Novel Re: dan peRempuan adalah novel yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis yang terjadi  beberapa tahun yang lalu. Semula, mahasiswa Kriminologi (penulis) yang sedang melakukan penelitian skripsi dan tak disangka pertemuan Re:, si pelacur lesbian, mengubah jalan hidup Herman.Â
Kisah hidup Re: yang berliku menyeret Herman hingga jatuh ke dalam. Herman terpaksa terlibat dalam sisi tergelap dunia pelacuran yang bersimbah darah, dendam, dan air mata.Â
Sedikit cerita bahwa novel ini merupakan novel pertama yang saya punya. Hal ini terjadi ketika sang penulis Maman Suherman berkunjung ke pesantren yang saya tempati. Dalam kunjungan tersebut kang Maman bercerita tentang novelnya Re: dan peRempuan ada bagian yang paling menyentuh hati. Ketika kang Maman bercerita tentang Re: yang tampak begitu bersemangat karena pagi itu Re: ingin menengok buah hatinya yang mulai bersekolah namun usianya belum genap empat tahun ia pun dimasukkan ke TK kecil.Â
Setelah setengah jam menanti, tak disangka terselip anak kecil di depan pintu pagar sekolah.Â
"Itu Melur," ujarnya setengah berteriak, air matanya menetes seketika.
 "Ayo samperin...," kata kang Maman. Re: diam terpaku. Air matanya meleleh.Â
"Kamu saja. Datangi dia, dan peluk dia," jawabnya lirih.
"Lha, ngapain kamu kemari kalau harus aku juga yang memeluknya."
 ini bagian yang sangat menyentuh hati saya,
" Sudah, kamu ke sana, peluk dia.... Peluk dia, untukku."
"Kamu saja sendiri."
"Gue keringetan."
"ngga apa-apa. Ayo, sana..."
"Gue ini pelacur...," kata Re: nyaris tak terdengarÂ
"Jangan sampai di tubuhnya melekat keringat pelacur. Peluk dia untukku," lirihnya.
Novel Re: dan peRempuan adalah buku yang menceritakan dunia pelacuran yang diangkat dari kisah nyata seorang penulis. Novel ini akan menghadirkan sebuah amarah, luka, darah, dan air mata. Novel ini pun memberi pemahaman tentang dunia pelacuran yang amat kejam. Perlu diketahui novel ini diperuntukkan untuk mereka yang memiliki batasan umur.Â
Dalam doa melambung tinggi menembus cakrawala, surat Re: untuknya:
Jaga dan peluk Melur untukku.
Bisikkan selalu:
"Nak, ibumu mencintaimu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H