Mohon tunggu...
Fathurrahman Helmi
Fathurrahman Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Sepakbola

Jika Menulis Bisa Membuatmu Abadi, Kenapa Masih Berdiam Diri. Ambil Penamu dan Goreskan di Kertas Putih Itu. | Kontak: Fathur99mbo@gmail.com fathurhelmi (Instagram) @fathoerhelmi (twitter)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menurunnya SUCI Kompas TV di Grand Final SUCI 5 dan Kaitannya dengan Teori Komunikasi Visual

10 Juli 2015   02:37 Diperbarui: 10 Juli 2015   02:37 31463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar beberapa jam yang lalu kita semua yang suka Stand Up Comedy akan nonton Grand Final Stand Up Comedy Indonesia season 5. Saya termasuk yang mempunya ekspektasi tinggi akan betapa pecahnya Grand Final kali ini mengingat ketiga Grand Finalis adalah termasuk hitungan Kontestan yang punya materi unik serta kalau pecah itu gak nanggung-nanggung. Tapi, semuanya sirna ketika pertama yang nampil Rahmet di Babak pertama. Saya akan membahas dulu apa yang terjadi di Grand Final dan akan coba mengkaitkan dengan Komunikasi Visual.

Rahmet seperti berasa kikuk karena harus roasting Rigen dan Indra padahal biasanya membawa materi STM. Apalagi wajah Rahmet yang terkesan memang grogi terutama pas duduk di kursi Grand Finalis. Di babak kedua ini juga Indra jatuh sejatuhnya. Bagaimana Indra tidak bisa mengontrol cara bicaranya. Ketika harus ngomong one liner tapi malah belibetan. Kedua Komika yang sering punya nilai tinggi saat penyisihan ini jadi terkesan lupa materi dan tidak powerfull. Padahal Indra tergolong jago roasting tapi semuanya tadi sirna entah kenapa. Uniknya, Rigen yang nampil setelah mereka berhasil menampilkan sedikit lebih baik. Sebagai Underdog yang memang dikesankan lebih bermain aman dan tidak se-meledak Rahmet atau Indra dalam hal materi kala di penyisihan membuat Rigen lebih santai. Ya karena memang Rigen jago Roasting bagian inilah yang dia sukai dan sedikit lebih baik daripada kedua Grand Finalis. Rigen menang di babak pertama walau LPM tidak bisa dianggap bagus untuk di Final karena kurang powerfull.

Di babak kedua yang semakin kasian adalah Indra. Ya materi Paraprodoskian (permainan kata) yang lebih absurd daripada Akbar (di SUCI 1) tidak muncul sama sekali di Grand Final. Malah Indra terganggu dengan busana yang dia pakai dan membuatnya blank. Apa mungkin pengaruh Final sebegitunya? Saya tidak tahu karena gak pernah masuk Final SUCI, lha wong audisi aja gagal ahaha. Rigen sempat menurun disini karena memang terlalu emosional terutama dengan kaitan juara 3 SUCI 3 dan juara 2 SUCI 4 yang merupakan orang Timur. Rigen juga gagal membahas set panggung yang memang kurang kena menurut saya. Memang ada beberapa bit yang lucu tapi tidak seperti babak pertama. Babak kedua ini milik Rahmet. Pas Rahmet bisa mendapatkan momen membahas materi yang related dengan dia jadinya powerfull dan meledak-ledak. Apalagi Rahmet bisa memainkan gimmick tertentu dan membawa materi seakan nyata di panggung dengan teman-teman korban materi STM nya. Babak kedua Rahmet menang.

Sembari menunggu babak ketiga, saya sempat komunikasi dengan teman-teman di StandUpUnitel (Stand Up Comedy Universitas Telkom) dan hampir semua sepakat bahwa ini adalah final yang kurang di mata kami. Sampai-sampai kita berdiskusi final mana yang bagus. Banyakan bilang Final SUCI 3. Saat itu di Final ada Babe yang jago Act Out dan Fico yang materinya polos dan apa adanya.

Kemudian kita lanjut ke babak terakhir. Mereka harus membawa materi selama 7 menit dengan wajib ada 6 teknik Stand Up Comedy yaitu Callback, Riffing, Roasting, Heckling, Rule of Three dan Impersonate. Pertama, Rigen. Komika asal Bima ini ternyata berhasil keenam teknik itu saya sendiri mengeceknya walaupun yang terakhir ketika Impersonate dipaksakan, Riffing yang kurang dan heckling yang juga kurang pecah. Tapi setidaknya ada kelucuan yang muncul walau lagi-lagi dibawah ekspektasi final. Kemudian Rahmet yang saya lihat gagal memenuhi 6 teknik karena kurang rule of three setahu saya. Walau lumayan berhasil tapi itu bisa jadi hitungan juga nampaknya untuk kriteria penilaian. Rahmet bisa menyaingi Rigen dalam hal meraih simpati penonton walau tetap saja kurang pecah seperti biasanya seorang Rahmet (bayangkan Rahmet tidak closing seperti biasanya dengan semangat). Terakhir adalah Indra. Jika kita lihat tidak masuk hitungan juara lagi. Karena jikapun menang di babak ini dia hanya meraih satu babak dari 3 babak dan itu tidak berpengaruh untuk Grand Final kali ini. Indra bermain dengan santai dan mengakui bahwa kemungkinan menang tidak bisa lagi di materi nya. Dan setahu saya dia kurang lengkap dalam hal Riffing (entah dipotong untuk kepentingan editing) tapi yang saya lihat di tayangan ya tidak ada. Indra kurang lengkap dan closingnya blank plus tidak tahu mau tutup dengan apa. Mungkin pengaruh 2 babak sebelumnya.

Saya yang sudah berkecimpung di dunia Stand Up Comedy dari awal 2012 mencoba hitung-hitungan untuk melihat siapa yang menang. Saya condong memang kepada Rigen melihat penampilannya yang memang cari aman ketimbang bablas dan malah gagal menarik perhatian penonton. Rigen tidak se-grogi Rahmet atau Indra di babak manapun. Mental inilah yang dia punya. Bahkan motivasi Juara 1 setelah seniornya seperti Ari Kriting dan Abdur cuma juara 3 dan 2 semakin memacu penampilannya. Status underdog juga membuat Mahasiswa STT PLN ini lancar nampil tidak beban seperti Rahmet dan Indra yang sebelum Grand Final tampil konsisten dan terus bermain till limit dari kemampuan mereka. Rahmet dan Indra selalu bermain dengan materi terbaiknya. Rigen selama saya lihat di penyisihan sering bermain aman akan setiap materinya.

Yah ketika pengumuman terlihat memang Rigen yang menang. Tapi yang saya mau garis bawahi bukan kenapa Rigen yang menang sih? Tapi merosotnya SUCI Kompas TV di Grand Final SUCI 5 kali ini. Grand Final kali ini menurut saya kurang sekali jika dibilang untuk menghibur. Bahkan para bintang tamu malah lebih menghibur daripada Grand Finalis. Ya seperti David, Boris Bokir, Muslim maupun yang katanya sakit Jantung, Dodit Mulyanto. Pasti ada yang bilang lah kan mereka tidak ada beban kompetisi seperti Grand Finalis? Tapi ini panggung Grand Finalis, bagaimana mungkin mereka yang disorot tapi tidak bisa menampilkan yang terbaik? Saya tidak ingin menjatuhkan SUCI Kompas TV tapi sebagai pecinta Stand Up Comedy wajar saya kecewa ketika sesuatu hal yang saya cintai tidak menghibur saya. Apalagi jika ekspektasi kita sangatlah tinggi akan sesuatu hal tersebut.

Kaitan dengan Komunikasi Visual

Anda tahu Teori Gestalt, Teori di Komunikasi Visual yang menjelaskan tentang persepsi manusia tentang konfigurasi satu dua bagian dalam satu kesatuan bentuk. Contohnya adalah gambar logo WWF yang memenuhi prinsip closure atau ketertutupan.

Closure atau ketertutupan adalah prinsip yang mana gambar ini walau tidak seutuhnya tertutupi dengan garis (bisa dilihat dengan bagian atas panda itu) tapi tetap saja kita beranggapan itu panda walau tidak utuh. Nah itulah persepsi yang digunakan oleh otak manusia. Manusia cenderung membuat hal yang tidak selesai jadi selesai dengan mengisi bagian atas panda yang kosong walau cuma di otak mereka. Manusia tidak suka menghilangkan apa yang ada di pandangan misalkan mata atau hidung orang yang terlihat olehnya tapi dia suka untuk menambahkan apabila terasa kurang. Ada prinsip lainnya seperti Similarity (Kesamaan), Continuity (Keterkaitan), Simetry dan yang terakhir Proximity (Kedekatan). Kedekatan sebenarnya masuk dalam kaitan Penggabungan bersama Singgungan. Jika Kedekatan dan Singgungan bisa dikaitkan dengan Komunikasi Visual yang bisa mempengaruhi siapapun yang berhubungan dengan logo tersebut.

Anda tahu logo Fedex?

Logo Fedex ternyata bisa masuk dalam kajian Komunikasi Visual. Seperti ujar Dosen Komunikasi Visual saya: "Logo Fedex ini masuk kaitan Proximity atau kedekatan/singgungan, Coba lihat bagai huruf E dan X yang pertemuan kedua huruf di tengahnya membentuk panah kearah kanan"

Komunikasi Visual sering disebut dosen saya mempengaruhi pola pikir siapapun yang dekat dengan logo tersebut. Kenapa logo Fedex seperti ini. Katanya untuk semakin mengesankan bahwa Fedex memang cepat dan terarah. Panah merupakan menunjukan arah yang jelas untuk pelayanan antar barang ini.

Saya sedikit ingin menambah dengan teori komunikasi lainnya sebelum dikaitkan dengan SUCI Kompas TV. Gambar mempengaruhi pola pikir manusia dan terkadang gambar berperan dalam kehidupan kita terkadang tanpa disadari. Bukan hanya gambar tapi dalam Komunikasi, Typografi atau posisi konfigurasi sebuah gambar maupun tulisan mempengaruhi psikologis manusia. Itu yang saya dapat dari Dosen Pengantar Ilmu Komunikasi saya. Dan dia mencontohkan logo Peterpan.

