Mohon tunggu...
fathul geograf
fathul geograf Mohon Tunggu... Editor - Suka Menulis

Agar saya tetap dapat berkarya dan memperbaiki karya saya, maka mohon komentarnya dan like.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Inovasi Pengelolaan Limbah PET Berbasis IoT untuk Ekonomi Sirkular di Indonesia

14 Oktober 2024   16:26 Diperbarui: 14 Oktober 2024   17:01 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Meningkatnya permasalahan limbah plastik, khususnya Polyethylene Terephthalate (PET), membuat Indonesia menghadapi tantangan dalam mengelola limbah ini secara efektif. Limbah PET, yang umum digunakan dalam kemasan makanan dan minuman, menjadi penyumbang besar pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan pendekatan yang inovatif dan berkelanjutan untuk pengelolaannya, terutama melalui penerapan ekonomi sirkular dan teknologi Internet of Things (IoT).

Seiring berjalannya waktu material-material baru banyak ditemukan, salah satunya penemuan material Polyethylene terephthalate (PET) yang saat ini massif digunakan sebagai bahan baku pembuatan botol-botol minuman kemasan. Akibatnya, sampah yang dihasilkan dari kemasan sekali pakai itupun menjadi menumpuk. Maraknya penggunaan PET membuat lingkungan menjadi tercemar dengan limbah-limbahnya yang dipercayai 'tidak dapat' didaur ulang.Solusi sistem usaha daur ulang limbah plastik tersebut berskala nasional yang diawali dengan pembuatan peraturan pemerintah agar nasional yang diawali dengan pembuatan peraturan pemerintah agar semua masyarakat diwajibkan memilah sampahnya, terutama sampah semua masyarakat diwajibkan memilah sampahnya, terutama sampah plastic berbahan PET. Selanjtunya, pengumpulan dari sampah plastik tersebut dilakukan dengan metode Internet of Things (IoT), dimana masyarakat dapat mengunduh aplikasi yang terhubung dengan mesin pengumpul sampah yang tersedia di setiap kecamatan (Auliyasyifa, 126:2023).

 

Konsep Ekonomi Sirkular

Ekonomi sirkular adalah model yang mengutamakan penggunaan kembali, daur ulang, dan pemanfaatan kembali sumber daya. Pada konteks pengelolaan limbah PET, ini berarti menciptakan sistem di mana limbah tidak hanya dibuang, tetapi diolah kembali menjadi produk baru. Penerapan ekonomi sirkular di Indonesia dapat dilakukan dengan cara mengurangi volume limbah plastik yang masuk ke tempat pembuangan akhir serta mengurangi ketergantungan pada sumber daya baru.

 

Tahapan awal dilakukan dengan pencucian limbah PET untuk menghilangkan kotoran ataupun cairan yang masih menempel. Pencucian dilakukan dengan detergent dan cairan asam pada suhu sekitar 50-70oC. Setelah itu dilakukan pencacahan kembali limbah PET menggunakan shredder atau grinder. Karena sudah tercacah sebagian dapat dikurangi dan proses produksi pun menjadi lebih cepat. Selanjutnya masuk ke proses ekstruksi, dimana limbah plastic PET yang telah dicacah kecil-kecil akan dipanaskan hingga meleleh di dalam barrel dengan gays gesekan dari screw dan panas dari thermocouple. Pada cetakannya, dibuat bentuk rongga-rongga sehingga ketika keluar, lelehan PET akan berbentuk menyerupai mie berwujud semi-padat. Lelehan PET kemudian dilakukan skrilling atau roll drawing  menggunakan mesin skriller untuk mendapatkan ketebalan yang diinginkan, serta mengurangi residual stress. Setelah melewati tahap tersebut dan dikeringkan, lelehan PET akan berubah menjadi serat-serat (polyster-like) yang siap untuk dipintal menjadi kain pakaian (Auliyasyifa, 2023).

 

Peran Internet of Things (IoT)

Integrasi teknologi IoT dalam pengelolaan limbah PET dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pengumpulan dan daur ulang. Sensor IoT dapat dipasang pada titik pengumpulan limbah untuk memantau tingkat pengisian dan mengoptimalkan jadwal pengambilan. Selain itu, data yang dikumpulkan dari perangkat IoT dapat digunakan untuk menganalisis pola pembuangan limbah dan memperbaiki proses daur ulang.

 

Implementasi di Indonesia

Beberapa inisiatif di Indonesia telah menunjukkan potensi besar dalam menerapkan konsep ini. Misalnya, beberapa perusahaan telah mulai menggunakan sistem berbasis IoT untuk memantau proses daur ulang mereka. Selain itu, pemerintah juga mulai mendorong investasi dalam teknologi hijau yang mendukung ekonomi sirkular. Upaya ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Hilirisasi ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat-masyarakat di daerah 3T untuk diberdayakan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan perekonomian di daerah tersebut. Manfaat yang didapatkan jauh lebih banyak dan akan dapat terus dirasakan, seperti :

  • Mengurangi limbah plastik yang selama ini menjadi perhatian dan fokusan hangat,
  • Mengubah pandangan buruk masyarakat terhadap plastik yang tidak dapat didaur ulang,
  • Menarik minat masyarakat terhadap sirkular ekonomi,
  • Energy saving, dimana konsumsi energi pembuatan kain dari recycled PET ~45% lebih rendah daripada membuat polyester murni,
  • Pelestarian lingkungan dan mengunagi emisi gas CO2 yang sangat besar saat proses pembuatan serat polyester murni, serta
  • Melakukan hilirasi untuk meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat di daerah 3T (Auliyasyifa, 2023).

 

Tantangan dan Kesempatan

Meskipun terdapat peluang besar, tantangan tetap ada, termasuk kurangnya infrastruktur dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah. Pendidikan dan kampanye kesadaran publik perlu ditingkatkan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan limbah. Selain itu, kolaborasi antara sektor publik, swasta dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung ekonomi sirkular.

 

Kesimpulan

Pengelolaan limbah PET di Indonesia melalui integrasi ekonomi sirkular dan teknologi IoT menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan limbah plastik. Melalui upaya dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengembangkan infrastruktur yang tepat, Indonesia dapat bergerak menuju pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan dan mendukung pencapaian SDGs. Upaya ini tidak hanya akan mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru.

           

Referensi

Auliyasyifa, S. 2023. INHULIR : Integrasi Hulu-Hilir Pengeloaan Limbah Plasti PET di Indonesia Sebagai Upaya Penerapan Ekonomi Sirkular dan Pemenuhan Sustainable Development Golas Berbasis Internet of Things (IoT). Menuju Indonesia Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel National Energy, Climate & Sustainability (NECSC) Piala Menteri ESDM RI dan Piala Menteri LHK RI. Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). RM Books

Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). 2023. Menuju Indonesia Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel National Energy, Climate & Sustainability (NECSC) Piala Menteri ESDM RI dan Piala Menteri LHK RI. RM Books

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun