Bagi sebagian orang, pekerjaan adalah jalan untuk mengembangkan potensi diri. Namun, PHK menghambat proses ini. Alih-alih berkembang, karyawan yang kehilangan pekerjaan justru merasa stagnan dan kehilangan arah. Ketika kebutuhan dasar hingga harga diri terancam, aktualisasi diri menjadi semakin sulit dicapai. Akibatnya, individu merasa kehilangan kesempatan untuk meraih tujuan hidup mereka.
Membangun Kembali Kesejahteraan Karyawan
Ketidakadilan dalam PHK tidak hanya meninggalkan dampak psikologis yang berat tetapi juga mengancam stabilitas sosial. Oleh karena itu, perusahaan memiliki tanggung jawab moral untuk meminimalkan dampak ini. Dukungan psikologis, seperti konseling dan pelatihan ulang, dapat membantu karyawan bangkit. Selain itu, transparansi dalam proses pengambilan keputusan dan pemberian kompensasi yang adil adalah langkah penting untuk menciptakan rasa keadilan.
PHK memang sering tak terhindarkan, tetapi jika dilakukan dengan empati dan keadilan, dampaknya bisa diminimalkan. Bagaimanapun, pekerja bukan sekadar alat produksi; mereka adalah manusia dengan kebutuhan yang harus dihormati dan dipenuhi.
Penulis: Farah Nur Aulia
Editor: Fathimatuz Zahroh
Referensi
Muazaroh, S., & Subaidi. (2019). Dalam Pemikiran Abraham Maslow. Al-Mahazib, 7(1), 17–33.
Mustofa, A. Z. (2022). Hierarchy of Human Needs: A Humanistic Psychology Approach of Abraham Maslow. Kawanua International Journal of Multicultural Studies, 3(2), 30–35. https://doi.org/10.30984/kijms.v3i2.282
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H