Rasa nyeri sudah mulai terasa di kaki, namun pintu keluar yang saya cari nampaknya belum terlihat juga. Saya pun terus melangkah sambil menahan sakit dan dalam hati mulai "grundel" ini yang bikin jalan bagaimana sih?
Namun "grundel" saya tiba hilang ketika dua orang bapak nyeletuk "ki sik kon menggok neh ora?" Atau bahasa Indonesianya "ini nanti masih disuruh belok lagi tidak?" Katanya sambil menahan tawa.
Mendengar celetukan itu sayapun tersenyum, ternyata bukan saya saja merasakan rute jalan yang tak ada habisnya di Pasar dekat Kawah Sikidang Dieng.
Rute yang menuju pintu keluar dari kawah Sikidang menurut saya memang cukup "menyiksa" apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa jalan jauh. Bayangkan saja setelah menapaki ratusan meter jalan di melingkari Kawah pengunjung "dipaksa" melewati jalan di tengah-tengah pasar.Â
Ketika langkah pertama kali menjejaki jalanan tengah pasar itu mungkin belum begitu terasa. Namun. Ketika sudah memasuki tiga atau empat belokan dalam hati anda akan bertanya-tanya ini jalan habisnya kapan? Dari tadi melewati orang jualan barang yang sama dan tak ada habis-habisnya?
Rute keluar dari kawah Sikidang ini mengingatkan saya akan sebuah cerita mitologi Yunani tentang mahluk bernama minotaur. Mahluk ini lahir dari hubungan gelap istri Minos raja Kreta dan seekor banteng hingga akhirnya ia terlahir sebagai mahluk setengah manusia setengah banteng.
Minotaur ini tumbuh dewasa. Ia tumbuh sebagai seorang "monster" yang gemar memangsa manusia. Karena semakin membahayakan Minos akhirnya meminta seorang perancang bangunan terkenal di sana bernama Daedalus untuk membangun Labirin raksasa untuk mengurung Minotaur.
Suatu saat Minos memimpin pasukan Kreta menaklukan Athena. Sebagai upeti demi jaminan keamanan Minos mewajibkan Athena setiap tahun mengirim tujuh pemuda dan tujuh perawan menjadi santapan Minotaur. Tujuh pemuda dan tujuh perawan ini dilepaskan kedalam labirin hingga akhirnya tewas dimangsa Minotaur.
Walah kok jadi berfikir muter-muter jauh sampai Yunani. Saya tidak tahu apakah saat proses desain "akses" jalan keluar kawah sikidang ini desainer terinspirasi oleh kisah mitologi ini.
"kalau yang usianya setengah "muda" kaya saya ini mungkin bisa lewat kalau yang kebetulan kondisinya tidak memungkinkan bagaimana?" tanya saya dalam hati.
Pertanyaan ini terjawab di sebuah belokan ada tulisan pintu darurat namun entah kenapa pintu itu tergembok rapat-rapat dan untuk membukanya harus menelpon nomor yang tertera.
Sayapun terus melangkah mencari jalan keluar sambil menggigit kue sagon yang saya beli di tengah perjalanan melewati labirin eh bukan jalanan di tengah pasar. Dua buah kue sagon seharga lima ribuan pun terlahap habis. Saya tidak boleh lapar saya harus punya energi cukup untuk melawan Minotaur, eh bukan untuk menuju pintu keluar.
Fathoni Arief
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H