Mohon tunggu...
Fathor Rahman
Fathor Rahman Mohon Tunggu... Guru - Fata

Cukup Cinta Untuk Tidak Menyakiti, Cukup Sakit Untuk Tidak Mencintai

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ter-motivasi

9 Juli 2022   11:30 Diperbarui: 13 Juli 2022   06:54 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya lupa tanggal berapa foto dikirim oleh sepupu dari Jogja tetapi yang pasti  sekitar Bulan September 2021, kebetulan saat itu ayah saya sedang tour ke Brobudur bersama timnya, kelompok tani. 

Usai melihat inbox WA dan mendonloadnya foto di atas, sontak saya keluar air mata, seketika meletakkan laptop menaruhnya di atas meja kerja dan menundukkan kepala, mengingat ayah yang sudah tua namun semangatnya selalu memotivasi saya untuk senang berbuat baik kepada tetangga, sebagaimana pesan ayah. 

Pernah suatu ketika saat saya mudik, saya sampaikan untuk berhenti banyak melakukan kegiatan tidak semuanya ayah handle-nya sehingga bisa istirahat. 

"Ayah, kasihkan saja keorang lain salah satu jabatannya sebagai ketua takmir masjid  atau ketua kelompok taninya sampaikan keorang saat musyawarah karena belakangan saya dengar akan diambil dari orang yang sudah berkuliah-sarjana, apalagi ayah juga masih sibuk urus makam yang ada kegiatan yasinan tiap malam Senin", Ungkap saya ke ayah. 

Khas ayah kalau pagi duduk santai sambil ngopi, nyapa tetangga yang lewat depan rumah menuju sawahnya untuk memulai aktivitasnya. 

"Sudah ayah tawarkan kemarin saat rapat, ayah sudah berniat memundurkan diri, catatan pupuk sudah tak bacakan yang terealisasi dan ada juga yang masih berhutang. Termasuk ketua masjid, ayah sudah minta ganti karena ayah merasa kurang paham ilmu agama. Namun kenyataannya, dari hasil rapat, ayah ditetapkan dan dipilih lagi dari masyarakat, tidak ada yang mau ganti. Kalau ganti, lebih baik bubar kata masyarakat", Jawab ayah.

"Selama ayah dibutuhkan, ayah kerjakan yang penting kebaikan. Kalau nggak ada yang ngurus, siapa yang akan mau mengirim pupuk kesini dari pemerintah yang disubsidi, barangkali bermanfaat bagi orang yang membutuhkan untuk sawahnya", Lanjut ayah.  

Saya intip bagaimana cara ayah melayani masyarakat saat melakukan pendistribusian pupuk Urea. Sepulang habis nyabit rumput, ayah masih sempat antar pupuk ke tetangga yang pesan bahkan rumahnya berada dijarak yang lumayan jauh.

Waktu itu, motor tua yang ayah bawa, sadel sepeda motornya pun lepas, ayah tutupi dengan karung pupuk dan diikatnya dengan karet agar tidak kelihatan dan yang nampak hanya membawa pesanan orang.

Tiga divisi yang ayah urus mulai perekonomian-pertanian berupa pupuk dan lainnya melalui kelompok tani, kemudian keagamaan yaitu masjid, dan terakhir tempat manusia kembali adalah makam, berkolaborasi terpecahkan saat rapat kelompok tani dilakukan. 

Andai ayah saya dulu sempat kuliah, mungkin ayah akan aktif bersosialisasi dan berselancar melalui media sosial. 

thank ayah:)

Ayah berbaju batik semu biru hitam

In_Bungbaruh Kadur Pamekasan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun