Mohon tunggu...
Fathinatus Suda
Fathinatus Suda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be your self

I like what makes me happy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pernahkah Kamu Sadar Jika Sebayamu Berpengaruh pada Dirimu?

28 November 2022   20:10 Diperbarui: 28 November 2022   20:21 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: orami.co.id

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan hasil akhir kegiatan tersebut. Bermain dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar, sebagian orang menyatakan bahwa bermain sama fungsinya dengan bekerja.

Bermain menjadi suatu aktivitas yang bernilai menyenangkan bagi anak anak, Mengapa? Sebab aktivitas bermain mereka lakukan atas dasar keinginan mereka sendiri bukan dari perintah dan dari bermain anak dapat memperoleh beberapa informasi baru. Aktivitas bermain tentu tidak jauh dari kata permainan. Umumnya, permainan yakni sebagai alat yang digunakan dalam bermain, oleh karena itu aktivitas bermain menjadi berkesan bagi mereka.

Namun menurut Piaget bermain bukanlah memperoleh informasi baru melainkan untuk meniru dan mempratekkan keterampilan baru yang dipelajarinya. Hal ini didukung oleh pernyataan Tedjasaputra dalam bukunya, walaupun bermain bukan penentu utama untuk perkembangan kognisi, bermain member sumbangan penting.

Contohnya, saat anak-anak bermain peran dengan temannya, seperti bermain salodi salah satu aktivitas bermainnya ada peran sebagai pemotong rambut, karena gunting itu benda tajam dan bisa dikatakan bahaya untuk anak jika tidak ada yang mengawasi, maka anak berkhayal seakan-akan tangan menjadi gunting.

Piaget juga beranggapan bahwa bermain memiliki keterkaitan dengan perkembangan kecerdasan anak, maka kecerdasan akan mempengaruhi kegiatan bermain anak. Misalnya, walaupun anak berusia 6 tahun bisa bermain yang membutuhkan strategi yang tinggi seperti catur.

Maka dari itu, biasanya anak yang cerdas akan bermain dengan anak yang umurnya lebih tua, begitu dengan sebaliknya anak yang kurang cerdas akan lebih cocok dengan anak yang umurnya lebih muda.

Berbeda dengan Vygotsky, Vygotsky berpendapat bahwa aktivitas bermain berperan langsung dalam perkembangan kognisi anak. Vygotsky juga mengatakan bahwa anak belum mampu dalam berpikir secara abstrak sebab objek dan makna menurut mereka gabung jadi satu.

Bermain menurut Vygotsky ialah self help tool sehingga perkembangan anak mengalami kemajuan dalam terlibatnya aktivitas bermain dengan sendirinya. Bermain memajukan ZPD, guna untuk meningkatkan kemampuan dan potensinya. Potensi dalam ZPD anak membutuhkan bantuan orang lain (scafolding) untuk meraih apa yang ingin mereka capai. Bantuan ini diperoleh dari dukungan teman, guru, orang tua, saudara, dan lain-lain. Dalam bermain, anak dapat menciptakan scaffolding sendiri baik dalam kontrol diri, penggunaan bahasa, daya ingat, dan kerja sama dengan teman lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun