Fathul Bari, M.Pd
Abstrak : Hutang mangrove denganperan vitalnya dalam menahan abrasi dan menyediakan sumber makanan mampu menjadi penghidupan bagi masyarakat. Kabupaten Mempawah di Kalimantan Barat adalah salah satu kabupaten yang memiliki banyak hutan mangrove. Kabupaten Mempawah memiliki tantangan besar dalam pelestarian lingkungan, khususnya konservasi hutan. Oleh sebab itu, artikel ini membahas strategi dan upaya yang dilakukan guna menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove di Mempawah, sebagai bagian dari visi menuju masa depan yang berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Mangrove merupakan ekosistem pesisir berperan vital untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan jasa lingkungan seperti perlindungan pantai, penyimpanan karbon dan menjadi habitat bagi keanekaragaman hayati. Kabupaten Mempawah di Kalimantan Barat memiliki ekosistem mangrove yang signifikan dan strategis untuk menghadapi tantangan keberlanjutan global. Mangrove mampu menyerap 78% karbon di tanah, 20% di pohon dan 3% di pohon yang telah lapuk, sehingga dapat membantu menekan laju deforestasi. Terdapat gangguan pada ekosistem ini sehingga dapat mengurangi sumber makanan dan mengakibatkan kepunahan habitat. Pengetahuan ekologi mangrove sangat penting untuk mencegah eksploitasi yang tidak berkelanjutan. Wilayah Kabupaten Mempawah, terjadinya perubahan cuaca ekstrem dan kurangnya rehabilitasi mengancam populasi pohon mangrove, akibatnya meningkatkan salinitas dan mengurangi sedimen, yang dapat menjadi penyebab kematian spesies dan mendatangkan bencana.
Pencegahan kerusakan mangrove memerlukan penerapan prinsip melindungi, mempelajari dan memanfaatkan yang memerlukan adanya kerjasama antara pemerintah, akademisi dan masyarakat. Meskipun Kabupaten Mempawah memiliki hutan mangrove yang luas, aktivitas manusia terus menekan keberadaannya. Upaya kolektif sangat diperlukan untuk mempertahankan mangrove, terutama dalam menghadapi tantangan global yang telah beralih dari pemanasan global ke pelelehan global. Artikel ini akan mengeksplorasi strategi konservasi yang diterapkan, tantangan yang dihadapi dan dampaknya terhadap keberlanjutan masa depan Kabupaten Mempawah, Indonesia dan juga dunia.
METODE
Artikel ini menggunakan metode literatur review untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi terbaru terkait kebijakan, strategi dan praktik konservasi mangrove di Indonesia, dengan fokus pada implementasinya di Kabupaten Mempawah. Metode ini dipilih karena lebih sederhana namun membutuhkan ketelitian tinggi dalam mencari data terbaru. Penelitian dilakukan sesuai aturan kajian literatur guna menghindari kesalahan subjektif. Pengambilan data dari database publikasi ilmiah nasional dan internasional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mangrove di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, memiliki peran ekologis dan ekonomis yang penting sebagai habitat fauna dan flora khas, serta sebagai penyangga alami dari bencana alam seperti badai dan tsunami (Dahuri, 1996). Ekosistem mangrove di wilayah ini tersebar di Kecamatan Siantan, Sungai Pinyuh, Sungai Kunyit, dan Mempawah Hilir dengan total luas 1.521,39 hektar, dimana Kecamatan Mempawah Hilir memiliki 371,33 hektar. Terjadinya abrasi pada tahun 1980 menyebabkan hilangnya lahan mangrove, kemudian ditanggulangi dengan pemasangan seawall dan pembentukan Organisasi Mempawah Mangrove Conservation (MMC) pada 21 Desember 2011 di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir. Selain itu pula terdapat wisata Mangrove Tanjung Burung di Kelurahan Tanjung dan ekowisata Mempawah Mangrove Park (MMP) di Desa Pasir, keduanya ini berada di bawah binaan MMC.
Reboisasi lahan mangrove telah berhasil menciptakan hutan mangrove yang kini menjadi objek wisata Mangrove MMC, memberikan contoh inspiratif bagi daerah lain dalam memulihkan lahan mangrove yang rusak. Ekosistem ini juga memberikan manfaat ekonomis signifikan bagi masyarakat setempat melalui hasil perikanan dan pariwisata ekowisata (Keputusan Menteri Kehutanan No. 409/Kpts-II/1999). Saat ini mangrove di Mempawah menghadapi ancaman serius akibat aktivitas manusia seperti penebangan liar dan konversi lahan.Â