* Â Â Â Metode pengambilan sampel : Metode pengambilan sampel harus tepat dan representatif. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode probabilitas, seperti simple random sampling, stratified random sampling, atau cluster sampling.
* Â Â Â Teknik pengumpulan data: Teknik pengumpulan data harus tepat dan tidak bias. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka, wawancara telepon, atau survei online.
* Â Â Â Pemilihan pertanyaan: Pertanyaan harus relevan dan tidak bias. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang terbuka atau tertutup.
Ulasan yang sudah disampaikan diawal akan membuat kita berpikir bahwa kedudukan survei dalam pemilu dapat menjadi penggiring opini atau data yang faktual, tergantung pada bagaimana survei tersebut digunakan. Survei dapat menjadi penggiring opini jika hasil survei dipublikasikan secara tidak tepat atau hasil survei tersebut tidak kredibel. Namun, survei dapat menjadi data yang faktual jika hasil survei tersebut dipublikasikan secara tepat dan hasil survei tersebut kredibel.
Tinjauan kritis terhadap kedudukan survei dalam pemilu dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan teori framing. Teori framing menjelaskan bagaimana media massa dapat mempengaruhi opini publik dengan cara membingkai isu-isu tertentu. Dalam konteks survei, media massa dapat membingkai hasil survei dengan cara yang menguntungkan kandidat tertentu. Misalnya, media massa dapat menyoroti hasil survei yang menunjukkan bahwa kandidat tertentu memiliki tingkat popularitas yang tinggi. Hal ini dapat membuat publik menjadi lebih percaya terhadap kandidat tersebut, meskipun kandidat tersebut belum tentu memiliki elektabilitas yang tinggi.
Berikut adalah beberapa contoh framing survei dalam pemilu:
* Â Â Â Framing kandidat terkuat : Media massa dapat menyoroti hasil survei yang menunjukkan bahwa kandidat tertentu memiliki tingkat popularitas yang tinggi. Hal ini dapat membuat publik menjadi lebih percaya terhadap kandidat tersebut dan lebih cenderung untuk memilihnya.
* Â Â Â Framing kandidat yang sedang naik daun: Media massa dapat menyoroti hasil survei yang menunjukkan bahwa kandidat tertentu memiliki tingkat popularitas yang meningkat. Hal ini dapat membuat publik menjadi lebih tertarik terhadap kandidat tersebut dan lebih cenderung untuk mempelajarinya lebih lanjut.
Framing kandidat yang menjadi underdog: Media massa dapat menyoroti hasil survei yang menunjukkan bahwa kandidat tertentu memiliki tingkat popularitas yang rendah. Hal ini dapat membuat publik menjadi lebih bersimpati terhadap kandidat tersebut dan lebih cenderung untuk memberikan dukungannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H