Fathul Bari
Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang, hal ini terbukti dengan sejarah dari rentetan bangsa ini banyak dipengaruhi oleh gerakan pemuda. Para pendiri bangs aini memulai mencapai kemerdakaan saat di usia muda seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahris dan sebagainya. Sebuah pelajaran bagi kita sebagai pemuda hari ini adalah bagaimana konsolidasi dan komunikasi dapat terjadi di masa itu, sedangkan di masa penjajahan dan belum ada teknologi seperti Sekaran. Kita hari ini tentu perlu berpikir dan merenungi sejarah tersebut dan mengambil apa yang dapat memacu agar kita dapat mengisi kemerdekaan ini. Kita perlu mengingat bahwa para pemuda dahulu begitu hebatnya dapat memerdekakan bangsa, melalui upaya perlawansan dan diplomasi.
Sejalan dengan hal tersebut pendidikan informal dapat menjadi wadah penggemblengan untuk menjadi seorang pemimpin visioner. Pendidikan informal adalah pengalaman secara tidak sengaja yang diperoleh seseorang atau peserta didik dari lingkungan yang dapat membentuk karakter. Tugas pendidik informal adalah mendorong refleksi dan pemahaman baru melalui percakapan sehingga orang akan memberitahu aspek kehidupan mereka kemudian menyarankan cara lain untuk berpikir tentang sesuatu.Â
ORMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus) dalah hal ini seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan yang masih banyak yang lain adalah bentuk kuat dari pendidikan yang dapat membantu pengembangan sosial, keyakinan dan kemapuan kita untuk berkontribusi kepada masyarakat. Tujuan dari pembelajaran informal memperkuat masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, keterampilan dan kepercayaan diri, kemampuan organisasi dan sumberdaya. Pendidkan informal di ORMEK terlihat dari kemampuan mempengaruhi individu dan lingkungannya akan tetapi lingkungan juga dipengaruhi oleh individu dan komunitas.
Sebagai pendidik informal harus memiliki 5 hal pentig: dorongan hati (tulus), sebagai tauladan (menjaga moral dan tidak terombang ambing), mempunyai metode yang khas (sesuai dengan cara masing masing), berprasangka baik (memperbaiki sisi mana kesalahan peserta didik), mendapat imbalan kebahagiaan (pada saat mengahantarkan peserta didik mencapai kesuksesannya). Prinsip pendidikan informal di organisasi adalah proses saling belajar (pendidik dan peserta), dilakukan dalam interaksi (dalam sehari hari dan membentuk karakter), terjadi kapanpun dan dimanapun, terjadi dalam segala situasi dan kondisi (nyaman maupun mencekam), belajar dari apapun dan siapapun, belajar tentang apapun (banyak hal), bersifat alamiah tidak tersa dan bertahap, berfokus pada karakter (fokus menitikberakan pada karakter).
Strategi pendidikan informal dalam organiasi : percakapan (saling tukar informasi), membaca dan menulis (untuk mendapatkan pengetahaun dan menulis untuk mempertajam), Diskusi (memperdalam pemahaman suatu hal), menjadi tauladan (sosok tauladan), aktivitas keagamaan (istighosah), mentoring (sebagai mentor), memberi tanggungjawab, mengajak bertemu dengan tokoh, wayangan (melalui penokohoan karakter wayang), turun lapangan (menjak mengamati permasalahan di masyarakat), demonstrasi (bagaimana mengelola banyak orang dilapangan), distribusi kader (ditempatkan maupun berproses sendiri). Konten pendidikan informal merupakan pengetahuan dan wawasan (wawasan kebangsaan, keagamaan, intelektualitas, pendidikan politik dan membongkar kesadaran).
Nilai-nilai dan keyakinan sikap dalam pendidikan informal mencakup ideologisasi (implementasi nilai ideologi), sprititualitas (keimanan), integritas (berani memperjuangkan kebenaran), keberanian (tidak gentar), pantang menyerah (walaupun terjatuh bangkit kembali), kebijaksanaan (dalam menghadapi masalah), tanggungjawab (amanah), kerja keras (diajarkan kerja keras walau kondisi terbatas), menjadi jati diri, kedisiplinan, kemandirian (mengembangkan modal sosial yakni ilmu), kekeluargaan (mementingkan organisasi), gotong royong, kerelaan untuk berbagi (sesame kader), kebanggan organisasi (melalui implementasi ilmu), musyawarah mufakat (wujud demokrasi), manfaat bagi sesama manusia (satu katanya hati dan perbuatan), keberpihakan pada rakyat, kepedulian akan alam (sikap peduli sehingg berjuang tidak hanya untuk manusia tetapi untuk alam)
Menjadi pemimpin (harus ditempa), komunikasi (berani berbicara), mempengaruhi orang (diajarkan di ORMEK), pengambilan keputusan (tegas), manajemen organisasi (perencanaan sampai pelaksanaan), manajemen konflik (mampu mengelola konflik), manajemen resiko, analisis masalah rakyat (inventarisir permasalahan rakyat), advokasi masyarakat, bertindak nyata (melaksanakan ide/gagasan) bekerjasama dengan semua pihak dan menbangun jaringan.
