Sengatan panas sang Surya siang itu, tak mengecilkan minat saya berkunjung ke goa Selarong. Dengan mengendarai sepeda motor, saya bersama istri, menuju Selatan kota Yogyakarta tepatnya di desa Guwosari kecamatan Pajangan, kabupaten Bantul.
Meskipun sudah lebih dari tujuh tahun tinggal di kota Gudeg saya belum pernah berkunjung ke tempat persembunyian Pangeran Diponegoro. Padahal sebenarnya lokasinya tidak terlampau jauh hanya sekitar 14 km dari pusat kota Yogya. Bila menggunakan kendaraan pribadi dengan kecepatan santai hanya menghabiskan waktu tak lebih dari sejam.
Sebagai referensi, sebelum mengunjungi Selarong saya sempat membaca berbagai artikel yang ditulis baik di blog maupun berita internet. Dari artikel itulah saya mendapatkan petunjuk arah sebagai pegangan menuju ke lokasi. Tapi ternyata tetap saja, meskipun sudah membaca artikel dan tahu gambaran petunjuk arah, kami tetap nyasar juga.
Goa Selarong bisa dijangkau baik dengan kendaraan pribadi baik kecil maupun besar. Jalan menuju kesana relatif sudah bagus. Sebenarnya acuanya gampang dari kota Yogyakarta lewat saja jalan raya Bantul hingga sampai perempatan Masjid Agung Bantul. Dari sini langsung saja belok kekanan menuju ke arah Barat ( Sebagai catatan ikuti saja jalan yang besar hingga menemukan perempatan dengan petunjuk arah ke Selarong). Kesalahan kami kemarin tidak mengikuti jalan besar namun masuk jalan kampung meskipun setelah beberapa kali bertanya kepada penduduk bisa sampai juga ketujuan. Jika sudah bertemu perempatan dengan petunjuk arah ke Selarong ikuti saja, hanya beberapa menit kita akan menemukan gerbang selamat datang di kawasan wisata Goa Selarong.
Untuk bisa masuk ke kawasan wisata goa Selarong pengunjung harus membayar retribusi yaitu , parkir dan masuk kawasan. Meskipun harus membayar tak perlu kuatir, karena biaya masuknya tak sampai menguras dompet Rp.2000,- untuk masuk dan Rp.2000,- untuk parkir sepeda motor. Pertama kali memasuki kawasan kesan rindang dan sejuk. Pohon besar menaungi parkiran sehingga meskipun diparkir berlama-lama jok motor tak bakal panas menyengat pantat.
Dari tempat parkir, bila inginmenuju ke lokasi goa, pengunjung bisa menempuh dengan berjalan kaki sekitar 100an meter ke arah Barat. Nanti ada ratusan anak tangga naik menuju goa. Seakan mengerti para pengunjung bakal kehausan setelah tiba di atas di bawah dan disepanjang perjalanan menuju anak tangga banyak dijumpai pedagang minuman dan buah buahan. Buah lokal seperti jambu biji dan kedondong banyak dijumpai di sana.
Sebelum melihat langsung lokasi goa saya tak tahu jika sebenarnya di sana ada dua buah goa, goa kakung dan putri. Goa-goa tersebut juga tak seperti bayangan saya seperti goa yang terdapat di pacitan yang luas dan bisa msuk hingga kedalam. Goa-goa tersebut ternyata hanya seluas lebar tak lebih dari 10 meter persegi dan tingginya kurang dari 2 meter. Konon keberadaan goatersebut hanya sebagai pintu masuk saja sedangkan di balik dinding goa dalam bebatuan terdapat ruang yang tak bisa dilihat sembarang orang. Itulah sebabnya dulu kompeni susah menemukan keberadaan sang pangeran meskipun sudah berkeliaran di sekitar lokasi hingga harus menggunakan tipu daya menjebak sang pangeran. Sayangnya keberadaan goa tersebut tak lepas dari ulah tangan jahil. Meskipun di mulut kedua goa sudah dipagar ada saja orang yang mencorat-coret di sekitar goa.
Berkunjung ke goa Selarong bagi mereka yang minat akan wisata sejarah bisa menjadi semacam napak tilas perjuangan Diponegoro di masa silam. Sedangkan bagi yang ingin bersantai dan menikmati alam jangan kuatir di sana juga terdapat air terjun, sendang Manikmoyo, pepohonan yang rindang yang membuat kita bisa betah berlama-lama duduk di sana. Selain itu ada pula kerajinan khas masyarakat sana dari kayu yang bisa dilihat langsung proses pembuatanya oleh pengunjung.
Fathoni Arief
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H