Kelurahan Sayang, Cianjur, memiliki prevalensi stunting yang tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) per Agustus 2021, terdapat 194 balita stunting di Kelurahan Sayang. Data balita stunting tersebut menyebar di beberapa RW dari 23 RW yang ada di Kelurahan Sayang, RW 18 dan RW 5 memiliki jumlah balita stunting paling banyak dari RW lainnya yaitu berturut-turut 20 balita dan 7 balita.
Keluarga terutama orang tua berperan penting dalam mencegah stunting pada anak, karena orang tua lah yang memahami dan memiliki andil lebih dalam kebutuhan anak seperti asupan makanan dan juga kebersihan lingkungan. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi alasan utama Tim KKNT IPB Kelompok 12 Kelurahan Sayang Cianjur mengadakan 'Ngariung Sayang Chapter Ibu' sebagai upaya pencegahan stunting pada anak.
Tim KKN-T IPB Kelompok 12 Kelurahan Sayang Cianjur terdiri dari 10 mahasiswa dengan berbagai disiplin ilmu, yaitu Anny Nila Syauqiyyah, Fathimah Uswah Zahidah, Farisa Dwi Elnora, Fadriaz Anandia Syandri, Indri Nurbidari, Badrun Faridz Habibie, Mutiara Pramestia Utami, Novita Dwi Cahyaning, Belinda Putri Syahbanurahmi, dan Nadella Andina di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS.
Ngariung Sayang Chapter Ibu RW 18 dan RW 5 dilakukan di hari dan tempat yang berbeda pada masing-masing RW dengan agenda yang sama, yaitu edukasi terkait 'Urgensi Pengasuhan 1000 HPK untuk Mencegah Anak Stunting' serta Demo Masak MP-ASI. Edukasi dan demo masak disampaikan langsung oleh mahasiswa dengan disiplin ilmu Gizi Masyarakat yaitu Anny Nila Syauqiyyah dan Fathimah Uswah Zahidah.Â
"Siklus Gizi dalam daur kehidupan yang mencakup masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan merupakan faktor penentu dalam kejadian stunting atau kondisi gangguan pertumbuhan pada anak. Setiap fase kehidupan bahkan dari masa remaja akan memengaruhi fase-fase selanjutnya, maka penting dalam setiap fase kehidupan terutama periode 1000 HPK untuk memenuhi gizi seimbang agar dapat melahirkan generasi yang cerdas dan berkualitas" ujar Fathimah dalam penyampaian edukasi.
Setelah penyampaian edukasi, dilanjutkan dengan demo masak MPASI. Mahasiswa IPB mempraktekkan secara langsung cara pembuatan MPASI untuk usia 6-8 bulan dengan resep bubur ayam mentega. Selama kegiatan demo masak juga diselipkan diskusi terkait faktor-faktor yang memengaruhi Ibu dalam memilih bahan makanan untuk MPASI anak, kegiatan tersebut berlangsung dengan metode estafet mikrofon sehingga partisipan yang hadir berpartisipasi aktif dan menyampaikan pendapatnya masing-masing.Â
Mayoritas ibu RW 18 dan RW 5 mengatakan bahwa mereka lebih memilih bahan makanan untuk pembuatan MPASI dengan harga murah, sudah tersedia di rumah, dan mudah didapat. "Kalau saya sendiri biasanya mah milih bahan yang ada aja dirumah, atau bahan yang murah dibeli, baru dibuat MPASI" ujar salah satu partisipan. Mahasiswa juga memberikan edukasi terkait pengertian dan pentingnya MPASI, tekstur dan tahapan pemberian MPASI pada anak, dan Isi piringku.Â
Masyarakat Kelurahan Sayang terutama ibu-ibu RW 18 dan RW 5 menyambut baik sosialisasi ini. Terlihat dari antusiasme partisipan saat penyampaian materi dan aktifnya partisipan saat sesi diskusi terkait faktor-faktor yang memengaruhi ibu-ibu RW 18 dan RW 5 dalam memilih bahan makanan untuk MPASI.Â
Salapan Sayang,
Hangat bersama - Sayangi semua
Instagram : @sayanghaeyo.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H