Fathul Bari
Sampah plastik telah menjadi salah satu tantangan lingkungan terbesar di era modern. Meningkatnya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan jumlah sampah plastik yang dihasilkan semakin melimpah, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius.Â
Namun, di balik masalah ini, terdapat peluang besar untuk mengubah sampah plastik menjadi sumber energi yang berkelanjutan. Pemanfaatan plastik sebagai bahan bakar alternatif dapat menjadi langkah penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengolah sampah plastik menjadi energi adalah pirolisis. Proses ini melibatkan pemanasan sampah plastik dalam kondisi tanpa oksigen, yang akan menghasilkan gas sintesis, minyak dan residu padat. Gas sintesis yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik atau bahkan sebagai bahan baku untuk industri kimia.Â
Selain itu, minyak yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan atau sebagai pengganti bahan bakar fosil lainnya. Cara yang demikian, menjadikan pirolisis tidak hanya membantu mengurangi volume sampah plastik tetapi juga menyediakan sumber energi alternatif yang berkelanjutan.
Masalah sebenarnya dari semua penghasil energi ini yaitu manusia mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di bumi, kemudian mengubahnya menjadi energi (mengeluarkan zat pencemar), kemudian menggunakannya untuk kegiatan, lalu berakhir pada timbunan sampah. Tanpa disadari, yang terjadi adalah berkurangnnya kekayaan alam, bertambahnya zat pencemar, lalu berakhir pada kekayaan sampah.Â
Prosesini menyisakan dua lubang besar yaitu terus meningkatnya zat pencemar dan kekayaan sampah. Manusia harus menggunakan energi untuk berkegiatan, kemudia kediatan tersebut menghasilkan sampah, sampah yang terus menumpuk dan sulit terurai adalah sampah plastik. Kini gerakan mengurangi sampah plastik sudah buntu dan pada gerakan 3R (Reduce, Reuse, and Recycle).Â
Sampah sebagai energi sudah lama diterapkan pada PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Namun, kehadirannya menjadi masalah baru akibat zat berbahaya yang dihasilkannya seperti dioksin dan furan. Hal ini terjadi karena PLTSa membakar semua sampah plastic, organic dan B3 tanpa pemilahan. Maka dari itu pembakaran harus difokuskan pada sampah plastik saja. Selanjutnya, kadar air yang sedikit dalam sampah plastic membantu mengurangi energi yang duperlukan untuk pembakaran (Hendrajaya, 2021).
Penggunaan sampah plastik sebagai sumber energi juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Adanya peningkatan kesadaran akan dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil terhadap perubahan iklim, banyak negara berusaha untuk beralih ke sumber energi terbarukan.Â
Pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan bakar dapat menjadi bagian dari solusi ini. Misalnya, beberapa negara telah mengembangkan pembangkit listrik yang menggunakan plastik sebagai bahan baku, serta tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menyediakan energi bersih dan terjangkau bagi masyarakat.
Namun, pemanfaatan sampah plastik sebagai sumber energi bukan tanpa tantangan. Proses pengolahan sampah plastik memerlukan teknologi yang tepat dan biaya yang cukup tinggi. Selain itu, ada juga kekhawatiran terkait emisi gas rumah kaca yang mungkin dihasilkan selama proses pengolahan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk mengolah sampah plastik. Penelitian dan inovasi dalam bidang ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pemanfaatan plastik tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Ikatan polimer plastik yang terus dibakar sempurna menghasilkan senyawa CO2 (karbondioksida) atau CO (karbonmonoksida), H2O (air), dan energi dalam bentuk panas. Energi panas inilah yang dapat dikonversi menjadi energi listrik.Â
Unsur penyusun plastic yang didominasi oleh karbon dan hidrogen dapat membuat fokus permasalahan lingkungan hanya pada CO2 dan CO saja. Hal ini dikarenakan hasil pembakaran sempurna dari ikatan polimer plastik hanya berupa CO2 atau CO dan H2O saja.Â
Karbondisoksida yang dihasilkan dapat diolah Kembali menjadi bahan pembuatan semen seperti CaCO3, sehingga dapat meningkatkan pembangunan di Indonesia. Selain itu dapat juga direaksikan dengan bahan kimia lain untuk dijadikan bahan-bahan untuk kebutuhan laboratorium.Â
Bahkan, perusahaan air products menjual CO2 untuk berbagai keperluan industri seperti pendinginan makanan, makanan berkarbonasi, fabrikasi logam, dan masih banyak lagi. Banyak yang bisa dilakukan dengan emisi CO2 yang dihasilkan ini. Bahkan, H2O yang dihasilkan dapat dikumpulkan melalui proses kondensasi untuk menyumbang kebutuhan air yang ada (Hendrajaya, 2021).
Indonesia dapat meniru Singapura yang dapat memproses sampah-sampah plastic menjadi energi hanya dalam waktu satu hari, tetapi tetap menghasilkan buangan yang ramah lingkungan. Selian itu, Indonesia juga dapat meniru Jepang yang dapat melakukan pemilahan sampah palstik yang wajib dilakukan masing-masing rumah tangga.Â
Namun, jika di Jepang tujuannya adalah untuk didaur ulang, maka di Indonesia dijakan sumber energi kemudian emisinya yang di daur ulang.Â
Tantangan tersebesar dalam penerapan konsep ini adalah terkait edukasi. Edukasi ini harus menyadarkan masyarakat bahwa sumber energi yang dapat diperbaharui saja tidak cukup tetapi juga harus ramah lingkungan (Hendrajaya, 2021).
Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga memainkan peran penting dalam memaksimalkan potensi sampah plastik sebagai sumber energi. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik, serta manfaat dari pemanfaatan sampah plastik untuk energi.Â
Adanya peningkatan kesadaran akan pentingnya pengurangan, daur ulang dan pemanfaatan sampah plastik, membuat masyarakat dapat berkontribusi pada pencapaian pembangunan berkelanjutan.
Sampah plastik memiliki potensi besar sebagai sumber energi yang berkelanjutan. Cara ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi seperti pirolisis dan mendorong inovasi dalam pengolahan sampah, kita dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang.Â
Pemanfaatan sampah plastik tidak hanya membantu mengurangi pencemaran lingkungan tetapi juga menyediakan sumber energi alternatif yang dapat mendukung keberlanjutan.Â
Guna mewujudkan masa depan yang berkelanjutan, kolaborasi antara pemerintah, industri dan masyarakat sangat penting dalam mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi masalah sampah plastik dan menciptakan energi bersih.
Referensi :
Hendrajaya, G, L. 2021. Antara Energi Baru Terbarukan dan Energi Baru Tanpa Harapan : Potensi Sampah Plastik Bagi Pembangunan Energi Berkelanjutan. Indonesia Menuju Energi Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel Energi Baru Terbarukan. Piala Menteri ESDM RI 2021. Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). RM BooksÂ
Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM), 2021. Indonesia Menuju Energi Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel Energi Baru Terbarukan. Piala Menteri ESDM RI 2021. Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). RM Books
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H