Fathul Bari
Permasalahan energi global semakin mendesak kebutuhan akan sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Salah satu potensi yang menjanjikan adalah biodiesel, bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari sumber-sumber nabati. Pengembangan bahan baku biodiesel di Indonesia umumnya terfokus pada minyak kelapa sawit, namun eksplorasi sumber lainnya seperti biji tembakau (Nicotiana tabacum) di Temanggung dapat menjadi alternatif yang menjanjikan. Daerah ini terkenal dengan produksi tembakau berkualitas tinggi, yang ternyata menyimpan potensi lain, yaitu biji tembakau yang dapat diolah menjadi bahan baku biodiesel.
Potensi Biji Tembakau sebagai Sumber Biodiesel
Biji tembakau, yang sebelumnya dianggap sebagai limbah pertanian, mengandung minyak yang dapat diubah menjadi biodiesel melalui proses transesterifikasi. Kandungan minyak dalam biji tembakau berkisar antara 30-40%, menjadikannya bahan baku yang cukup potensial. Minyak ini dapat diubah menjadi metil ester, yang dikenal sebagai biodiesel. Selain itu, tembakau adalah tanaman yang relatif mudah tumbuh di berbagai kondisi lingkungan, sehingga biji tembakau dapat menjadi alternatif yang berkelanjutan untuk memproduksi biodiesel di masa depan.
Menurut buku Outlook Energi Indonesia (OEI) 2019 yang dikeluarkan oleh Dewan Energi Nasional pada tahun 2019 dinyatakan bahwa sumber energi fosil di Indonesia hanya akan cukup hingga tahun 2050, yang artinya sumber energi ini akan habis dimasa mendatang. Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah biji tembakau (Nicotiana Tobacum) yang berasal dari Kabupaten Temanggung. Tembakau Tembakau (Nicotiana Tobacum) sendiri merupakan salah satu tembakau terbaik di Indonesia yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari 10 negara penghasil tembakau terbesar di dunia, dengan kemampuan produksi mencapai 2,2% dari total produksi global, Indonesia menempati urutan ketujuh di bawah Amerika Serikat dan Uni Eropa. Tembakau merupakan tanaman semusim dan bukan merupakan komoditas pangan melainkan komoditas perkebunan. Bagian yang sering dimanfaatkan dari Tembakau adalah bagian daun tambakau sebagai salah satu barang konsumsi yang mengandung zat aditif yaitu rokok (Rukmi, 2021).
Pengembangan biodiesel dari biji tembakau juga dapat mendiversifikasi ekonomi daerah, terutama di kawasan seperti Temanggung yang sangat bergantung pada industri tembakau. Maka melalui pemanfaatan biji yang sebelumnya tidak digunakan, sektor pertanian tembakau dapat meningkatkan nilai tambah, tidak hanya dari produk tembakaunya, tetapi juga dari limbahnya. Hal ini dapat memberikan sumber pendapatan tambahan bagi petani tembakau di Temanggung, mengurangi ketergantungan pada satu produk utama dan membuka lapangan pekerjaan di sektor energi terbarukan.
Biji Tembakau (Nationa Tobacum) dikeringkan terlebih dahulu kemudian diekstraksi dengan N-Heksana hingga larutan N-Heksana menjadi jernih. Hasil ekstraksi yang dihasilkan kemudian dilakukan pemisahan antara minyak biji tembakau (Nicotinia Tobacum) dengan N-Heksana menggunakan rotatory evaporator sehingga terjadi denaturasi pada minyak. TSO kemudian dilakukan karakterisasi massa jenis, viskonitas kinematiknya, flash point dan residu. Setelah minyak biji tembakau terbentuk, Langkah selanjutnya adalah proses esterifikasi ini dilakukan dengan metode reluks dengan adanya penambahan H2SO4 dan methanol pada minyak biji pisah dimana lapisan atas adalah lapisan asam dan lapisan bawah adalah minyak yang akan dilanjutkan ke proses selanjutnya. Proses pembentukan biodiesel dilanutkan dengan proses transesterifikasi menggunakan metanol (Rukmi, 2021).
Peluang Pengembangan Biodiesel dari Biji Tembakau
Peluang pengembangan biodiesel dari biji tembakau di Temanggung cukup besar. Adanya potensi produksi biji tembakau yang melimpah, Temanggung dapat menjadi pusat produksi biodiesel alternatif yang berbasis tanaman lokal. Pemanfaatan teknologi sederhana seperti transesterifikasi dapat diterapkan di tingkat lokal dengan melibatkan petani dan usaha kecil menengah (UKM). Pengembangan ini juga dapat didukung oleh kebijakan pemerintah yang mendorong penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Sebagai upaya dalam peningkatan biaya produksi biodiesel, dilakukan efisiensi dari konversi produk biodiesel saat proses transesterifikasi dilakukan dengan bantuan gelombang mikro. Gelombang mikro dapat mempercepat laju raksi dengan cara mengadsorpsi energi. Proses percepatan reaksi dengan gelombang mikro ini terjadi dengan adanya pemanasan yang dihasilkan oleh suatu kemampuan material dalam mengubah energi elektromagnetik menjadi energi panas. Hasil transesterifikasi kemudian dimasukan ke dalam alat sentrifugasi pada 4000 rpm selama 10 menit untuk memisahkan biodiesel yang dihasilkan produk samping gliseerol. Biodiesel yang dihasilkan kemudian dicuci menggunakan akuades hingga pH 7, dan setelah itu dilakukan kemudian dianalisis massa jenis dan viskositasnya serta dikarakterisasi menggunakan dengan GC-MS dan FTIR (Rukmi, 2021). Â Â Â Â
Selain itu, biji tembakau memiliki keunggulan dalam hal keberlanjutan. Tanaman tembakau umumnya ditanam dalam rotasi dengan tanaman lain, sehingga penggunaannya sebagai bahan baku biodiesel tidak akan mengganggu produksi pangan. Secara jangka panjang, penggunaan biji tembakau dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar fosil.
Tantangan dan Kendala
Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan biodiesel dari biji tembakau juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah teknologi dan biaya produksi. Proses transesterifikasi masih membutuhkan teknologi yang tidak selalu mudah diakses oleh petani atau pengusaha kecil. Investasi awal yang diperlukan untuk mengembangkan pabrik biodiesel dari biji tembakau cukup besar, sehingga memerlukan dukungan dari pemerintah dan sektor swasta.
Selain itu, regulasi terkait penggunaan tembakau sebagai bahan baku energi perlu diperjelas. Industri tembakau sudah diatur secara ketat dalam konteks kesehatan dan ekonomi, sehingga ada potensi konflik kepentingan antara penggunaan tembakau untuk energi dan regulasi yang membatasi produksi tembakau.
Kesimpulan
Eksplorasi biji tembakau Temanggung sebagai bahan baku biodiesel menawarkan peluang besar dalam diversifikasi energi dan ekonomi lokal. Namun, sebuah keberhasilan pengembangan ini tentunya bergantung pada dukungan teknologi serta melalui kebijakan yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta dan petani lokal. Apanila tantangan ini dapat diatasi, biji tembakau bisa menjadi sumber biodiesel yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masa depan energi Indonesia.
     Â
Referensi :
Rukmi, M, T, P. 2021. Potensi Biji Tembakau (Nicotiana Tabacum) Temanggung Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biodiesel. Indonesia Menuju Energi Bersih. 50 Karya Terbaik Kompetisi Penulisan Artikel Energi Baru Terbarukan. Piala Menteri ESDM RI 2021. Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). Society of Renewable Energy (SRE) & Rakyat Merdeka (RM). RM BooksÂ
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H