Mohon tunggu...
Fathur Rohman S
Fathur Rohman S Mohon Tunggu... Freelance -

Sense of Art Ig : fathur.rohmans

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wangsit

27 Mei 2018   00:29 Diperbarui: 27 Mei 2018   00:50 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wangsit

Dalam satu riwayat dari jendela jendela usang

Gubuk tua hampir tergadai

Disitu menjelma aku menjadi karang

Terkikis deburan ombak kata lautan peri

Bercerita bagaimana wanita yang disakiti hatinya

Dari laki laki yang selalu memegang tangannya

Mendekap dikala dingin,  berbicara tentang sepi

Dikala rintik waktu tak ingin berlalu

Indra Indra bersahut jantung nadi yang terpacu

Disitu aku hanya diam termangu

Jeritan pusara, rintik lirih kata ibu

Menyuarakan angin masa lalu

Wangsit untukmu, kata Ibu

"Jangan sekali kali kau menyakiti hati"

Sedang kau bakal menyesal tertikam perinya

Hati wanita layaknya kaca

Retak tiada bayang yang sempurna

Sekalipun bersatu padu

Biasnya menyendu, pilu...

Jaga.. Itu pesan ibu

Sendu tersayat masa lalu

Air mata bak kobaran api biru

Maaf kekasih, aku sedang menuju itu

Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun