Problem Solving, Salah Satu Ciri Kecerdasan Anak
"coretannya gausah dihapus, aku bisa benerin lagi kok"
Kalimat di atas saya dengar kala mendampingi salah satu keponakan saya di saat dirinya mendapatkan tugas menggambar dan mewarnai sebuah tetesan air. Saat itu, dia tanpa sengaja mencoretkan warna oranye pada gambar tetesan air yang telah digambarnya tersebut.
Sedangkan, yang kita tahu, seharusnya tetesan air berwarna bening atau bahkan biru. Kemudian, saat mengetahui hal itu, saya berinisiatif membantunya membersihkan coretan tersebut. Namun, begitulah responnya.
Alih-alih menghapus kemudian mewarnai dengan warna yang benar, dia bahkan melanjutkan untuk mewarnai gambar tetesan air itu dengan warna oranye.
"kalo kaya gini bukan air biasa. Ini air sirup rasa jeruk". Begitulah jawabnya.
Jujur, saat itu saya sedikit kesal. Karena awalnya saya berpikir, "hey.. Di mana-mana, yang namanya air itu kalo gak bening ya biru."
Tetapi setelah beberapa saat saya memikirkan jawaban dari keponakan saya tadi, lama-lama saya mengakui, ternyata dia kreatif juga ya. Bahkan saya tidak terpikirkan akan menemui anak seusia dia (3-4 tahun) lebih memilih untuk mempertahankan coretan tersebut dan menemukan solusi yang baru.
Nah, kemampuan seperti yang dialami oleh keponakan saya tadi biasa disebut dengan "problem solving" atau kemampuan memecahkan suatu masalah.
Jika saat usia dini anak terus -menerus dilatih untuk memunculkan sisi kreatifnya dalam menemukan jalan keluar serta solusi untuk memecahkan suatu permasalahan yang ditemuinya, maka akan sangat berguna untuk masa depannya nanti.
Karena, anak yang terbiasa untuk memecahkan masalah kompleks saat usia muda, cenderung memiliki perkembangan kecerdasan yang baik.
Kemampuan ini sangat mudah dikembangkan sejak usia dini. Biasanya di setiap sekolah dasar atau bahkan taman kanak -kanak, selalu menyelipkan metode belajar yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan suatu masalah.
Contohnya yaitu  dengan metode "Problem Based Learning". Dimana dalam pembelajaran ini, orang tua dan guru dapat memanfaatkan masalah pada dunia nyata sebagai salah satu konteks bagi anak untuk belajar terbiasa dalam berpikir kritis dan memunculkan keterampilan dalam memecahkan suatu masalah. Dan juga untuk memperoleh pengetahuan baru dan konsep tertentu pada suatu mata pelajaran.
Di dalam pembelajaran ini, ada karakteristik tertentu yang harus terlibat saat ingin mengajarkan kepada anak, di antaranya adalah:
Yang pertama yaitu, dengan adanya satu permasalahan. Kita ambil contoh masalah sederhana yang sering kali terjadi di lingkungan anak. Atau kita kembali ke permasalahan sederhana milik keponakan saya tadi.
Masalahnya, si anak mendapati ada sebuah coretan di gambar yang telah dibuatnya. Kita harus memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata si anak.
Langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan pelajaran yang berkaitan dengan masalah tersebut. Kemudian, dengan senang hati memberikan tanggung jawab yang besar pada anak dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Sebisa mungkin para orang tua dan guru memberikan kepercayaan  dan pengertian pada anak bahwa mereka bisa mengatasi masalahnya sendiri.
Salah satu cara cepat dalam mengajarkan anak cara penyelesaian suatu masalah yaitu dengan membantu mereka dengan menemukan daftar plus minus.
Jadi, orang tua atau guru sangat berperan dan turut ikut andil di dalamnya mendampingi anak. Kita membantu anak untuk memecahkan suatu masalah.
Semisal, pada masalah coretan warna tadi. Beri pilihan pada anak, sebutkan baik buruknya. "kalo dihapus, adek harus menggambar lagi, mau?" atau "kalo dikasih warna oranye, jadinya kayak warna air es jeruk loh, gimana?"
Dengan memberi pilihan-pilihan tersebut, anak akan mempertimbangkan lagi. Selanjutnya, orang tua dapat memberikan pertanyaan pancingan. Misalnya ketika anak mendapatkan tugas sekolah, sementara baginya sangat sulit, orang tua dapat memancing anak dengan pertanyaan seperti, "kira-kira, siapa ya yang bisa membantu?"
Bisa juga dengan membiarkan anak bertanya secara langsung pada gurunya di kelas saat keesokan harinya.
Tidak lupa untuk menanamkan pengertian pada si anak, bahwa untuk meminta tolong pada orang lain itu bukanlah suatu kesalahan yang memalukan. Terkadang, mereka harus diberi tahu bahwa tidak masalah untuk meminta bantuan orang lain di kala kesusahan, asalkan meminta dengan baik dan sopan. Karena, tentunya tidak semua hal di dunia ini harus dia kuasai semuanya.
Kita semua tau bahwa ada banyak sekali cara yang dapat kita bahkan anak anak gunakan untuk memecahkan suatu masalah. Namun, ketika anak sudah dalam tahap malas berpikir, sedangkan ada suatu hal yang mendorongnya untuk segera menyelesaikan masalah tersebut dengan segera, maka bukan tidak mungkin anak akan menjadi stress.
Jika sudah begitu, ajak anak untuk duduk dan berdiskusi dengan baik dan kepala dingin guna memecahkan masalah secara bersama. Kembali ke langkah awal tadi, mari bersama anak mengidentifikasi beberapa macam solusi yang kemungkinan bisa dilakukan. Bantu si anak untuk memilih dan mencoba satu atau beberapa solusi tersebut untuk dia coba pertama kali dalam memecahkan masalahnya.
Untuk di hari-hari selanjutnya, anak akan semakin terlatih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Perlahan cobalah untuk membiarkan anak berpikir mengenai solusi yang tepat. Yang perlu orang tua lakukan yaitu meningkatkan kesabaran dan selalu ada untuk mendampingi. Terkadang anak harus dilepaskan untuk terbiasa memecahkan masalahnya sendiri, sekalipun solusi atau jalan yang ditempuhnya bukan hal yang begitu baik. Karena ketika anak telah menemui kegagalan akan percobaan dalam menangani masalah tersebut, anak akan semakin mengerti akan adanya konsep konsekuensi.
Jika setiap hari anak terlatih dalam hal ini, maka akan membuatnya terbiasa saat dewasanya nanti. Kemampuannya dalam menemukan solusi untuk memecahkan masalah bukan hal yang sulit lagi untuk dia lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H