Penulisan di latin pastinya dari kiri ke kanan. Ini yang mempengaruhi kita dalam melihat gambar juga. Dosen saya bilang logo Peterpan yang bulu ini agak kurang baik karena mengibaratkan penurunan dari titik yang sangat tinggi. Arahkan mata anda ke bulu dari kiri yang berada diatas dan ikuti lekukan yang menuju ke bawah arah kanan. Gambar logo ini dikabarkan ikut berperan dalam menentukan karir Peterpan yang sangat terkenal menjadi terpuruk karena urusan personil, nama band hingga Ariel yang bermasalah.

Makanya kenapa ketika bernama Noah Band, mereka mengganti arah bulu dari ke arah kanan atas seperti dibawah ini.

Mungkin saja mereka tahu akan pengaruh logo bulu tersebut. Ya Noah sekarang sudah lebih baik walau ditinggal Reza. Saya tetap merasa aneh bagaimana gambar atau bentuk visual melalui typografi nya bisa mempengaruhi persepsi orang lain. Hingga akhirnya saya terganggu di sekitar 5 besar SUCI 5 dengan logo SUCI Kompas TV.

Coba lihat yang saya lingkari. Itulah yang mengganggu penglihatan saya beberapa minggu ini. Ya singgungan antara bawah huruf E dan Y membuat adanya ruang kosong yang membentuk arah panah ke bawah. Panah itu mengarahkan ke suatu hal dan atas ke bawah itu kurang baik. Jika panah kearah bawah. Saya tidak tahu harus bilang apa. Tapi jika di ranah Komunikasi Visual ini kurang baik.

Saya memang sempat merasa kualitas SUCI mulai berkurang. Bagaimana SUCI terkesan melahirkan Bintang bukan Stand Up Comedian yang benar-benar terus bertumbuh. Banyak Juara SUCI akhirnya menjadi pemain film dan jarang terlihat se-wah dulu lagi saat Stand Up. Mohon maaf mungkin David masih bisa dibilang baik. Tapi Kemal Palevi? sempat bermasalah di SUN Bekasi bertema Takeshi Castle. Ge Pamungkas menurut saya menurun terus materinya tidak seperti di SUCI 2. Fico kehilangan materi karena terjebak dengan kepolosannya di SUCI 3. Itu beberapa contoh Komika yang akhirnya lebih sering malang melintang di dunia hiburan lainnya dan tidak segemerlap dulu kala masih di SUCI alias hilang pesona sebagai Stand Up Comedian. Memang saya pernah baca dari Stand Up Comedian diluar (Saya lupa siapa) Tapi dia bilang bahwa Stand Up Comedy adalah jalan menuju dunia hiburan lain seperti Aktor, Sutradara maupun Bintang Iklan. Bisa kita lihat Robin William, Jim Carrey, Conan O'Brien, David Letterman ataupun Jerry Seinfield adalah mengawali karier sebagai Stand Up Comedian tapi ketika mereka sibuk aktor, bermain sketsa maupun host acara tetap saja ketika membuat show stand up mereka menjaga dengan baik kualitasnya.

Tapi saya tidak mau menganalisa bahwa hanya karena logo bisa mempengaruhi bagaimana nantinya sebuah program acara, produk maupun brand apapun. Apakah benar ada kaitannya logo SUCI Kompas TV dengan beberapa penurunan kualitas hasil dari Kompetisi mereka? Wallahualam. Saya menjelaskan ini hanya ingin menjelaskan bahwa Komunikasi Visual membuat kita melihat sisi lain dari suatu hal yang bisa saja membuat kita tidak sadar dengan apa yang sebenarnya menjadi bagian di diri kita. Manusia suka dengan visual karena mata kita berperan 75% dalam menerima informasi. Sehingga peranan Komunikasi Visual mempengaruhi apapun yang tertanam di mindset kita. Sama seperti kenapa gambar makanan fastfood lebih banyak yang logonya menggunakan merah atau kuning. Kenapa warna hitam dan putih lebih banyak dipilih sebagai warna dominan di mobil. Disitu peranan Komunikasi Visual muncul.

Semoga tulisan ini bukan menjadi beban untuk Kompas TV yang punya SUCI. Saya yang merupakan Stand Up Comedian yang lahir dari Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Banda Aceh @StandUpIndoBNA berharap tulisan ini harus menjadi pemicu bahwa Komika yang lahir dari SUCI bisa terus bertumbuh sebagai Stand Up Comedian yang tangguh dan tidak lupa buat membesarkan terus Stand Up Comedy sebagai bagian perkembangan Seni Komedi di Indonesia. Kita perlu kompetisi untuk menghasilkan bakat baru tapi jangan sampai bakat ini hanya terasah di kompetisi karena adanya karantina tapi ketika keluar kita tidak tahu apa jadinya.

Tulisan ini sebagai bagian dari kepedulian saya untuk dunia Stand Up Comedy. StandUpIndo! Viva La Komtung!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun