Mohon tunggu...
Fathurrahman Helmi
Fathurrahman Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Sepakbola

Jika Menulis Bisa Membuatmu Abadi, Kenapa Masih Berdiam Diri. Ambil Penamu dan Goreskan di Kertas Putih Itu. | Kontak: Fathur99mbo@gmail.com fathurhelmi (Instagram) @fathoerhelmi (twitter)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Atjeh Pungo Pisan? (Aceh Gila Banget?) 2 : Sudah Kubuskah Pemikiran Kita?

1 Juli 2015   23:53 Diperbarui: 2 Juli 2015   02:08 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa disebut melukai hati para kaum miskin dan anak yatim? Peristiwa Meugang itu kata Azril hal yang tidak ada istimewanya ada baiknya membuat tradisi menyantuni anak yatim. Azril menambahkan “Seolah kalau mereka (kaum miskin) tidak mengikuti tradisi ini maka akan menyambut puasa dengan tidak lengkap. Mindsite rakyat Aceh harus diubah.”

Sampai ada pengucapan tradisi Gila untuk Meugang. Aneh bin ajaib. Meugang dikatakan tradisi gila hanya karena dikaitkan dengan orang Aceh makan daging pas Meugang saja. Entah apa yang menjadi dasar pemikiran ini.

Meugang adalah hal luar biasa kalau saja kita bisa melihat jauh dari hal yang tidak baik. Contohnya adalah banyak orang yang pulang kampong karena Meugang. Katanya sih ingin santap daging di rumah tapi sebenarnya adalah bagaimana Meugang bisa menyatukan keluarga yang terpisah-pisah karena kerjaan atau menempuh studi.

Kemiskinan di Aceh memang sudah sangat tidak normal. Sehingga Aceh sering disebut masuk sebagai salah satu dari sekian daerah miskin di Indonesia. Tapi apakah orang miskin semakin miskin karena meugang? Yang dikritik harusnya Pemerintah bukan Budaya atau Tradisi dari indatu. Semua hal budaya dan tradisi dibuat demi kebaikan dan kemaslahatan orang banyak. Coba tanya sama indatu yang buat meugang. Apakah budaya itu untuk melukai hati orang?

Inti yang saya tangkap ya Azril pengin agar masyarakat Aceh jangan hanya memikirkan membeli daging dan makan buat diri sendiri tapi caranya yang kurang menurut saya. Kenapa harus menghapus Meugang? Ketika budaya dan tradisi dihapuskan atau ingin dihapuskan pastinya akan berhadapan dengan banyak pihak. Saya juga lihat alasan Azril tidak logis. Apa kaitannya kaum miskin dan yatim dengan Meugang. Mereka para kaum miskin dan yatim tidak terganggu sama sekali dengan meugang. Apa yang dikatakan oleh Azril sama dengan LSM yang mengatakan mendukung masyarakat nelayan atau petani tapi tidak pernah menjadi nelayan dan petani.

Penggunaan kata ‘Seolah’ itu benar-benar berbentuk opini. Tidak bisa opini dijadikan dasar untuk menghapus hal tertentu yang berkaitan dengan banyak orang maupun tradisi sebuah daerah.

Tongkat dan Kafir-Mengkafirkan

Kemudian apa lagi yang menjadi ironi? Ketika tiba-tiba Khutbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman di interupsi oleh kelompok tertentu dan kabarnya kelompok dari santri dayah tersebut mengajarkan Khatib cara menggunakan tongkat. Hingga saya baca di Facebook tentang perkara ini udah berujung ke siapa yang Salafi atau Wahabi. Sampai-sampai saling mengkafirkan sesama muslim. Setahu saya yang berhak mengatakan salah atau benar seseorang adalah Allah SWT.

Aneh jika ketika Khutbah di Interupsi. Inikah adab kita umat Islam di Aceh? Semenjak kapan gaya rapat di organisasi formal disamakan dengan ritual keagamaan dengan menginterupsi seseorang yang memberikan kita pencerahan. Ini yang kita banggakan sebagai Aceh dengan Islam dan Syariat? Hanya karena tongkat saja kita bisa saling menyerang sesama umat.

Nabi Muhammad SAW saja dikatakan diturunkan ke Bumi untuk Menyampaikan bukan untuk meng-Islam-kan orang? Bagaimana bisa kita sebagai umat Beliau malah menyumpah serapah saudara kita sendiri. Kita sibuk ngurusin apa yang tidak sedap di pandang tapi giliran kita yang diperlakukan seperti itu malah marah dan menghardik orang lain.

Saya akhirnya mendapatkan kabar tentang perebutan Mesjid Raya Baiturrahman katanya sih ditukangi FPI. Karena memang ada beberapa Ulama yang menjadi bagian FPI di Jakarta dan salah seorang Ulama yang pernah ikutan Pilkada di 2012 lalu jadi Imam Besar FPI Aceh. Dilantik langsung oleh Habieb Rizieq. Sampai-sampai ada kaitan dengan Pilkada 2017 nantinya. Bisa saja FPI tidak sanggup menang di Jakarta dengan berbagai politik nya. Jadinya lari ke Aceh yang memang masih kuat sekali dengan Islam. Wallahualam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun