Mohon tunggu...
Fathur Novriantomo
Fathur Novriantomo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seringnya menulis soal film.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kepada Segenap Insan Perfilman Tanah Air, Terima Kasih

30 Maret 2021   17:03 Diperbarui: 30 Maret 2021   17:33 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, ekosistem perfilman independen turut melestarikan pergerakan sinema Indonesia lewat berbagai kegiatan. Seperti koloni perfilman berbasis komunitas yang menyelenggarakan berbagai festival film pendek secara online dengan akar-akar kegiatannya seperti penayangan film, diskusi film, hingga forum webinar film.

Acara festival film pendek yang diadakan oleh komunitas memberikan panggung bagi para sineas-sineas independen untuk menayangkan film dan berdiskusi langsung dengan penonton secara daring. Sehingga kultur menonton dan berdiskusi tetap lestari di ranah festival independen. 

Agenda lain yang lebih sederhana seperti mengadakan forum-forum internal dan eksternal komunitas yang tetap bising dalam mendiskusikan perihal sinema Indonesia pun termasuk upaya kecil yang tetap menggerakkan.

Agak pahit memang, ketika menyadari blantika sinema Indonesia yang sedang berkembang sangat pesat, kini harus tersendat. Perkembangan tersebut bisa terlihat dari meningkatnya angka penonton film lokal dalam 4 tahun terakhir, dan juga perfilman Indonesia yang sempat masuk ke daftar pasar industri film terbesar nomor 10 di dunia. 

Hal-hal tersebut tentu membuahkan kepercayaan lebih dari penonton lokal terhadap film-film lokal, dan juga yang terpenting, bisa mendorong para pembuatnya untuk senantiasa meningkatkan kualitas karya-karyanya. Mengingat film bukan hanya soal kontribusi perekonomian negara, melainkan juga sebagai wajah dan identitas budaya suatu negara.

Jika bicara soal solusi, tentu sangat sulit mencari skenario yang pasti. Upaya masif lainnya untuk memulihkan kembali industri telah dilakukan insan perfilman. Upaya tersebut adalah dengan mengirim surat cinta untuk Pak Presiden pada 5 Maret 2021. 

Surat yang berisi segala harapan kepada pemerintah, ternyata dibalas dengan respon yang baik. Salah satunya adalah kampanye kembali menonton di bioskop, agar bisa meyakinkan masyarakat dan menepis stigma negatif mengenai bioskop. Kemudian berbuah harapan baru dari insan perfilman agar semuanya bisa ditindaklanjuti dengan baik. 

Walau semua insan perfilman terdampak akibat pandemi, setidaknya sinema Indonesia masih bisa bergerak walau terseok. Segenap insan perfilman yang berjuang setidaknya telah berhasil mencegah sinema Indonesia dari mati suri, tentu semua upaya ini patut mendapat apresiasi. 

Di hari film nasional tahun ini, saatnya kembali merayakan kehidupan lewat menonton, mengapresiasi, dan menumbuhkan budaya kritik yang membangun bagi film-film Indonesia. Saatnya pula menyadari perjuangan segenap insan perfilman dan mengucap terima kasih. 

Terima kasih kepada para pembuat film, kru-kru film, kritikus film, kurator film, programmer film, komunitas film, penonton film, pekerja bioskop,  dan semua pihak yang turut melestarikan persinemaan Indonesia. Satu tagline yang harus semua masyarakat ingat, #FilmIndonesiaFilmKita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun