Desa Kebonrejo terletak di kaki gunung Kelud yang memiliki tanah subur sehingga mayoritas masyarakat berprofesi sebagai petani. Petani disini mayoritas menanam tanaman hortikultura seperti cabai rawit, cabai besar, bawang merah, bawang sayur, daun bawang, tomat melon, dan jagung manis selain itu terdapat tanaman tahunan seperti cengkeh, durian, dan alpukat. Selain pertanian terdapat masyarakat yang memiliki hewan ternak seperti kambing, domba, dan sapi.
Dari budidaya pertanian dan peternakan tersebut terdapat limbah yang dihasilkan seperti tebon (pohon dari jagung manis) dan juga kotoran hewan. Kedua limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama untuk membuat pupuk organik.
Pupuk organik merupakan suatu trobosan yang dapat digunakan untuk mengurangi pengeluaran petani saat melakukan budidaya tanaman. Hal itu dikarenakan, pupuk organik menjadi salah satu pilihan petani untuk memenuhi kebutuhan pupuk dasar ditengah keterbatasan pupuk subsidi dan mahalnya pupuk kimia non subsidi. Disamping itu pupuk organik merupakan bahan yang aman bagi lingkungan terutama untuk kesehatan tanah.
Dengan adanya potensi ketersediaan bahan baku pembuatan pupuk organik dan kebutuhan pupuk yang tinggi. Maka Mahasiswa KKN PSDKU UB KEDIRI 2024, membuat program kerja tentang pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan menjadi pupuk organik.
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 18 Juli, 2024 yang bertempat di Desa Kampung Baru. Dengan mengajak petani dari empat desa yaitu, Desa Kebonrejo, Siman, Kampung Baru, dan Besowo. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh dosen dari fakultas peternakan Universitas Brawijaya yang menjadi pembicara serta pemandu dalam pembuatan pupuk organik. Setiap perwakilan desa pada kegiatan tersebut menyiapkan bahan baku yang berbeda sesuai dengan potensi yang tersedia. Desa kebonrejo menggunakan tebon (pohon dari jagung manis) dan kotoran kambing yang sudah digiling. Desa Siman menggunakan kulit ari kacang tanah dan kotoran sapi. Desa Kampung Baru menggunaknan bahan baku limbah tomat dan kotoran kambing yang sudah digiling. Desa Besowo menggunakan bahan daun mahoni kering yang sudah dicacah dan kotoran sapi. Untuk bahan campuran semuanya menggunakan MA11 dan molase.
Pembuatan pupuk tesebut didemontrasikan oleh mahasiswa KKN yang menjadi perwakilan setiap desa. Dengan mencampur bahan dan menggunakan takaran MA 11, molase serta air untuk menatur kelembapan bahan agar tepat. Setelah selesai dicampur pupuk organik tersebut dimasukkan kedalam kompos bag dan ditunggu hingga 14 hari. Selama 14 hari tersebut dilakukan pengecekan Ph tanah serta suhunya yang selanjutnya akan dilakukan tindakan uji laboratorium untuk mengetahui kandungan dari pupuk organik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H