Membangun jaringan harus menjaga kepercayaan, bersifat tidak tampak dan memudahkan, berskala nasional, tukar informasi, mendukung karir dan aktivitas, menjaga idealisme (saling mengingatkan), memperkuat masyarakat sipil, menguji integritas (pegang teguh). Pendidikan informal dalam ogranisasi mahasiswa ekstra searah dengan paradigma pembelajaran abad ke 21 yang mengalami pergeseran dari belajar untuk sekolah menjadi belajar di masyarakat luas (global); dari belajar 3 C (membaca, menulis dan menhitung) menjadi 4 C yakni berpikir kritis dan pemecahan masalah, pemikiran kreatif dan inovasi, kemampuan berkomunikasi, keterampilan kolaboratif.
Keempat point tersebut dapat dipunyai melalui pengalaman-pengalaman di dalam organisasi mahasiswa ekstra. Berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah hal yang sering dijumpai dan melatih berpikir kritis serta menemukan solusi penyelesaian dari masalah di lapangan. Pemikiran kreatif dan inovasi, mahasiswa dalam organ ekstra dituntut kreatif dalam melaksanakan kerja oraganisasi dan inovasi baru missal cara mengajak seseorang untuk bergabung dalam seuah organiasi memerlukan metode dan inovasi baru seiring perkembangan zaman. Kemampuan berkomunikasi juga dilatih dalam kehidupan mahasiswa organisasi ekstra kampus sebab lancarnya sebuah komunikasi merupakan inti dari keberhasilan dari tugas organisasi.
Keterampilan kolaboratif juga tertuang dalam keseharian mahasiswa di dalam organisasi ekstra bagaimana mampu berkolaborasi dengan organisasi ekstra lainnya misalnya. Mengadakan kegiatan bersama misalnya, artinya pengalaman-pengalaman ini yang menjadi bekal sehingga membentuk karakter sosok pemimpin bangsa dimasa depan. Seiring adanya perubahan kurikulum pendidikan mulai dari Kurikulum Rencana Pembelajaran (1947-1968)-20 sampai Kurikulum 2013 -- 35 terjadi reduksi nilai nilai Pancasila. Kemudian tahun 1968 mengalami perubahan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus. Kurikulum saat ini tidak ada lagi doktrin melawan neokolim. banyak sisi yang perlu diperbaiki. Maka Omek dapat menjadi ruang belajar untuk memenuhi kekurang tersebut melalui metode pengajarannya seperti bedah buku, kajian dll.
Kepemimpinan dari Pendidikan Informal
Praktek kepemimpinan di dalam organisasi senantiasa dilaksanakan tidak hanya sebatas teori. Pemimpin adalah agen perubahan yang dari tindakannya dapat mempengaruhi orang lain. Â Sikap kepemimpinan muncul jika adanya motivasi atau kompetisi dalam kelompok maka seorang pemimpin mampu mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Proses pelahiran pemimpin membtuhkan gemblengan, artinya pemimpin dilahirkan dari sinergis pendidikan formal, nonformal dan informal. Dari ketiganya yang paling berperan melahirkan pemimpin adalah pendidikan informal karena pembentukan kompetensi dan kepribadian sangat nyata.
Pemimpin harus bisa memanajemen namun manajemen dan kepimpinan suatu yang sebanding tetapi masih tumpang tindih antara keduanya. Kepemimpinan dan manjemen harus balance diterapkan sebab manajemen membuat perkiraan dan aturan (menugaskan) sedangkan kepemipinan berusaha untuk membuat perubahan melalui visi misi. Bagi seorang pemimpin ujian sukses seungguhnya adalah bagaimana melahirkan regenerasi pemimpin berikutnya. Begitupula di dalam organisasi pemimpin hari ini dituntut harus bisa melahirkan pemimpin yang akan datang jika tidak maka tugasnya bisa dikatakan belum selesai karena akan terhenti proses regenerasi kepemimpinan. Ciri khas pemimpin sejati adalah berpikir besar (punya tujuan gambaran besar), berpikir dalam pengertian orang lain (keberhasilan organisasi), berpikir terus menerus (terus memberi gagasan baru), memikirkan lini dasar, berpikir tanpa garis batas (mengambil banyak hal baru), memikirkan hal tidak nyata (abstrak/mengantisipasi hal tak terduga), berpikir dengan cepat (menaksir situasi dengan cepat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H