Argentina harusnya memanfaatkan betul adu penalti karena untuk menang di pertandingan waktu normal sangatlah sulit akibat tekanan yang berat di kubu Tata. Mereka terkesan kagok dengan final mungkin karena gagal di tahun lalu oleh Jerman padahal main di benua sendiri dan diuntungkan oleh belum pernah juaranya Eropa di Amerika Latin.
Semakin berat bagi Argentina karena Tata punya catatan Runner Up yang mentereng. Loh? maksudnya? Iya di 2011 Tata yang membawa Paraguay ke Final melalui momen yang tidak disangka-sangka dan memang tidak diunggulkan. Tapi berujung melempem di Final dan jadi no 2. Di Barcelona, Gerardo Tata Martino juga kecele membawa Barca Runner Up di La Liga juga karena pertandingan terakhir. Saya sempat menyebutkan di analisis saya kala Argentina vs Paraguay tentang Argentina yang tidak belajar untuk tidak memilih Tata Martino. Ini terbukti karena Tata tidak punya modal pernah Juara sebelum menukangi Argentina. Setidaknya mereka punya motivasi besar karena sang pelatih punya modal juara. Yang punya modal juara cuma Messi, Mascherano dan Lavezzi saja. Itupun mereka tidak mampu membawa suasana juara kepada tim. Terutama sang kapten Messi yang ternyata melempem banget dan terkesan spesialis penalti. Ya Gol di Copa America cuma lewat penalti dan di Final cuma doi yang berhasil mengeksekusi penalti di adu tos-tosan.
Tim sebesar Argentina juga mungkin trauma akan final selain final Piala Dunia tahun lalu. Karena di 2004 dan 2007 mereka juga gagal di Final Copa America. Kala itu dua-duanya oleh musuh bebuyutannya, Brasil. Uniknya lagi ada nama Mascherano di 2 kali kali kegagalan Argentina 2004 serta 2007 itu. Apakah ini termasuk rentetan dari tahun 2004 itu? atau Argentina memang tidak tahu cara untuk juara?
Hasil final kemaren siapapun yang menang sebenarnya punya cerita yang seru untuk dikulik. Argentina jika Juara bisa menghapus trauma beberapa final sebelumnya dan Messi akhirnya mengakhiri paceklik gelar di negara dan bisa agak sombong ke Cristiano Ronaldo yang merupakan rivalnya. Maupun Chile yang Juara akan membuat sejarah baru. Bahkan banyak pendapat yang mengatakan dari para pakar bola bahwa Chile akan bisa meraih hal yang positif lagi di Piala Dunia selanjutnya. Toh pemain mereka yang memenangkan final kemaren kebanyakan dibawah 30 tahun umurnya.
Yah itulah yang bisa saya share tentang Chile secara keseluruhan dan juga review atau analisa Final Copa America kemaren menurut pandangan saya. Selamat buat Chile dan Argentina jangan sedih. Kan jarang ada yang selama 10 tahun bisa Runner Up di 4 kali pergelaran kompetisi antarnegara (3 di Copa America dan 1 di Piala Dunia). Cuma kamu kok, iya kamu :)
Ditulis oleh Fathurrahman Helmi. Fisiknya Oriental, Jiwanya Aceh tapi Hatinya berlabuh di Bandung. Pernah jadi Analis Bola di Atjehpost.com . Salah satu Atjeh Pungo. Penulis Buku Kumpulan Puisi “Aku, Bola dan Sepatu”. Moderator Bedah Buku dan Seminar di Universitas Telkom. Menyukai dan Terpengaruh oleh Karya Kahlil Gibran dan Imam Al-Ghazali. Menulis Opini tentang Filsafat, Komunikasi, Politik hingga Komedi. Mahasiswa Konsentrasi Marketing Komunikasi, S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H