Mohon tunggu...
Fathul Fata
Fathul Fata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Program Studi Televisi dan Film, Universitas Jember

Creative Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menggali Sense of Place di Kawasan Wisata Bromo Melalui Seni dan Budaya Lokal

15 November 2024   07:05 Diperbarui: 15 November 2024   09:00 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Zimmelino

Jika kita bicara soal wisata alam di Jawa Timur, Gunung Bromo pasti jadi salah satu yang langsung terpikir. Namun, apa sebenarnya yang membuat Bromo begitu istimewa? Ternyata, bukan hanya keindahan alamnya saja, tetapi juga budaya yang dijaga oleh masyarakat Suku Tengger yang tinggal di sana. Seni dan budaya lokal mereka punya peran besar dalam menciptakan sense of place yaitu rasa ikatan yang kuat dengan tempat tersebut. Inilah yang membuat Bromo terasa unik dan selalu berkesan bagi para wisatawan.

Apa Itu Sense of Place dan Mengapa Penting?

Sense of place adalah istilah yang menggambarkan ikatan emosional seseorang terhadap suatu tempat. Jadi, ini bukan hanya soal keindahan atau daya tarik tempat tersebut, tetapi tentang bagaimana tempat itu bisa menciptakan identitas unik yang terasa menyatu dengan pengalaman wisatawan. Dalam hal ini, seni dan budaya memainkan peran penting. Misalnya, di Gunung Bromo, keberadaan Suku Tengger dengan berbagai tradisi dan ritualnya memberi warna khas yang sulit ditemukan di tempat lain. Suku ini tidak hanya tinggal di sekitar Gunung Bromo, tetapi mereka memiliki hubungan yang sangat mendalam dengan gunung tersebut, yang menjadi bagian dari identitas mereka. Budaya dan gaya hidup Suku Tengger ini memberikan nilai tambah bagi kawasan wisata dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri. 

Suku Tengger: Warisan Budaya dari Zaman Majapahit

Suku Tengger adalah keturunan dari Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan besar di Nusantara. Hingga kini, mereka menjaga warisan budaya dengan sangat baik. Kehidupan masyarakat Tengger masih sarat dengan adat dan ritual yang dilakukan secara turun-temurun. Hal inilah yang menjadikan budaya Suku Tengger sebagai bagian tak terpisahkan dari kawasan wisata Gunung Bromo.

Tradisi masyarakat Tengger yang paling menarik perhatian adalah Upacara Kasada atau Kasodo, sebuah ritual tahunan yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Brahma. Dalam upacara ini, masyarakat Tengger memberikan persembahan berupa hasil bumi dan hewan ternak yang dilemparkan ke kawah Gunung Bromo. Ritual ini merupakan salah satu daya tarik utama wisatawan mancanegara yang ingin merasakan pengalaman budaya yang otentik. Tidak hanya menyaksikan, beberapa turis bahkan rela berbaur dengan masyarakat setempat untuk mengikuti ritual tersebut.

Sumber gambar: Bromo Java Travel Agent
Sumber gambar: Bromo Java Travel Agent

Selain Kasada, masyarakat Tengger juga memiliki berbagai ritual lain seperti Ojung dan Karo. Ritual Ojung, misalnya, merupakan tradisi adu ketangkasan yang diadakan untuk meminta hujan atau keberkahan. Kegiatan ini melibatkan masyarakat setempat dalam suasana penuh kebersamaan. Dengan berbagai ritual ini, wisatawan tidak hanya sekedar melihat, tetapi juga bisa merasakan langsung kebudayaan dan nilai-nilai yang dipegang erat oleh masyarakat Tengger.

Bagaimana Seni dan Budaya Menjadi Identitas Lokal

Saat berkunjung ke Gunung Bromo, wisatawan bisa langsung merasakan bagaimana seni dan budaya Suku Tengger membentuk identitas kawasan tersebut. Sense of place yang muncul dari budaya ini menjadi daya tarik tersendiri yang membuat wisatawan ingin kembali lagi. Selain ritual, elemen budaya Suku Tengger juga terlihat dari aspek kehidupan sehari-hari, seperti rumah adat yang dibangun dengan bahan-bahan alami untuk menahan dinginnya suhu pegunungan, hingga pakaian adat berwarna cerah yang menjadi simbol keramahan mereka. Setiap elemen ini bagaikan jendela yang membawa wisatawan lebih dekat dengan sejarah dan kehidupan masyarakat Tengger.

Budaya Lokal dan Ekowisata

Seni dan budaya lokal Suku Tengger juga mendukung konsep ekowisata, yaitu pariwisata yang mengutamakan kelestarian lingkungan dan budaya. Wisatawan diajak bukan hanya untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga menghargai budaya setempat. Dengan cara ini, wisatawan yang mengenal dan memahami tradisi seperti Upacara Kasada dan Ojung akan lebih menghargai nilai-nilai budaya masyarakat Tengger. Dalam jangka panjang, hal ini membantu menjaga keberlanjutan pariwisata di Bromo, sehingga dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Seni dan Budaya sebagai Daya Tarik Wisata yang Berkelanjutan

Daya tarik budaya Suku Tengger bukan sekadar pemandangan atau tempat foto yang indah, tetapi menawarkan pengalaman unik yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Ritual-ritual seperti Kasada, Ojung, dan Karo adalah contoh bagaimana budaya lokal yang khas bisa menciptakan sense of place yang kuat. Ini menjadi alasan mengapa banyak wisatawan tertarik mengunjungi Bromo, bahkan di tengah banyaknya destinasi wisata alam lainnya. Dengan memperkuat elemen budaya lokal, kawasan ini mampu menarik pengunjung secara berkelanjutan.

Kesimpulan: Mengapa Seni dan Budaya Penting dalam Menciptakan Sense of Place?

Seni dan budaya adalah elemen penting dalam menciptakan identitas suatu tempat. Di kawasan wisata seperti Gunung Bromo, budaya lokal yang ditampilkan oleh masyarakat Suku Tengger memberikan nilai tambah yang tidak dapat disamakan dengan keindahan alam saja. Sense of place yang terbentuk melalui budaya inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Kehadiran ritual-ritual adat seperti Upacara Kasada dan Ojung, serta nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tengger, memberikan pengalaman yang unik dan mendalam bagi para pelancong. Mereka tidak hanya menikmati pemandangan alam, tetapi juga merasa lebih dekat dan memahami kehidupan serta sejarah masyarakat setempat.

Dengan demikian, peran seni dan budaya dalam menciptakan sense of place sangatlah penting bagi keberlangsungan kawasan wisata seperti Bromo. Ini tidak hanya mendukung pariwisata, tetapi juga menjadi langkah untuk menjaga identitas budaya yang ada. Bagi wisatawan, pengalaman ini tidak hanya sekadar liburan, tetapi juga pelajaran hidup yang berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun