Mohon tunggu...
fathirkhoir
fathirkhoir Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya seorang mahasiswa ilmu komunikasi universitas muhammadiyah malang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

pengaruh sistem ekonomi perkotaan terhadap stratifikasi sosial di masyarakat

24 Desember 2024   11:03 Diperbarui: 24 Desember 2024   11:03 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan
Stratifikasi sosial dapat digolongkan berdasarkan keturunan, ras, suku dan tingkat ekonomi. Di Indonesia banyak ditemuistratifikasi sosial yang berdasarkan ekonomi dan hal ini banyak membawa dampak terhadap kecemburuan sosial terutama bagi yang dianggap lapisan kaya dan lapisan miskin. Penggolongan berdasarkan ekonomi tersebut akan membentuk sikap dan perilaku ekonomi. Sikap ekonomi mengacu pada bagaimana seseorang mengambil keputusan dalam menentukan pilihan-pilihan ekonomi yang dianggap sesuai dan tepat sesuai dengan kemampuannya, sedangkan perilaku ekonomi adalah tindakan dan tingkah laku ekonomi seorang manusia.
Sistem sosial dan budaya yang dipercayai sebagai hasil hubungan, komunikasi, sosialisasi individu dalam masyarakat mempunyai pengaruh atas bentuk tatanan lingkungan masyarakat. Akibat dari hubungan, komunikasi dan sosialisasi dalam masyarakat sehingga terciptalah sistem social masyarakat yang menjadikan masyarakat terbagi dalam lapisan-lapisan atau kedudukan berdasarkan kepercayaan, nilai, norma dan adat istiadat dalam masyarakat.

A. Masyarakat Urban
1. Pengertian
      Masyarakat Urban Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), urban diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kota, bersifat kekotaan, atau orang yang pindah dari desa ke kota. Sementara itu, dilihat dari aspek dinamikanya, maka masyarakat urban adalah masyarakat yang lahir dan direproduksi oleh proses modernitas dalam dinamika institusi modern. Anthony Gidden membayangkan masyarakat urban sebagai tipikal manusia yang hidup pada dekade terakhir abd ke-20 yang memiliki kesempatan luas untuk menyebar ke berbagai belahan dunia menikmati eksistensinya. Bahkan ia membayangkan masyarakat urban yang modern tersebut, memiliki sisi-sisi mengerikan yang menurutnya adalah fenomena nyata dewasa ini.
2. Ciri-Ciri Struktur Sosial Masyarakat Urban
a)Menurut Daldjoeni, ciri-ciri struktur sosial kota terdiri atas beberapa gejala sebagaimana diuraikan berikut: Heterogenitas Sosial, yakni kepadatan penduduk mendorong terjadinya persaingan-persaingan dalam pemanfaatan ruang. Orang dalam bertindak memilihmilih mana yang paling menguntungkan baginya, sehingga akhirnya tercapai spesialisasi. Kota juga merupakan melting pot bagi aneka suku maupun ras.
b)Hubungan sekunder, yakni pengenalan dengan orang lain serba terbatas pada bidang hidup tertentu. Hal ini disebabkan antara lain karena tempat tinggal orang juga cukup terpencar dan saling mengenalnya hanya menurut perhatian antar pihak.
c)Kontrol (pengawasan sekunder), yakni di kota orang tidak mempedulikan perilaku peribadi sesamanya. Meski ada kontrol sosial, tetapi ini sifatnya non pribadi; asal tidak merugikan bagi umum, tindakan dapat ditoleransikan.
d)Toleransi sosial, yakni orang-orang kota dapat berdekatan secara fisik, tetapi secara sosial berjauhan.
e)Mobilitas sosial, yakni perubahan status sosial seseorang. Orang menginginkan kenaikan dalam jenjang kemasyarakatan (social climbing). Dalam kehidupan kota segalanya diprofesionalkan, dan melalui profesi seseorang dapat naik posisinya. 6. Ikatan sukarela (voluntary association), yakni secara sukarela orang menggabungkan diri ke dalam perkumpulan yang disukainya.
f)Individualisasi, yakni merupakan akibat dari sejenis atomisasi dimana orang dapat memutuskan sesuatu se cara pribadi, merencanakan kariernya tanpa desakan orang lain.
g)Segragasi keruangan (spatial segragation), yakni akibat kompetisi ruang yang terjadi pola sosial yang berdasarkan persebaran tempat tinggal atau sekaligus kegiatan sosio-ekonomis. Segragasi ini tampak pada munculnya wilayahwilayah sosial tertentu seperti, kaum Cina, Arab, kaum elit, gelandangan, pelacuran, dan sebagainya.

          Bila mengacu pada uraian mengenai struktur sosial tersebut, maka beberapa hal menarik dikaitkan dengan kajian mengenai perubahan struktur sosial masyarakat di kota Makassar. Beberapa realitas yang akan diamati seperti:
a)heterogenitas sosial yang menyebabkan terjadinya perebutan pemanfaatan ruang,
b)hubungan sekunder yang mengaburkan ikatan etnik,
c)kedekatan secara fisik dan berjauhan secara sosial membutuhkan proses untuk menjadi sebuah komunitas,
d)Ikatan suka rela yang memberi peluang atas seseorang untuk bergabung dengan kelompok manapun,
e)Segragasi keruangan (spatial segragation) akibat kompetisi ruang, melahirkan persebaran tempat tinggal atau sekaligus kegiatan sosio-ekonomis serta wilayah-wilayah sosial tertentu.
B. Stratifikasi Sosial
1. Pengertian Stratifikasi
 
    Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti Sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau measyarakat kedalam kelaskelas secara bertingkat (hierarkis). Seorang sosiolog, Pitirin A. Sorokin (1957) mengatakan bahwa sistem berlapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu itu disebut dengan stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai pembedaan atau pengelompokan anggota masyarakat secara vertikal. Stratifikasi sosial merupakan gejal sosial yang sifatnya umum pada setiap masyarakat. Bahkan pada zaman Yunani Kuno, Aristoteles (384--322 SM) telah menyatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara selalu terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah tengahnya.
2. Karakteristik
Stratifikasi sosial di masyarakat urban adalah pengelompokan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial berdasarkan perbedaan akses terhadap sumber daya, status, dan kesempatan. Masyarakat urban cenderung lebih kompleks dan heterogen, sehingga stratifikasi lebih dinamis dan beragam.

Karakteristik Utama:
*Berbasis Pencapaian (Achievement): Status sosial ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, bukan semata-mata karena keturunan atau tradisi.
*Dinamika Tinggi: Mobilitas sosial di masyarakat urban lebih cepat, baik naik (vertikal) maupun berpindah peran sosial (horizontal).
*Kesenjangan yang Nyata: Perbedaan antara lapisan sosial atas dan bawah terlihat jelas, seperti kawasan elit dan daerah kumuh di perkotaan.
*Heterogenitas Budaya: Keberagaman etnis, agama, dan gaya hidup di kota memengaruhi struktur stratifikasi sosial.

3. Faktor Penyebab Stratifikasi Sosial di Masyarakat Urban
1.Ekonomi
oFaktor ekonomi menjadi penyebab utama terbentuknya stratifikasi sosial. Masyarakat urban umumnya memiliki struktur ekonomi yang beragam, dengan sektor-sektor seperti industri, perdagangan, dan jasa yang memberikan lapangan pekerjaan bagi berbagai lapisan masyarakat. Namun, distribusi kekayaan dan pendapatan yang tidak merata menyebabkan terciptanya kelas sosial yang berbeda. Kelas atas, yang biasanya terdiri dari pengusaha besar, profesional dengan pendidikan tinggi, serta pejabat pemerintah, memiliki sumber daya yang jauh lebih besar. Sementara itu, kelas menengah dan bawah, yang cenderung memiliki pekerjaan dengan upah rendah dan keterbatasan dalam akses modal, seringkali terperangkap dalam kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan.
2.Pendidikan
oPendidikan menjadi salah satu faktor yang menentukan posisi seseorang dalam stratifikasi sosial. Di kota-kota besar, adanya institusi pendidikan yang berkualitas dapat memberikan peluang bagi individu untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Namun, ketidakmerataan dalam akses Pendidikan antara mereka yang mampu membayar biaya pendidikan tinggi dan mereka yang tidak menciptakan jurang pemisah antara kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas dan menengah umumnya mampu memberikan pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka, sementara kelas bawah seringkali terhambat oleh keterbatasan ekonomi.
3.Akses terhadap teknologi dan informasi
oKemajuan teknologi dan informasi juga berperan dalam stratifikasi sosial. Di masyarakat urban, kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuka peluang bagi individu yang terampil dalam teknologi untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi, seperti di sektor teknologi informasi, digital marketing, dan start-up. Namun, mereka yang kurang teredukasi atau tidak memiliki akses kepada perangkat teknologi cenderung tertinggal dalam hal mobilitas sosial dan ekonomi.

4.Konsumsi dan Gaya Hidup
oGaya hidup masyarakat kota sering menjadi simbol status sosial, seperti merek barang yang digunakan, tempat tinggal, atau hiburan.
oKonsumsi barang mewah mempertegas perbedaan status sosial.
5.Lokasi Tempat Tinggal
oWilayah tempat tinggal di kota menunjukkan lapisan sosial seseorang, seperti kawasan elit, perumahan menengah, atau daerah kumuh.
6.Globalisasi dan Modernisasi
oPerkotaan yang terhubung dengan globalisasi sering kali memiliki kelas sosial yang lebih beragam, termasuk kelas pekerja global, kelas menengah, dan elit.
       7.     Faktor Sosial dan Budaya
oAspek sosial-budaya juga memengaruhi stratifikasi sosial di masyarakat urban. Faktor seperti etnis, agama, dan gender seringkali menjadi elemen yang memperkuat stratifikasi sosial. Dalam beberapa kasus, diskriminasi terhadap kelompok tertentu dalam masyarakat bisa memperburuk ketidaksetaraan. Misalnya, kelompok minoritas etnis atau gender sering kali menghadapi hambatan dalam akses ke pekerjaan yang layak, pendidikan, dan layanan kesehatan.

4. Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial di Masyarakat Urban
1.Stratifikasi Berdasarkan Ekonomi:
oLapisan Atas: Pengusaha sukses, pejabat tinggi, dan profesional dengan penghasilan besar.
oLapisan Menengah: Pekerja kantoran, guru, pegawai negeri, dan wiraswasta.
oLapisan Bawah: Buruh, pekerja informal, dan pengangguran.
2.Stratifikasi Berdasarkan Pendidikan:
oPendidikan tinggi menghasilkan peluang untuk strata sosial yang lebih tinggi.
oKurangnya akses pendidikan memperkuat posisi di strata bawah.
3.Stratifikasi Berdasarkan Gaya Hidup:
oGaya hidup modern dan konsumerisme sering kali menciptakan pengelompokan berdasarkan simbol status seperti mode, tempat hiburan, dan makanan.
4.Stratifikasi Berdasarkan Lokasi:
oWilayah elit (apartemen mewah atau perumahan eksklusif) sering dihuni oleh lapisan atas.
oKawasan padat dan kumuh dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

5. Dampak Stratifikasi Sosial di Masyarakat Urban
      1.Peningkatan Kesenjangan Sosial
oKesenjangan sosial yang besar antara kelas-kelas sosial dapat menimbulkan ketegangan dan konflik. Masyarakat yang terfragmentasi antara kaya dan miskin sering kali sulit mencapai harmoni sosial. Ketimpangan dalam distribusi kekayaan dan akses terhadap layanan publik dapat meningkatkan ketidakpuasan, memperburuk ketidakstabilan sosial, dan bahkan memicu ketegangan antar kelompok.
   

   2. Segregasi Sosial dan Ruang Perkotaan
oDi kota-kota besar, terdapat pemisahan yang jelas antara kawasan elit dan kawasan miskin. Segregasi sosial ini tercermin dalam perbedaan kualitas infrastruktur, layanan kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal. Kawasan kumuh di pinggiran kota menjadi tempat tinggal bagi kelas bawah, sementara kelas atas menikmati fasilitas terbaik di pusat kota atau kawasan elit.
     
  3. Keterbatasan Mobilitas Sosial
oMeskipun ada potensi mobilitas sosial di masyarakat urban, ketimpangan dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan teknologi sering kali menghambat individu dari kelas bawah untuk naik ke kelas menengah atau atas. Faktor-faktor seperti ketidakmampuan membayar biaya pendidikan atau terbatasnya informasi mengenai peluang karir membuat banyak individu dari kelas bawah terperangkap dalam posisi mereka.
       4. Dampak Psikologis
oKetimpangan sosial yang terlihat jelas di masyarakat urban dapat menimbulkan perasaan ketidakadilan di kalangan kelas bawah. Perasaan terisolasi dan rendah diri bisa menyebabkan masalah psikologis, seperti stres, kecemasan, dan depresi. Dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa mendorong individu untuk terlibat dalam perilaku kriminal sebagai bentuk pelarian.

6. Contoh Fenomena Stratifikasi Sosial di Masyarakat Urban
1.Kawasan Perumahan:
oPerbedaan antara kawasan elit dengan fasilitas lengkap (seperti Pondok Indah) dan kawasan kumuh tanpa fasilitas memadai (seperti bantaran sungai atau permukiman informal).
2.Transportasi:
oPengguna kendaraan pribadi (mobil mewah) dibandingkan pengguna transportasi umum yang sering diasosiasikan dengan strata sosial.
3.Pekerjaan:
oProfesi seperti dokter spesialis atau CEO sering kali berada di lapisan atas, sedangkan pekerja informal seperti pedagang kaki lima berada di lapisan bawah

7. Solusi Stratifikasi Sosial di Masyarakat Urban
     1. Meningkatkan Akses Pendidikan
oPendidikan Gratis dan Berkualitas: Pemerintah harus memastikan akses pendidikan gratis atau terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, termasuk di daerah miskin perkotaan.
oProgram Pelatihan Keterampilan: Memberikan pelatihan keterampilan (vocational training) bagi masyarakat urban berpenghasilan rendah untuk meningkatkan kemampuan kerja mereka.
o  Beasiswa: Menyediakan beasiswa untuk anak-anak dari keluarga miskin agar mereka bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun