Pendahuluan
Krisis air bersih di banyak daerah, termasuk Indonesia, mengharuskan kita untuk mencari solusi inovatif dalam pemulihan sumber daya air, seperti sumur yang terkontaminasi. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan teknologi microbubble dan biosurfaktan dari konsorsium bakteri. Teknologi ini menawarkan metode yang ramah lingkungan dan efisien untuk membersihkan kontaminan di dalam sumur.
Industry minyak modern dimulai ratusan tahun lalu dengan pengeboran sumur minyak setinggi 21 m oleh Edwin Drake pada tahun 1859 dan berkembang pesat hingga banyaknya pengeboran sumur bumi di tiap belahan dunia tiap tahunnya. Sementara umur rata-rata sumur minyak atau gas alam adalah 20 sampai 30 tahun. Metode MEOR (Microbial Enchanced Oil Recovery) yang menggunakan metabolit dari mikroorganisme perolehan minyak bumi dapat ditingkatkan hingga 70%. Bakteri yang hidup dilingkungan sumur minta bumi memiliki kemampuan untuk menhasilkan bioproduk dengan ketahan suhu yang tinggi. Terlebih lagi jika bakteri tersebut membentuk konsorsium yang akan membentuk beragam jenis bioproduk. Pengujian ini menghasilkan dengan penambahan microbubbles didapatkan perolehan minyak bumi mencapai 47,8% jika dibandingkan dengan tanpa penambahan microbubble yang mencapai 29,41%, maka perolehan minyak bumi dapat meningkat hingga sekitar 18,39% (Pangestu, 2023).
Â
Teknologi Microbubble
Microbubble adalah gelembung gas dengan ukuran sangat kecil, biasanya di bawah 100 mikrometer. Gelembung ini memiliki rasio luas permukaan terhadap volume yang tinggi, yang meningkatkan kemampuan penyerapan dan transportasi zat-zat terlarut. Dalam konteks pemulihan sumur, microbubble dapat membawa biosurfaktan ke area yang terkontaminasi, meningkatkan proses pembersihan secara signifikan.
Â
Biosurfaktan dari Konsorsium Bakteri
Biosurfaktan adalah senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat mengurangi tegangan permukaan antara dua fase, seperti air dan minyak. Dalam pemulihan sumur, biosurfaktan dari konsorsium bakteri dapat mengemulsi kontaminan berbasis minyak, sehingga memudahkan proses penghilangan kontaminan tersebut. Berbagai jenis bakteri, seperti Pseudomonas, Bacillus, dan Rhodococcus, telah terbukti efektif dalam memproduksi biosurfaktan yang dapat digunakan untuk tujuan ini.
Â
Proses Pemulihan