Mohon tunggu...
fathul geograf
fathul geograf Mohon Tunggu... Editor - Penulis Buku dan Peneliti

Sebelumnya, agar saya tetap dapat berkarya dan memperbaiki karya saya, maka mohon komentarnya dan likenya. Sebagai penulis dan peneliti di Institut Hijau Indonesia, saya menggabungkan keahlian akademis dengan dedikasi terhadap pelestarian lingkungan dan inovasi pendidikan. Dengan latar belakang yang kuat dalam pendidikan dan penelitian, saya telah berkontribusi melalui karya-karya yang mendalam dan relevan, termasuk makalah tentang keadilan pemilu dan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai penulis, saya memiliki minat mendalam dalam menganalisis isu-isu global dan lokal dari perspektif geografi dan lingkungan. Dengan pendekatan yang kritis dan sarkastik terhadap demokrasi, saya terus berkomitmen untuk memperluas wawasan dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan lingkungan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Membangun Kemandirian Energi melalui Optimalisasi Sumber Daya Laut Indonesia

17 September 2024   10:20 Diperbarui: 17 September 2024   10:26 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Energi Pasang Surut Pasang surut :

Energi Pasang Surut Pasang surut perubahan periodik permukaan laut yang diakibatkan oleh gravitasi bulan dan matahari. Energi ini dapat dimanfaatkan dengan teknologi seperti turbin pasang surut yang dapat menghasilkan listrik secara berkelanjutan.

Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan, Indonesia yang memiliki luas kepualauan 2,8 juta km2, luas laut territorial 0,4 km2, dengan jumlah pulau sebesar 17.507 dan panjang garis pantai pulau-pulau nusantara mencapai 81.290 km hal ini menempatkan Indonesia merupakan negara dengan garis pantai pantai terpanjang kedua setelah Kanada. Daya listrik total yang dihasilkan dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan mencapai 2 hingga 3 mewawatt. 

Pada tempat-tempat tertentu yang kondisinya sangat bagus, kerapatan gelombang energi dapat mencapai harga rata-rata 65 MW per mil garis pantai. Sumber energi ini berasal dari angin pasang surut air laut dan arus 1-15 m/s dan memiliki potensi pembangkitan sebesar 60.6 GW untuk angin dan 17.9 GW untuk air laut. Pemanfaatan energi pasang surut air laut harusnya menjadi hal yang penting untuk dikembangkan lebih lanjut. Apalagi Indonesia saat ini ingin mencapai target bauran energi bersih pada tahun 2025 sebesar 23% (Wiranata, 2021).

Pembangunan turbin arus laut ini sedang dilakukan di Indonesia yaitu di Larantuka, NTT. Pemanfaatan energi pasang surut air laut dapat menggunakan beberapa cara. Penggunaan sistem pembangkitan berbentuk bendungan 'berrage'. 

Bendungan dipasang pada sebuah teluk yang berbentuk cekungan untuk dapat mengontrol arus air laut yang lewat. Proses ini dimulai dari pemasukan dan pengeluaran air laut melewati sebuah turbin. Pembangitan ini telah dibuat pada pembangkit listrik tenaga air danau Shiwa di Korea Selatan yang memiliki kapasistas pembangkit sebesar 254 MW, La Rance di Nova Scotia, Kanada, dengan kasistas pembangkit listrik sebesar 20 MW. Selain dengan bendungan, pembangkitan pasang surut air lait dapat menggunakan pelampung denga kapasitas hingga 1 kW (Wiranata, 2021). 

Pemanfaatan energi pasang surut air laut di Indonesia memiliki banyak tantangan. Pertama, karakter gelombang laut Indonesia yang cukup rendah dibandingkan negara Amerika dan Eropa karena tropis. Kedua, proses pembangkitan energi listrik ini bersifat intermittent yakni tidak terus menerus. Ketiga, biaya investasi yang mahal untuk melakukan riset agar dapat sesuai dengan karakter angin Indonesia dan daya yang dihasilkan tidak terlalu besar. Keempat, efisiensi pembangkitan pasang surut sekitar 50% dan gelombang air laut sekitar 25%. Kelima, berpotensi untuk dapat merusak ekosistem dan kualitas perairan (Wiranata, 2021).

Potensi Energi Osean Termal : 

Energi Osean Termal Energi osean termal memanfaatkan perbedaan suhu antara permukaan laut yang hangat dengan air laut dalam yang dingin. Indonesia, dengan laut tropisnya, memiliki potensi besar untuk pengembangan teknologi ini. Ocean Geothermal Power Project berbasis ocean geothermal bawah laut dapat meminimalisir penebangan hutan lindung dan mencegah krisis mata air sebagai akibat dari ketinggian permukaan tanah, serta untuk mewujudkan swasembada dan pembangunan berkelanjutan dibidang energi. 

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan CGG Verietas dan IPG (institute de physique du globe) Paris telah menemukan beberapa gunung berapi di bawah laut di Indonesia. Salah satunya terletak di Bengkulu, Sumatera (Faturrahman, 2021).

Indonesia memiliki beberapa gunung api bawah laut yang memiliki potensi signifikan. Beberapa di antaranya adalah Gunung Banua Wuhu di Sulawesi Utara, yang terkenal dengan aktivitas vulkaniknya dan letusan bawah laut yang mempengaruhi ekosistem laut di sekitarnya. Gunung api bawah laut lainnya termasuk Gunung Api Sangih di Laut Banda dan beberapa lainnya di perairan sekitar Indonesia yang belum sepenuhnya dieksplorasi. Potensi ini penting untuk penelitian ilmiah, potensi energi geothermal, dan pemahaman lebih lanjut tentang aktivitas vulkanik di kawasan maritim Indonesia. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  • Gunung Hobal: Terletak di kecamatan Atedai, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Pulau Lembata. Aktivitas terakhirnya tercatat pada tahun 1999.
  • Gunung Banua Wuhu: Terletak di dekat Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 400 meter dari dasar laut dan aktivitas terakhirnya tercatat pada tahun 1919.
  • Submarine Volcano 1922: Terletak di sekitar Kepulauan Sangir, Talaud, Sulawesi Utara, dengan kedalaman diperkirakan sekitar 5.000 meter di bawah permukaan laut. Aktivitas terakhirnya terjadi pada tahun 1922.
  • Gunung Nieuwerkerk (Gunung Api Kembar): Terletak di dekat Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Ketinggian gunung ini lebih dari 1.900 meter dari dasar laut dan terakhir aktif pada tahun 1927.
  • Gunung Yersey: Terletak di dekat Laut Banda Selatan, dengan puncak yang menjulang sekitar 600 meter dari dasar laut pada kedalaman lebih dari 4.200 meter. Aktivitas terakhirnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan masih aktif.
  • Gunung Emperor of China: Terletak di bagian barat Laut Banda Selatan dengan ketinggian 1.500 meter dari dasar laut. Aktivitas terakhir tercatat pada tahun 1927.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun