Mohon tunggu...
Fathin Amim Mufidah
Fathin Amim Mufidah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Proyek Sederhana sebagai Stimulus Pengembangan Kreativitas Anak

16 November 2020   19:33 Diperbarui: 16 November 2020   20:10 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, misalkan guru mengajak anak-anak didiknya untuk mendekorasi ruang belajar, agar terlihat lebih indah dan nyaman. Sebelumnya, guru dan anak-anak memilih kira-kira bahan apa saja yang akan dibutuhkan untuk me dekorasi ruangan tersebut. Kemudian, pajangan atau properti apa saja yang akan dikerjakan untuk memperindah ruangan. Tidak lupa, guru juga harus memastikan bahwa setiap anak didiknya mempunyai peran masing-masing di dalam kegiatan proyek ini.

Hal itu dilakukan agar setiap anak dapat mengembangkan kreativitas mereka. Karena pada kegiatan ini, anak-anak diberi kesempatan serta pengalaman secara langsung untuk mencoba menuntaskan proyek tersebut. Sehingga, mereka juga akan terhibur dan tidak merasa bosan. Dengan ini, juga akan mengakibatkan kegiatan belajar dan mengajar mereka menjadi bermakna.

Selain itu, kegiatan di rumah yang dapat dilakukan dengan metode proyek ini, misalnya mengajak anak membuat dan menghias kue ulang tahun. Meski kedengarannya sederhana, saya cukup yakin bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan dan bermanfaat bagi anak. Karena saya juga pernah menerapkan hal ini pada keponakan saya.

Yang pada saat itu, dia sedang sedih karena tidak bisa merayakan hari ulang tahunnya bersama teman-teman di sekolahnya. Untuk mengusir rasa sedihnya tersebut, saya dan ibu dari keponakan saya itu akhirnya memikirkan sebuah cara, yaitu dengan mengajak dia membuat kue sendiri di rumah.

Dimulai dari dia yang menentukan membuat kue dengan bentuk yang bagaimana, rasa apa, dan apa warnanya. Kemudian pergi ke toko bahan kue untuk membeli bahan-bahannya, hingga pada proses memasak. Setelah ditanyai, ternyata bagian yang paling menyenangkan baginya adalah saat-saat menghias kue tersebut. Kami membebaskan dia untuk mengaplikasikan krim berwarna-warni yang dia torehkan sesuka hatinya di permukaan kue tersebut.

Pada awalnya, dia terlihat ragu untuk "menggambar" sendiri di atas kue tersebut. Dan kami pun membantunya sedikit demi sedikit. Akhirnya, pada tahun ini pun, karena sekali lagi dia tidak bisa merayakan hari ulang tahun dengan teman-teman di kelas karena pandemi ini, kami berinisiatif untuk mengajaknya membuat kue lagi, dan dibalasnya dengan anggukan antusias. Yang cukup membuat kami terkejut, dia tidak mau dibantu saat menghias kue, dan lebih memilih untuk menggambarnya dengan karakter-karakter sesukanya. Meskipun masih terkesan acak-acakan, namun setidaknya dia cukup percaya diri untuk menyelesaikan proyek kecilnya tersebut.

Nah, terbukti kan bahwa kegitan proyek ini dapat mengembangkan potensi dan daya kreativitas anak-anak? Yang paling penting adalah guru dan orang tua harus memfasilitasi semampunya agar kreativitas dalam diri anak tidak terkurung dan terbuang sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun