Kebudayaan suatu bangsa sangat berperan dalam kemajuan pengetahuan tradisional seperti astronomi dan astrologi yang masing-masing memiliki peranan penting dalam sejarah perkembangan peradaban dunia.
Rekam jejak astronomi dan astrologi dapat kita lihat dari adanya penemuan artefak-artefak dan naskah-naskah kuno prasejarah seperti monumen-monumen dari Mesir, Nubia, dan Stonehenge yang di bangun pada era Neolitikum atau zaman perunggu.
Di Indonesia tepatnya di jazirah Sulawesi Selatan yakni suku bugis memiliki sebuah naskah kuno dari leluhur mereka, yang berisi berbagai macam literatur termasuk pengetahuan astronomi dan astrologi.
Manuskrip Astronomi dan Astrologi Bugis
Astronomi dan astrologi mempunyai peranan penting dalam sejarah kebudayaan suku Bugis Sulawesi Selatan, terutama dalam rekam jejak kehidupan sehari-hari mereka, mulai dari cara bercocok tanam, pelayaran, penanggalan, dan ramalan mengenai peristiwa-peristiwa alam semesta yang sering dikaitkan dengan nasib seseorang.
Pengetahuan tradisional mereka bersumber dari Naskah kuno yang disebut lontaraq. Naskah lontaraq inilah yang menghimpun berbagai literatur kebudayaan suku Bugis, termasuk pengetahuan tradisional astronomi dan astrologi yang terkandung dalam lontaraq Pananrang, lontaraq Pangissengang, dan lontaraq Atoreng Toriolo.
Masing-masing lontaraq memiliki pembahasan yang berbeda-beda, karena dalam penulisannya telah disesuaikan dengan kultur dan kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.
Pertama, naskah lontaraq pananrang atau allaonrumang biasanya digunakan untuk menandai hari dalam setiap bulan berdasarkan bintang dan petani atau pun para pelaut tradisioanal juga menggunakan bintang-bintang sebagai petunjuk arah mata angin, dan cuaca.
Dalam lontaraq pananrang Ada istilah khusus dalam penyebutan rasi bintang tertentu, sebagai berikut: Eppang (Acrus dan Garcrus), Lambaru (bintang pari), Walu (bintang salib), Tanra (Orion), Woromporong (bintang pleides).
Kedua, naskah lontaraq atoreng toriolo. Lontaraq ini berkisar 267 halaman. Diantara beberapa bagian lontaraq atoreng toriolo terdapat pembahasan yang membahas pengetahuan tradisional tentang metereologi dan tanda-tanda alam (hl. 24.38 atas s/d 28. bawah).
Ketiga, naskah lontaraq pangissengang merupakan lontaraq yang merujuk pada tiga kebudayaan yakni, Kab. Luwu, Kab. Wajo, dan Kab. Jeneponto. Naskah lontaraq pangissengeng membahas mengenai pengetahuan tentang Gerhana bulan dan perihal perbintangan, sebagai pedoman dalam kehidupan masyarakat bugis dalam memahami tanda-tanda alam.
Pengetahuan tradisional yang beragam telah menjadi warisan yang dijunjung tinggi dengan nilai-nilai sosial, norma, adat, dan agama yang telah menjadi dasar terciptanya kebudayaan.
Salam literasi, salam semesta dan salam budaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI