Mohon tunggu...
Fathma Cita Zunur Rahma
Fathma Cita Zunur Rahma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

part time overthinker

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesekali Bukan Fiksi

5 Maret 2021   10:56 Diperbarui: 5 Maret 2021   11:08 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

sekali-kali tidak, saya bersumpah atas nama apapun agar tidak kembali memanggil sebuah nama. setidak-tidaknya, menguatkan hati atas apa yang pernah terjadi sebelumnya. seperti pembicaraan dini hari bersama seorang kawan, kami berbincang. suaranya mengadu, bertabrakan sesekali dengan irama keyboard laptop. malam kemarin, tidak begitu dingin. hangat, saya menemukan kembali.

beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk pergi mengasingkan diri. saya memutuskan untuk mengikuti sebuah komunitas mengajar di daerah 3T, dengan tujuan tidak lain tidak bukan ingin mengenal siapa diri saya kembali. perjalanan 5 tahun bukan waktu yang cepat untuk bangkit. barangkali tidak semua dapat terselesaikan, karena sayapun perlahan percaya bahwa tidak semua pertanyaan memiliki jawaban. kejadian-kejadian yang bagi sebagian prang tidak ada apa-apa, justru itu yang mengubah prinsip dan pemikiran.

saya kehilangan kepercayaan terhadap manusia lain. selain menangis, melukai diri sendiri menjadi hobi. mencaci maki, berucap "anjing babi". semua tahu bahwa itu salah, dan tidak ada pembenaran atas segala. menunda semua perasaan terbuka dengan menyibukkan diri. pagi pergi, siang pergi, malam pergi. tidak ada hari sabtu dan minggu, kedua hari istirahat itu tetap saya guna untuk bekerja. saya pikir, melampiaskan rasa lelah dengan mengerjakan sesuatu yang lain akan berguna. setidaknya, saya tidak perlu risau untuk memikirkan hal-hal negatif. saya cukup pergi pagi, pulang dini hari, langsung tidur. 

ternyata saya salah. menomorsekiankan perasaan diri sendiri tidak sama sekali dibenarkan. menerjunkan diri ke kerumumunan dengan ekspektasi saya akan ikut merasakan atmosfer keramaian. tidak, sekali lagi sepi. saya sepi, saya merasa sendiri. seperti kamu berjalan, dan dihantui sana-sini.

ah, dari sebulan kemarin saya belajar banyak sekali. tentang permainan masa, tentang kapasitas diri, juga seni untuk bersikap bodo amat-- seperti judul sebuah buku best seller. perlahan sembuh, perlahan luruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun