingkungan yang sepi dan merupakan pribadi yang serius dalam menanggapi suatu hal merasa dilecehkan, dan menafsirkan tindakan ajakan warga tersebut menjadi tindakan perundungan terhadap warga yang baru pindah.
Hal tersebut membuat warga setempat yang berkunjung merasa aneh dan terkejut dengan respon Mawar. Niat baik mereka ternyata diartikan berbeda 180 derajat oleh Mawar, padahal sebelumnya tidak pernah ada warga yang mengartikan ajakan tersebut seperti itu.
Dalam contoh kasus ini, kita sebenarnya tidak bisa menyalahkan salah satunya. Mawar dan warga setempat mempunyai perbedaan pengalaman dan lingkungan. Keduanya juga bisa dikatakan sama-sama salah, karena menyamaratakan perlakuan kepada orang yang baru dikenal.
Hal tersebut disebabkan dari banyak hal, seperti kekurangan informasi, culture shock, hingga berprasangka buruk yaitu dengan cara menstrereotipkan berdasarkan persepsi yang dihasilkan.
- Adanya Gangguan
Sebagai makhluk hidup yang menjalani kehidupan di dunia ini pasti akan ada gangguan di setiap aspek kehidupannya. Salah satunya ketika kita berkomunikasi. Dalam model komunikasi yang dipopulerkan oleh Shannon dan Weaver, terdapat beberapa unsur seperti information source/sumber informasi, transmitter/alat, channel/saluran, reciever/penerima, dan destination/sasaran. Adapun terdapat unsur di luarnya yang dinamai dengan istilah noise atau gangguan. Noise ini adalah segala macam bentuk gangguan yang dapat memengaruhi pengiriman pesan.