Mohon tunggu...
Fathiya Mumtazah
Fathiya Mumtazah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menulis untuk mengabadikan pengalaman/perasaan | melatih jari tangan biar nggak kaku :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

'Teroris' Meresahkan Penerimaan Mahasiswa Baru

21 September 2012   02:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa waktu yang lalu kampus terlihat sangat ramai dengan warna hitam putih. Pemandangan ini memang sudah tidak asing saat agenda Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) berlangsung. Selain berpakaian hitam putih, biasanya tidak ketinggalan beragam aksesoris yang harus dipakai. Ada yang harus menggunakan tanda pengenal yang dikalungkan di leher, rambut mahasiswa putra yang tidak boleh melebihi 3 cm (ada yang sampe diukur pake penggaris,hehe..), mahasiswi yang harus diikat rambutnya menggunakan pita warna warni, dan banyak lagi request senior untuk 'mendidik' maba (istilah mahasiswa baru) supaya tidak manja saat menerima gelar resmi sebagai mahasiswa. Tiap fakultas biasanya menerapkan cara yang berbeda untuk menyambut maba. Ada yang santai dan bersahabat, tapi ada juga yang tidak bisa tersenyum lepas saking tegangnya suasana PMB yang disajikan oleh senior. Namun yang pasti, maba hanya bisa pasrah menerima segala bentuk rangkaian acara PMB yang susah payah diwujudkan oleh panitia senior. Syukur-syukuk kalau suasana PMB menenangkan, tapi kalaupun menegangkan ya biasanya mereka berusaha jadi anak baik-baik supaya tidak bermasalah dengan senior ketika PMB sudah berlalu.

Entah ingin berusaha sejalan dengan suasana PMB atau ada alasan lain, sepertinya media sudah 'janjian' memberikan berita-berita seputar dunia kampus. Berita baik-baik  memang ditayangkan, tapi berita-berita yang sarat dengan propaganda juga santer diberitakan.

Setahun yang lalu (kalau saya tidak salah), ada liputan berita tentang beberapa mahasiswa yang menghilang dari kampus. Ternyata setelah mereka ditemukan ada indikasi mereka telah masuk dalam kelompok Negara Islam Indonesia (NII), salah satu paham sesat yang semakin tumbuh subur sampai saat ini. Tentu saja isu yang sudah sangat lama tidak mncul ke permukaan ini membuat berbagai macam pihak cemas. Birokrat kampus, mahasiswa yang bersangkutan, terlebih orang tua yang sudah ikhlas merelakan anaknya belajar dan tinggal jauh dari mereka. Apalagi media massa (khususnya televisi) memberitakan dengan sangat membabi buta. Pastinya akan lebih banyak pihak yang mengkhawatirkan hal itu.

Dengan adanya kata 'Islam' yang menempel di kelompok sesat NII dan cara perekrutan yang cenderung tersembunyi serta adanya doktrin-doktrin palsu berbau Islam yang diberikan kepada calon 'korban' membuat ada pihak yang mau tidak mau ikut terusik oleh pemberitaan media yang sangat tendensius memojokkan pihak-pihak tertentu.

Siapa lagi kalau bukan ROHIS. Forum Rohani Islam yang beranggotakan banyak mahasiswa sholih-sholihah dan berprestasi (dosen dan birokrat pun mengamini ^^) ini jadi ikut terkena getahnya. Bayangkan saja,  kegiatan mentoring bersama, kajian Annisa,  Mabit, training kepemimpinan, dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lain  jadi sasaran kecurigaan berbagai pihak. Dengan orang tua menasihati anaknya yang baru saja memasuki dunia kampus. "Belajar yang rajin ya Nak. Nggak usah ikut kegiatan yang macam-macam". Bahkan yang agak "ngenes" saat mereka diantar ke wisma (istilah untuk kos khusus muslim), orang tua maba langsung bilang, "Maaf saya cari kosan yang biasa-biasa aja untuk anak saya,  Mbak." Sesaat setelah mahasiswi senior penghuni wisma yang berpenampilan sopan dengan hijab lebar menutup dada menjelaskan program rutinan wisma Islami. Padahal jelas-jelas sholat berjama'ah, kajian fiqih wanita, dan piket wisma adalah program rutin yang 'biasa-biasa saja'.

Dan meskipun media dengan begitu hebatnya menggempur 'kami' dengan berita yang sangat memojokkan itu. Alhamdulillah, anak rohis yang ternyata banyak aktif di BEM, Senat, Kelompok Studi, UKK/UKM, dan asisten praktikum tidak dipandang sebelah mata oleh maba yang sudah pintar menilai dengan hati nurani. Wisma pun diisi oleh maba yang semakin lama semakin sholih dan sholihah ^^. Akhirnya gempuran berita itupun seakan menghilang ditumpuk oeh isu-isu menarik lain yang bisa diberitakan media massa supaya rating terus naik.

Lalu sekarang, seakan mengalami de javu. PMB tahun ini pun diselimuti oleh pemberitaan tidak enak seputar rohis. Media massa yang tidak independen dan dibackingi oleh pihak-pihak anti Islam secara semena-mena menayangkan cara perekrutan teroris-teroris muda. Kali ini mungkin lebih ditujukan kepada rohis di sekolah.

Ini nih Pola perekrutan Teroris Muda ala Metr* TV:

1.       Sasarannya siswa SMP akhir-SMA dari sekolah-sekolah umum.

2.      Masuk melalui program ekstra kurikuler di masjid-masjid sekolah.

3.      Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah.

4.      Dijejali berbagai kondisi sosisl yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang.

5.      Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah thaghut/kafir/musuh.

Sesungguhnya fitnah ini sebagai bukti bahwa ada pihak yang terancam dengan semakin besarnya pengaruh ROHIS mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang tangguh, sholih, dan sholihah

Sesungguhnya fitnah yang menghampiri kami sama sekali tidak membuat kami terpecah belah.

Justru membuat kami semakin bersatu padu melawan kedzholiman fitnah media yang tidak bertanggungjawab.

Kami pun dengan mantap menyerukan "Kami anak ROHIS, dan kami BUKAN TERORIS..!!!"

Kira-kira isu apa yang akan dihembuskan setahun mendatang??

Kami tunggu dengan perisai kekuatan dan keimanan yang lebih besar lagi untuk menghadang fitnah yang datang..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun