Mohon tunggu...
Fathi Nashrullah
Fathi Nashrullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menulis untuk berbagi, mengenal, menebar kebaikan, dan memperbanyak kawan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Episode Palestina, dari Balfour Hingga Flotilla

1 Juni 2010   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:49 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak itu Jalur Gaza diblokade sedemikian rupa oleh Israel dan sekutunya Mesir (di bawah Husni Mubarak). Perlu diketahui bahwa Jalur Gaza  adalah wilayah yang terpisah sepenuhnya dari wilayah Palestina lainnya (lihat peta di atas). Jalan darat dapat ditempuh melalui Mesir (perbatasan di kota Rafah) atau melalui wilayah yang dikuasai Israel. Sedangkan wilayah lepas pantai dan wilayah udara Gaza sepenuhnya dikuasai oleh Israel. Nyaris tidak ada tempat yang bebas dari kontrol Israel. Meskipun dalam jumlah yang sangat terbatas Israel masih mengijinkan masuknya bantuan kemanusiaan, tetapi sangat tidak mencukupi.

Kondisi seperti inilah yang membuat rakyat Palestina di Gaza di bawah pimpinan Hamas melakukan perlawanan. Perlawanan yang mungkin dilakukan jenisnya sudah sangat sedikit. Tidak mungkin mengirim pasukan, atau relawan bom syahid. Semua sudah terpantau oleh Israel. Kemudian Hamas berimprovisasi dan berhasil menciptakan roket-roket tak berpemandu yang diberi nama Roket Qassam. Rupanya roket ini cukup menggentarkan Israel karena semakin hari jarak jangkaunya semakin jauh. Atas nama "self defense", Israel melancarkan serangan bom membabi buta selama satu bulan ke seluruh wilayah Gaza. Lebih dari 1400 orang di Gaza wafat akibat bom dan reruntuhan bangunan. Sekitar setengah dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Kehancuran infrastruktur diperkirakan mencapai 2 miliar dolar, dan hingga kini (Mei 2010) belum dibangun kembali karena masih terus berlangsungnya blokade.

Freedom Flotilla

Dua perang besar terakhir (Israel-Lebanon dan Perang Gaza) terdokumentasikan secara rinci dan terpublikasikan secara fair ke seluruh dunia. Simpati dunia pun tumbuh secara meluas. Kalau sebelumnya informasi dikuasai oleh beberapa media barat dan sudah dimanipulasi sebelum dipublikasikan, maka kali ini semuanya dipublikasikan apa adanya. Dunia melihat fakta yang sebenarnya tentang Israel. Meskipun pemerintah sebagian besar negara belum menunjukkan keberpihakannya secara nyata terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi, tetapi rakyatnya tahu apa yang sebetulnya terjadi.

Mulailah muncul gerakan-gerakan HAM internasional untuk menjebol blokade Israel terhadap Gaza. Pada fase ini konflik Palestina sudah menjadi milik global. Simpati tidak datang hanya dari dunia Arab dan Muslim, tetapi juga datang dari berbagai negara Eropa dan Amerika dari berbagai agama atas nama kemanusiaan. Organisasi-organisasi HAM ini kemudian membentuk gerakan Free Gaza Movement yang berkali-kali mencoba menjebol blokade dengan membawa bantuan kemanusiaan lewat jalur laut. Tercatat hingga saat ini sudah ada 6 kali usaha pelayaran sejak Agustus 2008. Pelayaran awal diberitakan disetujui oleh Israel untuk dibawa hingga ke Gaza. Pelayaran berikutnya ditolak, tetapi akhirnya disetujui dengan catatan melalui pelabuhan laut Israel dan kemudian akan dibawa ke Gaza oleh pihak Israel (meskipun tidak terkonfirmasi apakah sampai atau tidak). Tetapi pelayaran setelah itu selalu ditolak oleh pihak Israel.

Puncaknya adalah pada 31 Mei 2010. Freedom Flotilla atau Armada Kebebasan yang terdiri dari 6 kapal yang berasal dari 4 negara (Turki, USA, Yunani, dan Irlandia) dan membawa sekitar 750 orang aktivis dan jurnalis yang berasal dari 50 negara diserang oleh pasukan komando Israel. Pada penyerangan ini Israel menewaskan sekitar 10-20 orang aktivis dan melukai puluhan lainnya. Hingga saat ini belum ada informasi yang akurat karena pihak Israel menutup komunikasi dan informasi rapat-rapat. Diperkirakan para aktivis ini akan segera dideportasi ke negara asalnya.

Penyerangan ini terdokumentasi secara live dan terpantau detik demi detik dari seluruh dunia lewat twitter, livestream, youtube, dan jaringan media. Reaksi dunia muncul secara spontan dan sangat cepat. Yunani segera membatalkan kunjungan komandan AU Israel, Turki membatalkan 3 perjanjian dengan Israel, Ribuan orang demonstrasi di Turki. Sensor media juga sudah tidak berdaya. Twitter yang menyensor trending topic #flotilla akhirnya harus membuka sensornya. Liputan yang awalnya hanya bisa didapatkan di Al Jazeera akhirnya diikuti oleh CNN, BBC, dsb.

Kecaman dari seluruh dunia berdatangan. Kita berharap, mudah-mudahan kecaman tersebut tidak sekedar kecaman belaka. Tetapi membawa konsekuensi yang dapat menekan Israel untuk mau bekerja sama menciptakan perdamaian di tanah Palestina. Tanpa itu, Freedom Flotilla hanya akan menjadi salah satu episode, dari episode-episode kemanusiaan di Palestina.

Wallahu' Musta'an

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun