Sentra Pembuatan "Arang Halaban" atau biasa disebut orang setempat "Harang Halaban" Â yang terkenal karena kualitasnya yang tinggi dilakoni oleh Syarifuddin dan warga lainnya terletak di Desa Tapuk Kecamatan Limpasu Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Propinsi Kalimantan Selatan, tungku bakar arang unik karena seperti rumahnya "Teletubies", karakter lucu yang disukai anak-anak.Â
Menurut Kepala Desa Tapuk keberadaan sentra Pembuatan Harang Halaban sudah ada di desanya sejak tahun 1997, keterampilan warga didapat dari pelatihan yang diberikan oleh Instruktur dari Bati-Bati Pelaihari.
Diterangkannya Di desanya yang luasnya 3 km2 Â dan berpenduduk 1.274 jiwa terdiri dari 728 Kepala keluarga, mayoritas bermata pencaharian petani sawah dan karet sementara ada 18 orang pengrajin harang Halaban.
Harang Halaban sangat dibutuhkan untuk keperluan dapur, rumah makan dan industri kecil menengah antara lain  untuk memanggang ikan, roti, sate, dan menyetrika baju.
Harang Halaban produk warga desa Tapuk sangat dikenal bahkan dijual sampai ke luar daerah, antara lain rantau, kandangan hingga Banjarmasin.
Ratusan Batang Halaban dimasukkan dalam tungku dan ditutup dengan batu bata dan dibakar hingga lima belas hari, tanda bahwa pembakaran telah sempurna adalah asap yang muncul dibelakang tungku berwarna hijau yang menandakan pembakaran hampir selesai.
Dan apabila telah muncul asap putih maka pembakaran dianggap telah selesai dan siap dibongkar, untuk proses dari proses awal dan akhir pembakaran dia memperkerjakan empat orang warga desa.
"Para Pelanggan Harang Halaban ini datang  berkelompok atau pun sendiri untuk membeli atau pesanan yang dikirimkan langsung, pembayarannya bisa kontan ataupun kredit untuk jangka waktu yang tidak lama, pembeli kami cukup jeli dapat membedakan antara haranghalaban asli dan bukan jadi kami senantiasa menjaga keaslian bahan baku"katanya.
Dijelaskannya keunggulan  dari harang Halaban dibanding arang lainnya adalah untuk memanggang jadi lebih baik karena api akan menyala dari arang  menyala rata dan sempurna, asapnya tidak berterbangan dan meningkatkan kualitas rasa makanan.
Dari satu tungku pembakaran biaya bahan baku kayu halaban yang didatangkan dari Tanjung, tenaga kerja, operasional hingga  pengangkutan modalnya sekitar Rp. 1.700.000,- dan biaya pendapatan kotor Rp. 2.500.000,- atau selisih laba Rp.800.000,-  jadi pendapatan untuk 6 tungku sekitar Rp. 4.800.000,-.
Pembakaran dalam satu tungku dilakukan 2 kali dalam sebulan, keuntungan dari harang Halaban digunakannya untuk keperluan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya  dari SMA hingga Perguruan tinggi.
Ditambahkannya untuk saat ini para pengrajin harang Halaban mengalami kesulitan dalam bahan baku dan permodalan, dahulu pernah ada bantuan kredit dari Bank Mandiri namun karena terjadi musim hujan berkepanjangan sehingga pengrajin tidak dapat berproduksi hingga merugi akibatnya kredit pun macet pembayarannya.
Saat ini Syarifudin dan pengrajin harang Halaban lainnya memang masih memerlukan bantuan permodalan dari pihak yang berkompeten, permodalan yang didapatkan sangat penting untuk menunjang ketersedian bahan baku yang didatangkan dan untuk operasional, pembinaan dan pengawasan permodalan secara efektif akan mendorong peningkatan kesejahteraan pengrajin setempat.
AreaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H