Semenjak lonjaknya kasus Covid 19 di Indonesia, banyak sekali kerabat dan orang disekitar kita yang terkena wabah ini. Akibatnya, muncul istilah dikalangan masyarakat toxic positivity yang ikut menyerang diri seseorang khususnya orang-orang yang terkena Covid 19.Â
Toxic Positivity adalah kondisi saat seseorang menuntut orang lain atau pun dirinya untuk selalu bersikap positif padahal tidak.Â
Beberapa orang yang menjadi 'pelaku' toxic positivity ini justru tidak sadar bahwa kalimat-kalimat tersebut dapat menjadi 'boomerang' bagi beberapa orang yang terkena Covid 19. Dengan kata lain, pelaku menyakiti perasaan si korban tanpa ia sadari.Â
Kita ambil contoh, misalkan seseorang disekitar kita ada yang terkena covid 19 kemudian anda mengatakan "sabar ya, kamu pasti bisa sembuh." Sayangnya, kalimat tersebut justru malah membuat mereka semakin tidak percaya diri untuk sembuh dan muncul emosi lain seperti kesal, sedih, dan tertekan.Â
Jika kita berniat untuk memberitahu mereka sebaiknya gunakan kalimat yang lebih mendukung mereka secara emosional seperti "kamu bisa hubungi aku jika perlu sesuatu atau mau beli makanan."Â
Karena kalimat seperti itu justru lebih membantu mereka secara tindakan tanpa mengurangi rasa kepedulian kita. Selain itu, toxic positivity juga berdampak pada psikologi seseorang seperti berikut ini.
Dampak Toxic Positivity
1. Membuat seseorang merasa rendah diri dan tertekan
Beberapa penderita sering sekali merasa keadaan mereka dibanding-bandingkan dengan orang sekitarnya yang justru membuat kondisi kesehatan mereka semakin memburuk.
2. Mengingkari perasaan negatif yang dirasakan pada diri penderita