Mohon tunggu...
Mochamad FathirAzriel
Mochamad FathirAzriel Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tazkiyat An-Nafs dan Tips Membersihkan Diri dengan Mujahadah dan Riyadhah

30 November 2023   21:58 Diperbarui: 30 November 2023   22:35 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam judul ini kita at-ta'rif bittazkiyah yakni memahami apa itu tazkiyatun nafs dari kata tazkiyah dari kata dzaka yang  berarti menyucikan atau memuji. adapun makna tazkiyah secara istilah adalah menyucikan dari sifat-sifat yang buruk dan berusaha keras dengan memperbaiki  dan menyempurnakan jiwa ini dengan dihiasi dengan keindahan amal-amal sholeh ini adalah makna tazkiyah, untuk mengetahui tazkiyah ini seperti apa sih dampak jiwa yang tidak suci dan kita akan mengenal seberapa penting tazkiyah ini dengan dalil yang artinya "sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu)"Q.S As-Syams[91]: 9 dan   "dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." Q.S As-Syams[91]: 10 jika kita tahu dampak dari jiwa yang kotor kita juga akan mengetahui bagaimana cara membersihkan hatinya.

diantara sekian banyaknya dampak jika yang kotor adalah sedikit ketaatannya karena didalam hatinya ada penyakit yang menjadikannya untuk tidak melaksanakan ketaatan dalam beribadah dan selalu menyerukan asma' allah dalam setiap langkapnya dalam menjalani kehidupan maka, tidak pantas bagi seorang hamba untuk tidak melaksanakan apa yang diserukan oleh allah Swt. 

yang kedua adalah berani berbuat maksiat yang kadang seorang manusia jika beramai-ramai dalam melakukan maksiat biasanya akan malu untuk berbuat, akan tetapi jika dalam kesendirian maka ia akan lakukan maksiat tersebut, dan jika jiwanya memang sudah kotor biasanya akan berani berbuat maksiat dalam keadaan apapun jika ia ingin melakukannya dan yang ketiga adalah meremehkan dosa seorang mukmin itu jika ia melihat dosanya maka ia akan melihat seakan-akan ia berada dibawah tebing yang tinggi dan ada rasa bahwa tebing itu akan menimpa dirinya jika ia melakukan dosa, itulah hati seorang mukmin yang memiliki jiwa yang bersih, yang suci jiwanya tetapi sebaliknya jika ia seorang yang memiliki hati yang kotor ia melalaikan dosa tersebut.

apa yang dilakukan oleh kita mungkin selama ini banyak hal-hal yang tidak sepantasnya kita lakukan karena kita ini nafs yakni, dalam artian jiwa dan dalam artian yang lebih mendalam adalah jiwa yang memiliki ruh.

bedanya dengan orang gila kita sama-sama memiliki nyawa akan tetapi tidak memiliki ruh karena ruh itu naluri yang dikendalikan oleh otak dan emosi dan kata 'tazkiyatun nafs' membersihkan jiwa dari apa-apa yang dilakukan diri yang dijalankan naluri yang tidak sepantasnya dilakukan ada cara untuk menghapus hal-hal yang yang tidak sepatutnya dilakukan dengan cara takhalli, tahalli dan tajalli, takhalli adalah melakukan pembersihan diri dari yang kotor hingga bersih secara bertahap dengan cara taubat, taubat yang dimaksud adalah taubat nasuha yakni taubat yang sungguh-sungguh yang dilakukan dengan bertahap. kedua adalah tahalli yakni, menghiasi diri dan hati dengan ibadah yang dilakukan dengan sepenuh hati, yang ketiga adalah tajalli yakni hasil yang didapatkan dari takhalli dan tahalli berupa nur yang di dapatkan melalui rasa.

dengan ini disimpulkan metodenya dinamakan tariqah, hasilnya dinamakan haqiqah  dan ujungnya dinamakan ma'rifah. dengan membuang sifat hedonis dan keji bahkan, yang syubhat saja menurut para sufi itu diharamkan karena hukum dari syubhat adalah sama-samar dan memang harus dihindari sebab ketidaktahuan akan suatu perkara

dan tips membersihkan diri dengan mujahadah dan riyadhah menurut syekh abdus samad al falimbani adalah bagaimana cara belajar tasawuf dengan mudah melalui mujahadah dan riyadhah  dengan sedikit tips yang diajarkan beliau adalah

1. mencari guru/ mursyid 

seorang guru atau mursyid yang mengerti akan aib dan nafsu yang dimasih berada, yang memiliki nafs amarah, yang telah dibaiat atau di talqin dalam suatu tariqat yang bersambung sanad mursyid tersebut dari guru-gurunya sampai pada rasulullah, karena ini adalah jalan yang paling selamat karena ilmu yang diturunkan itu secara turun temurun dan biasanya tidak ada keraguan dalam mempelajarinya, kalau ada pertanyaan apakah tidak bisa belajar sendiri? 

ya mungkin orang-orang tertentu dalam kapasitasnya memiliki perbedaaan masing-masing akan tetapi jika ada guru itu hanya memudahkan karena kadang kita susah untuk objektif dalam menilai diri sendiri dan suka keliru dalam mencari kekurangan dan kelemahan dalam diri sendiri pastinya kita harus memilih siapa yang menjadi guru yang tepat itu sebab biasanya kita ini merasa sudah mengerti dan lebih tau tapi setelah menemukan orang yang lebih tau disitu kita merasa kita ini tidak tahu apa-apa.

2. akan lebih mudah jika ada temannya

yang pasti yang dimaksudkan disini adalah teman yang sama-sama suluk atau menjalani tariqat karena dengan adanya teman itu saling mengoreksi dan saling memberi masukan kalau melaksanakan mujahadah dan riyadhah secara sendiri kan biasanya kadang ngelaksanain kadang juga tidak akan tetapi jika ada temannya itu biasanya sama-sama semangat dan saling menasihati jika salah jalan dan yang lebih bahayanya lagi jika keliru akan tetapi tidak ada yang meluruskan sebab pemikiran itu akan berjalan secara berbeda dari yang lainnya dan kadang tidak sama dan membutuhkan seorang yang selalu mengingatkan.

3. keterbukaan 

dalam artian bukalah dirimu dengan siap dinilai, siap dikritik, siap diberi saran jadi yang tadi diatas dijelaskan pasti adanya nama takhalli itu membersihkan apa yang kotor dalam diri kita berarti kan ada yang salah dalam diri kita ada yang perlu diperbaiki dengan menerima kritik dan saran bisa juga lewat muhasabah tapi kadang lewat muhasabah juga tidak cukup karena harus juga adanya interaksi untuk dinilai.

4. belajarlah dari orang lain

maksudnya adalah kadang kita tidak harus melakukan keburukan karena sudah ada contohnya dari orang yang sudah pernah melakukannya sebab kita juga harus belajar dengan keadaan sehingga tidak perlu dilakukan lagi oleh kita.

Dr. H. hamidullah mahmud, L.c, M.A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun