Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus yang membawa virus DenV-1,2,3 dan 4. Infeksi virus terjadi ketika nyamuk betina dewasa menghisap darah manusia. Penyakit DBD di Indonesia sering menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa.Â
Tercatat selama bulan Januari-Juli 2020 kejadian DBD mencapai 71.633 kasus dengan jumlah 459 kematian di seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa DBD merupakan penyakit infeksi yang mengancam kesehatan masyarakat dan populasi dunia.Â
Tahukah kamu teknologi Wolbachia ?Â
Teknologi Wolbachia adalah sebuah inovasi baru pengendalian nyamuk yang akhir-akhir ini menyita perhatian masyarakat Indonesia dengan kemampuannya mengendalikan kasus DBD Â di Yogyakarta.Â
Ternyata subjek dari metode ini ialah bakteri yang melumpuhkan virus dengue secara alami di dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti. Wolbachia adalah bakteri gram negatif  intraseluler yang umumnya hidup di sel tubuh serangga seperti ngengat, kupu-kupu, lalat buah dan kumbang. Namun, tidak  ditemukan pada nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor yang menularkan virus dengue.Â
Bakteri diekstraksi dari Drosophila Melanogester (lalat buah) yang diisolasi, kemudian dimikroinjeksi pada telur nyamuk Aedes Aegypti di laboratorium. Cara kerja Wolbachia di tubuh nyamuk yaitu Wolbachia akan berkompetisi berebut makanan dengan virus dengue, akibatnya virus tidak memiliki energi yang cukup untuk bereplikasi.Â
Dengan menekan replikasinya maka akan mengeliminasi virus dengue di tubuh nyamuk. Mekanisme Wolbachia menurunkan bakteri pada keturunannya ketika nyamuk jantan Aedes aegypti (ber-wolbachia) kawin dengan nyamuk betina (tidak ber-wolbachia), maka betina tetap menghasilkan telur namun tidak akan menetas.Â
Apabila nyamuk jantan dan betina (ber-wolbachia) kawin, maka semua keturunannya akan menganduk bakteri wolbachia. Apabila nyamuk betina (ber-wolbachia) kawin dengan jantan (tidak ber-wolbachia), Â maka semua ketrunannya akan mengandung wolbachia.
Bagaimana infeksi bakteri ini ke dalam tubuh manusia ?
Kemungkinan bakteri ini masuk ke tubuh manusia sangat kecil. Diamater tubuh Wolbachia lebih besar dibandingkan probosis nyamuk (mulut penghisap), sehingga secara teori tidak mungkin bisa melewati dan menembus kulit manusia. Bakteri ini juga tidak bisa hidup di sel mamalia, sehingga memungkinkan penularan terhadap manusia sangat kecil.
Tentang World Mosquito Program
World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta adalah kolaborasi antara Wold Mosquito Program-Monash University Australia, Universitas Gadjah Mada dan Yayasan Tahija. Tak hanya di Indonesia, program ini juga dijalankan di 12 negara endemis lainnya seperti Australia, Vietnam, Brasil dan Kolombia. Teknologi wolbachia tidak hanya menekan virus dengue namun juga berpotensi pada penyakit lain yang dibawa nyamuk yaitu Zika, Chikungunya dan Yellow fever.
Dampak teknologi Wolbachia
Di Indonesia, riset ini dimulai pada tahun 2014 di Jogyakarta. Awal implementasi program dilakukan dengan menempatkan ember berisi telur nyamuk di rumah penduduk di 35 kelurahan (Kota Yogyakarta) dan 2 desa (Kabupaten Bantul) pada tahun 2017.Â
Total sampel yang diambil sejumlah 7.300 ember dengan 80-100 telur setiap ember. Penelitian ini dipantau secara rutin baik dari populasi nyamuk dan jumlah kejadian kasus DBD. Hasilnya, efikasi nyamuk wolbachia di alam sebesar 70-85% dan akan semakin menyebar luas di wilayah sekitar penelitian.
Pengukuran efektivitas program ini ialah dengan monitoring data rumah sakit dan puskesmas mengenai perkembangan laporan kasus demam berdarah di wilayah penelitian. Hasil dari implementasi program selama 3,5 tahun menunjukkan Wolbachia menurunkan 77% kejadian dengue dalam rancangan penelitian Cluster Randomized Controlled Trial (CRCT) di Yogyakarta.Â
Kota Yogyakarta merupakan wilayah pertama di dunia yang mengimplementasi program ini pada level kota. Hasil ini menjadi sebuah keberhasilan luar biasa dipersembahkan untuk Yogakarta, Indonesia dan dunia bahwa suatu saat nanti masyarakat bisa terbebas dari penyakit demam berdarah.
Sosialisasi dan penyebarluasan program ini dilaksanakan secara rutin oleh Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta  beserta Puskesmas di wilayah penelitian mengenai pemantapan penanggulangan DBD dengan nyamuk mengandung wolbachia.
Hal utama dalam pengendalian DBD adalah memutus mata rantai sedini mungkin. Meskipun teknologi Wolbachia dianggap lebih efektif dan berhasil dalam menanggulangi DBD, namun masyarakat harus tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat , melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M secara mandiri, serta menjaga kebersihan lingkungan. Teknologi wolbachia ini sebagai sebagai tambahan alternatif cara pemberantasan nyamuk.
Penulis : Fathinul Nabila
 Kontak : fathinulnabila@gmail.comÂ
(Tulisan ini juga di dukung sebagai aktivis Penerima Manfaat Beasiswa Sarjana Muamalat 2020)
 Referensi :Â
Gambar 1) tribunjogja.com
Dengue, E., 2017. Riset Demam Berdarah Dengue. Telur Nyamuk Berbakteri Wolbachia Dikembangkan. diambil dari: [diakses pada 25 Oktober 2020].
World Mosquito Program, 2016. Dahsyat, Kota ini Kerahkan "Serdadu" Nyamuk Wolbachia Lumpuhkan Virus DBD. Diambil dari: Â [Diakses pada 25 Oktober 2020].Â
World Mosquito Program, 2017. Riset Demam Berdarah Dengue. Telur Nyamuk Berbakteri Wolbachia Dikembangkan. Diambil dari: ) [Diakses pada 25 Oktober 2020].Â
World Mosquito Program, 2020. Akurasi Tinggi Penelitian Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.diambil dari: Â [Diakses pada 26 Oktober 2020].
World Mosquito Program, 2020. Metode WolbachiaWorld Mosquito Program Efektif Menurunkan 77% Kejadian Dengue dalam Penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) di Yogyakkarta, Indonesia, Yogyakarta: World Mosquito Program. Â
 Brian G, Xu Y, Lu P, Xie Y, Zhiyong X. The endosymbiotic Wolbachia induces resistance to dengue virus in Aedes Aegypti, PloS Pathogens, 2010; 6(4):e1000833