Mohon tunggu...
Fathiya Nurul Khaira Khaira
Fathiya Nurul Khaira Khaira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta

Memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik. Memiliki minat dalam mendalami pembelajaran bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Konsep Diri Hurlock: Pandangan Positif dan Negatif terhadap diri

18 Desember 2024   11:10 Diperbarui: 18 Desember 2024   11:09 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Konsep diri menurut Hurlock (2005) adalah persepsi yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri ini adalah kumpulan kepercayaan yang dimiliki individu mengenai diri mereka, termasuk karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi, serta pencapaian. Konsep diri dapat diartikan sebagai keyakinan, sudut pandang, dan penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Seseorang disebut memiliki konsep diri negatif apabila ia percaya dan berpandangan bahwa dirinya lemah, tak berdaya, tidak mampu berbuat sesuatu, tidak kompeten, gagal, tidak menarik, tidak mampu, dan kehilangan minat terhadap kehidupan. Sebaliknya, individu yang memiliki konsep diri positif akan tampak lebih optimis, percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap segala hal. Dalam analisis ini penulis menggunakan objek analisis berupa seorang peserta didik salah satu SMK di dekat kampus penulis, dengan inisial "A".

  • Konsep diri positif

"A" merupakan seseorang yang selalu percaya pada kemampuannya, meskipun terkadang ia meragukan apakah dirinya diterima sepenuhnya oleh orang-orang di sekelilingnya. Tetapi, "A" tetap berusaha untuk memiliki pikiran positif saat menghadapi berbagai rintangan hidup. Ia yakin bahwa setiap persoalan selalu memiliki jalan keluar, dan dia tidak membiarkan diri terjebak dalam ketakutan atau tertekan oleh tantangan yang ada. "A" menyadari bahwa kehidupan dipenuhi dengan tantangan, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan berkonsentrasi dalam menemukan solusi.

Walaupun ia menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan, "A" meyakini bahwa kesempurnaan hanyalah hak Allah SWT. Pandangan ini memungkinkannya untuk menerima dirinya sendiri beserta segala kelemahannya tanpa merasa inferior. Menurut Hurlock, individu yang memiliki konsep diri positif akan mempunyai pandangan realistis dan optimis mengenai dirinya sendiri. Konsep diri yang positif ini, sebagaimana diuraikan oleh Hurlock, berfungsi krusial dalam membentuk individu yang dapat menghadapi berbagai tantangan dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Hurlock mengungkapkan bahwa orang yang memiliki konsep diri positif biasanya merasa lebih bahagia, lebih stabil secara emosional, dan lebih percaya diri dalam membuat keputusan.

"A", dengan kepercayaan ini, senantiasa berusaha mengasah kemampuannya dan tidak membiarkan rintangan hidup menghambat perkembangannya. Menurutnya, kekurangan bukanlah sesuatu yang perlu disesalkan, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang harus dipahami. Hurlock juga menegaskan bahwa orang yang memiliki konsep diri positif lebih dapat menerima umpan balik dari orang lain tanpa merasa terancam atau merasa rendah diri. Mereka lebih mungkin melihat umpan balik sebagai kesempatan untuk meningkatkan diri, bukan sebagai penilaian yang merugikan. "A", dengan cara ini, senantiasa berupaya untuk terus belajar dan berkembang, memperbaiki diri tanpa merasa tertekan oleh kekurangan yang ada.

  • Konsep diri negatif

"A" merasa bahwa ia belum mendapatkan penghargaan atas pencapaian yang sudah dicapainya selama ini. Walaupun ia berjuang dengan tekun dan berusaha seoptimal mungkin, ia sering kali merasakan bahwa usahanya tidak mendapat penghargaan dari orang-orang di sekelilingnya. Situasi ini membuat A merasa tidak percaya diri, terutama saat orang lain mengomentari penampilannya. Ulasan atau tanggapan tentang tampilannya membuatnya merasa tidak enak dan semakin ragu pada dirinya sendiri. Saat mendapatkan kritik, "A" sering kali terperangkap dalam pikiran berlebihan (overthinking), meragukan apa yang salah dengan dirinya, dan merasa seakan-akan tidak diterima oleh orang lain.

"A" juga kerap merasakan kecemasan saat ia merasa tidak berhasil dalam meraih apa yang diharapkannya. Kegagalan ini semakin memperburuk perasaannya tentang diri sendiri, dan ia mulai merasa pencapaiannya tidak memadai. Kekhawatiran dan kurangnya rasa percaya diri ini merupakan wujud dari konsep diri negatif yang sering dialami "A". Berdasarkan teori Hurlock, konsep diri negatif muncul saat individu sulit menerima diri mereka sendiri, terutama saat menghadapi kritik atau persepsi kegagalan. Hurlock mengemukakan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif sering kali merasa terancam oleh penilaian orang lain, yang bisa mengakibatkan ketidakmampuan dalam menilai diri secara objektif. "A" sering kali terperangkap dalam perasaan kurang percaya diri dan kekurangan, seakan-akan semua usaha dan pencapaiannya tidak memadai. Keadaan ini juga bisa mengakibatkan rendahnya semangat untuk berusaha lebih baik, karena "A" merasa bahwa semua yang ia lakukan tidak akan pernah mendapatkan pengakuan.

Selanjutnya, Hurlock menjelaskan bahwa citra diri yang buruk dapat terbentuk akibat pengalaman-pengalaman negatif di masa lalu, di mana individu merasa sering diabaikan atau tidak dihargai. Hal ini dapat terjadi dalam komunikasi sosial, keluarga, atau bahkan dalam lingkungan pembelajaran. Dalam situasi ini, "A" merasakan bahwa ia selama ini kurang dihargai oleh orang-orang di sekitarnya, yang pada akhirnya mempengaruhi pandangan dirinya yang negatif. Sebagai contoh, saat "A" menerima kritik, ia tidak dapat menganggapnya sebagai peluang untuk maju, melainkan sebagai sebuah kegagalan pribadi yang semakin memperburuk rasa rendah dirinya.

Walaupun "A" tidak merasa sepenuhnya berada di bawah pengawasan orang tuanya dalam hidupnya, ia tetap merasakan adanya batasan-batasan tertentu yang tidak bisa diabaikan. Harapan dan tuntutan dari orang tua atau masyarakat sering kali menjadi tekanan tambahan yang menghalangi kebebasannya untuk benar-benar merasakan kebebasan dalam menentukan pilihannya sendiri. Meski ia memiliki kebebasan untuk memilih arah hidupnya, rasa tertekan oleh ekspektasi orang lain sering kali membuat "A" merasa bahwa ia tidak akan pernah bisa benar-benar memenuhi standar yang diharapkan, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang-orang di sekitarnya. Dalam situasi ini, batasan-batasan tersebut juga memperburuk persepsi diri negatif yang ia alami, menjadikannya lebih sukar untuk menerima dirinya yang sebenarnya.

Menurut Hurlock, individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung melihat masa depan dengan pesimis dan merasa tidak berkuasa untuk mengubah keadaan hidupnya. "A " merasa tertekan oleh harapan orang tua dan tuntutan masyarakat, yang membuatnya sulit merasa bebas dalam mengeksplorasi potensi dirinya. Ia merasa bahwa apa pun yang ia lakukan tidak akan pernah memadai, dan ini menghalangi "A" untuk merasakan kepuasan terhadap dirinya sendiri. Sebagai hasilnya, konsep diri yang buruk pada "A" semakin memperburuk kecemasan dan ketidakpastian di dalam dirinya, seolah-olah ia tidak sanggup memenuhi harapan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun