Melalui adanya konduktivitas termal yang tinggi, graphene dapat membantu dalam transfer energi panas dari sumber geothermal ke sistem pemanfaatan, sehingga mengurangi kerugian energi.
 Ini sangat penting, mengingat banyak sistem pemanas yang saat ini mengalami efisiensi rendah akibat desain dan material yang kurang optimal.
Graphen sangat berfungsi untuk dikembangkan dalam bidang geothermal karena memiliki sifat kelistrikan, termal, dan mekanik yang luar biasa. Merujuk pada pernyataan oleh Manoj Bhargava, graphen memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai media distribusi panas dari heat source, dimana graphen diusulkan untuk mengganti fluida sebgai media transfer panas ke permukaan bumi dengan karakteristik konduktivitas termal yang sangat baik mencapai-3000 W/mK (Rizqia, 2021).
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi menggunakan material graphen memiliki prinsip yang hampir sama dengan penggunaan binary cycle power plant. Turbin digerakkan dengan menggunakan working fluid yang telah dipanaskan dan fasanya berupa menjad upa dan pada akhirnya didinginkan agar membentuk cycle. Working Fluid ini berasal dari fluida organik memiliki titik didih rendah sehingga mudah dipanaskan. Pergerakan turbin tersebut pada akhirnya akan menghasilkan listrik melalui sebuah generator (Rizqia, 366:2021).
Dampak jauhnya, target pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam strategi buaran energi nasional yang tealh titetapkan pemerintah sebesar 31% pada tahun 2050 akibat penggunaan graphene dapat teralisasi bahkan melebihi skspektasi target yang tealah didteapkan yang bersesuaian pula dengan sustainable development goals (SDGs) pada tujuan nomor 7 mengenai affordable and clean energy untuk memastiakn akses ke energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk semua (Rizqia, 2021).
Selain itu, penggunaan graphene dalam sistem penyimpanan energi juga menawarkan solusi inovatif. Energi panas bumi sering kali dihasilkan pada waktu-waktu tertentu, sedangkan permintaan energi dapat bervariasi sepanjang hari.Â
Maka dengan cara mengintegrasikan teknologi penyimpanan energi berbasis graphene, seperti baterai atau superkapasitor, energi yang dihasilkan dapat disimpan dan digunakan sesuai kebutuhan, mengurangi ketergantungan pada sumber energi lain dan meningkatkan keberlanjutan.
Pengembangan teknologi berbasis graphene juga membuka peluang untuk meningkatkan penelitian dan inovasi lokal di Indonesia. Melalui adanya kolaborasi antara institusi akademik, industri dan pemerintah, Indonesia dapat menjadi pusat inovasi graphene yang tidak hanya mendukung sektor energi tetapi juga industri lainnya, seperti elektronik dan material canggih.
Namun, tantangan tetap ada, termasuk dalam hal biaya produksi dan pengembangan infrastruktur yang memadai untuk penelitian dan produksi graphene secara massal. Diperlukan investasi dan dukungan kebijakan yang kuat untuk memfasilitasi adopsi teknologi ini.
Secara keseluruhan, graphene memiliki potensi yang sangat besar sebagai solusi inovatif untuk optimalisasi energi panas bumi di Indonesia. Dengan pemanfaatan yang tepat, material ini dapat membantu Indonesia mencapai efisiensi energi yang lebih baik dan memajukan tujuan keberlanjutan energi nasional.
Referensi