Mohon tunggu...
Fathimah Nurul Afifah
Fathimah Nurul Afifah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Alumni Pendidikan Biologi UPI, Santri Ma'had Khadimussunnah

Senang membaca dan menulis, bercita-cita menjadi seorang ibu dari anak-anak yang shalih dan shalihah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Ilmu Pengetahuan Menemukan Sang Pencipta (Bagian 2)

27 Desember 2019   16:35 Diperbarui: 27 Desember 2019   16:35 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan pertama telah dijawab pada artikel bagian 1, selanjutnya kita jawab pernyataan kedua:

Benarkah Rabb itu satu?

Untuk menjawab pertanyaan kedua, kita akan menemukan jawaban melalui dua cara: melalui mentafakuri fakta-fakta yang terdapat di alam semesta, dan melalui sebuah perumpamaan.

1. Melalui fakta

Kita ambil sebuah contoh sederhana, pernapasan dan fotosintesis. Manusia dan hewan bernapas supaya bisa bertahan hidup. Saat bernapas kita menghirup oksigen, dimana oksigen ini sangat diperlukan untuk melangsungkan berbagai proses di dalam sel. Termasuk diantaranya pengubahan zat makanan menjadi energy yang membuat kita bisa bergerak. Setelah menghirup napas, kita mengeluarkan napas yang di dalamnya terdapat karbon dioksida.

Jika oksigen di udara bebas secara terus menerus dihirup, secara logika itu akan habis di udara. Dan udara akan dipenuhi oleh karbondioksida. Tapi ternyata tidak seperti itu, karena di alam terdapat tumbuhan. Tumbuhan dapat mengubah karbondioksida di udara menjadi oksigen melalui proses fotosintesis. Hal ini berarti manusia dan hewan sangat membutuhkan tumbuhan untuk hidup dan begitu pula sebaliknya. Tanpa tumbuhan kita mati, dan sebaliknya.

Hal ini adalah sebuah pertanda bahwa Dzat yang 'mendesain' manusia dan hewan adalah Dia yang 'mendesain' tumbuhan. Karena kesemuanya terlihat saling melengkapi bagaikan potongan puzzle dan saling membutuhkan. Jika kita lihat dengan pandangan lebih besar lagi, seluruh apa yang ada di alam semesta itu saling berkaitan dan saling membutuhkan. Semua tercipta dalam sebuah Grand Design yang agung, dan itu pastinya di Desain oleh yang Satu. Jika lebih dari satu maka akan ada desain yang lain, dan tidak akan ditemukan keteraturan. Namun nyatanya alam semesta sangatlah teratur [10]

2. Melalui sebuah perumpamaan

Mengutip perkataan dari Hamzah (2009) dalam bukunya yang berjudul "Menggenggam Bara Islam" [5] dan tulisan An-Nabhani (2001) dalam bukunya yang berjudul "Peraturan Hidup dalam Islam" [6]. Terdapat beberapa sifat mendasar dari makhluk (ciptaan), dimana tidak boleh dimiliki oleh Rabb (Tuhan).

Makhluk itu lemah

Lemah dalam arti ada sesuatu yang tidak dapat kita lakukan. Buktinya kita tidak mampu menentukan kita lahir menjadi wanita atau laki-laki, tak dapat pula menentukan lahir dari orangtua yang mana.

Makhluk itu terbatas

Terbatas dalam arti ketika dibatasi sesuatu maka ada suatu kemampuan yang tidak dapat dilakukan. Sebuah contoh sederhana, kita diberikan mata untuk melihat. Tapi ketika tembok atau bahkan kertas menghalangi pandangan, kita tak dapat melihat.

Makhluk itu bergantung

Bergantung dalam arti terus menerus membutuhkan sesuatu, dan tanpa hal tersebut maka tidak akan hidup. Kita bernapas membutuhkan oksigen, agar berenergi membutuhkan makanan dsb. Dari hal tersebut saja sudah terlihat kebergantungan kita terhadap sesuatu.

Rabb atau Tuhan tidak boleh lemah, terbatas, dan bergantung. Kita ambil satu contoh, di salah satu agama politheis (banyak tuhan) ada dewa pemelihara dan ada pula dewa penghancur. Hal ini berarti dewa pemelihara tidak dapat menghancurkan dan sebaliknya. Berarti ada sesuatu yang tidak dapat dilakukan dalam arti lain lemah.

Alam semesta sangat teratur karena dikehendaki seperti itu, tercipta dalam SATU DESAIN BESAR. Jika terdapat lebih dari satu desain atau banyak keputusan yang berbeda dalam mencipta dan mengatur, maka logikanya akan terjadi kekacauan. Sebagai contoh kita saat hendak mengadakan suatu acara biasanya akan mengadakan rapat untuk mendapatkan sebuah keputusan, sehingga acara dapat berjalan dengan teratur. Tetapi, jika masing-masing dari anggota memiliki keputusan sendiri dan menjalankannya, maka akan terjadi kekacauan.

Jika tuhan itu banyak, maka dari semuanya harus terbentuk sebuah keputusan. Jika tidak maka akan terjadi kekacauan atau ketidakteraturan dari apa yang dicipta/diaturnya. Namun nyatanya, alam semesta ini sangatlah teratur. Hal ini pun menunjukkan kebergantungan dan keterbatasan, dan hal itu tidaklah boleh ada pada Rabb. Maka, secara logika pun dijawab bahwa Rabb haruslah satu.

Dan, pertanyaan terakhir

Apakah Rabb itu Allah subhanahu wa ta'ala?

Sebelumnya mungkin kalian bertanya, mengapa pertanyaan pertama dan pertanyaan kedua sama sekali tidak menggunakan ayat Al-Qur'an ataupun Hadits? Karena kedua pertanyaan tadi dan mungkin pertanyaan ketiga juga sering ditanyakan oleh nonmuslim dan atheis yang notabene belum percaya terhadap Allah subhanahu wa ta'ala, apalagi Rasul shalallahu 'alaihi wa salam. Sedangkan Al-Quran itu dari Allah, dan hadits itu dari Rasul. Maka apabila kita menjawab dengan ayat ataupun hadits, mereka tidak akan percaya. Oleh karena itu digunakanlah standar umum yang diterima oleh mereka yaitu dengan akal dan logika.

Dalam menjawab pertanyaan terakhir, kita akan menggunakan bukti yang paling otentik tentang Allah yaitu Al-Qur'an dan hadits otentik. Karena Al-Qur'an adalah kalamullah (firman Allah) (32:2, 1:2), penjelasan kali ini kita akan menemukan kebenaran dari apa yang Allah turunkan. Keterangan ini bukan untuk mencari kebenaran akan Al-Qur'an dan hadits karena memang sudah benar, namun hanya sekadar untuk menjelaskan lebih dalam dalam perspektif sains akan kebenaran itu tadi.

Allah subhanahu wa ta'la berfirman,

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS. Fushilat : 53)

Al-Qur'an itu dari Sang Pencipta, maka Dia yang paling mengetahui akan ciptaanNya

Logikanya jika Al-Qur'an itu dari Pencipta, maka Dia yang paling mengetahui tentang ciptaanNya. Oleh karenanya apa yang ditentukanNya pastilah sudah disesuaikan dengan kondisi ciptaanNya (semua aturan atau yang lainnya paling 'match' dengan ciptaan). Atau apa yang tertulis di dalamnya adalah sesuai dengan kenyataan ciptaanNya.

Kita ambil dua contoh saja

1. Perkembangan Embryo Manusia [7]

Allah berfirman,

"Kemudian Kami jadikan air mani itu ''alaqah'..." (QS. Al-Mu'minun : 14)

Dr. Charles Gharba dalam Human Embronic development menjelaskan bahwa perkembangan embrio manusia terjadi dalam beberapa tahap, diantaranya adalah pada tahapan 'alaqah.

Dalam bahasa Arab, 'alaqah memiliki tiga arti yaitu,

1) Lintah (leech)

2) sesuatu yang melekat (suspended)

3) segumpal darah (blood cloth)

Kita akan bahas satu persatu

a. Tahap 'alaqah : lintah

Lintah merupakan salah satu hewan tak bertulang belakang yang mengambil nutrisi dari darah dengan cara menyedot dari tubuh mangsanya. Embryo manusia pada tahapan 'alaqah untuk dapat tumbuh membutuhkan nutrisi yang ditransfer dari ibunya melalui tali pusar. Substansi yang ditransferkan adalah darah. Karena di dalam darah terdapat banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh embryo [8].

Selain itu, embryo pada tahapan 'alaqah memiliki bentuk mirip dengan lintah seperti gambar berikut.

Persamaan Embryo Manusia Tahap 'Alaqah dan Lintah | Quora.com
Persamaan Embryo Manusia Tahap 'Alaqah dan Lintah | Quora.com
b. Tahap 'alaqah : sesuatu yang melekat

Embryo pada tahap ini perlu mendapatkan nutrisi dari ibunya. Tempat pergantian "darah bersih" dan "darah kotor" terjadi di plasenta [8]. Dan plasenta melekat pada dinding rahim ibunya. Maka dapat dikatakan bahwa embryo melekat/terhubung dengan dinding rahim ibunya.

Ilustrasi Menempelnya Embryio Tahapan 'Alaqah pada Dinding Rahim | Quora.com
Ilustrasi Menempelnya Embryio Tahapan 'Alaqah pada Dinding Rahim | Quora.com

c. Tahap 'alaqah : segumpal darah

Embryo pada tahap awal memiliki wujud seperti kantung. Tahap ini disebut sebagai segumpal darah karena berkaitan dengan keberadaan darah dalam jumlah banyak pada 'kantung' tersebut. Di samping itu, pada tahap ini darah pada embryo tidak mengalami sirkulasi hingga akhir minggu ke 3 (gumpalan darah/blood cloth).

Ketiga arti dari 'alaqah sesuai dengan keadaan sebenarnya dari embryo pada tahapan 'alaqah.

Pada kelanjutan ayatnya disebutkan,

"...lalu Kami ciptakan dari 'alaqah itu menjadi mudghghah (segumpal daging)..."

Tahap selanjutnya yang disebutkan adalah tahapan "mudhghah". Dalam bahasa Arab, kata mudhghah memiliki arti "sesuatu yang dikunyah". Jika kita mengunyah sebuah permen karet lalu mengeluarkannya dari mulut, bentuk 'kunyahannya' akan menyerupai bentuk embryo pada tahap mudhghah. Berikut gambarnya, ma syaa Allah.

Persamaan Embryo Tahapan Mudhghah dengan Kunyahan Permen Karet | Quora.com
Persamaan Embryo Tahapan Mudhghah dengan Kunyahan Permen Karet | Quora.com
2. Sunnah Makan dengan Menggunakan Tangan [9]

Jika tadi kita melihat fakta ilmiah dari ayat Al-Qur'an. Kali ini kita akan mengupas fakta ilmiah dibalik sunnah dalam hadits otentik/shahih. Healthierwayoflife.com site menuliskan sebuah penemuan yang mengejutkan mengenai fakta ilmiah dibalik sunnah makan dengan tangan yang selama ini dianggap primitif.

Ka'ab bin Malik, dari ayahnya berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam sedang makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jarinya sebelum membersihkannya (HR. Muslim).

Lebih lanjut dijelaskan beberapa manfaat dari makan menggunakan tangan, yaitu:

a. Mencegah diabetes tipe 2

Seseorang yang makan dengan cepat akan meningkatkan resiko terkena diabetes tipe 2. Secara umum, orang yang makan dengan sendok dan garpu akan makan lebih banyak. dr. Kemal menjelaskan bahwa diabetes tipe 2 terjadi karena turunnya jumlah reseptor insulin pada sel target sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Padahal glukosa adalah salah satu sumber utama penghasil energi bagi sel, dan seluruh tubuh terdiri atas sel. Diibaratkan sel adalah rumah berpintu, reseptor insulin adalah lubang kunci dan insulin adalah kunci. Jika pintu tidak dapat dibuka, maka glukosa tak dapat masuk. Akhirnya di dalam sel tidak terjadi proses pembuatan energi , maka tubuh akan merasa sangat lemas [8].

b. Meningkatkan kinerja sistem pencernaan

Makan dengan tangan dapat meningkatkan kinerja sistem pencernaan dikarenakan,

  • sebelum makan kita mencuci tangan dengan sabun. Hal ini akan menghilangkan bakteri buruk namun membiarkan bakteri baik tetap hidup. Dan bakteri baik ini sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan floral usus.
  • makan dengan tangan akan dapat mempersiapkan sistem pencernaan dalam "menyambut" makanan. Hal ini dikarenakan informasi mengenai bentuk makanan (padat atau lembut) dan suhu makanan (panas atau dingin) yang dirasakan oleh tangan akan dikirim ke otak lalu akan merangsang sistem pencernaan untuk lebih bisa mempersiapkan diri menyambut makanan.
  • seseorang yang makan dengan sendok dan garpu cenderung makan lebih banyak. Karena saat makan masih dapat melakukan banyak hal lain. Seperti menonton televisi, memainkan gadget dsb. Tetapi seseorang yang makan dengan menggunakan tangan akan lebih terfokus untuk makan saja. Hal ini dikarenakan tangan yang kotor menyulitkan dirinya untuk melakukan aktivitas lain.

Di samping itu, menurut saya makan dengan tangan terkhusus dengan menggunakan tiga jari akan lebih menyedikitkan suapan dan memperbanyak kunyahan. Hal ini akan meningkatkan efektivitas penyerapan nutrisi pada makanan karena makanan dikunyah lebih halus.

Kembali ke hadits di atas, dijelaskan dalam Syarah Riyadhus Shalihib VII juz 243, dijelaskan sebagai berikut,

"dianjurkan untuk makan menggunakan tiga jari: jari tengah, jari telunjuk, dan jempol. Karena hal ini menunjukkan ketidaktamakkan dan kerendahan hati. Tetapi jika makanan itu sulit dimakan dengan menggunakan tiga jari, dapat menggunakan lebih dari tiga jari saat makan."

dr. Charles Gerba dari University of Arizona mengatakan bahwa kita tak mampu mencegah masuknya kuman dan bakteri ke dalam tubuh. Tetapi hal ini dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Selain itu pada tangan (dengan asumsi telah dicuci) terdapat suatu enzim bernama RNAse yang dapat berikatan dengan kuman dan bakteri sehingga terhambatlah aktivitas mereka dalam menginfeksi tubuh kita.

Enzim-enzim ini ada pada jari ini akan ikut termakan dan menghambat aktivitas kuman dan bakteri tadi jika dan hanya jika makan dengan menggunakan tangan. Hal ini menunjukkan bahwa makan dengan menggunakan tangan itu lebih higienis dibandingkan dengan menggunakan sendok dan garpu.

Perintah dan ayat di atas diturunkan sekitar 1400 tahun yang lalu kepada seorang Nabi yang Ummi. Bagaimana mungkin beliau saat itu mengetahui hal-hal dibalik perintah dan ayat di atas. Padahal hal ini baru ditemukan oleh para saintis baru-baru ini. Dan itu pun dengan menggunakan teknologi canggih dan berdasar pada ilmu pengetahuan yang telah berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an itu benar (begitu pula hadits otentik karena dari Allah juga) dari Rabbul 'aalamiin (32:2). Dan Rabbul 'alamin itu adalah Allah (1:2). Maka, benar pula bahwa Pencipta kita dan alam semesta adalah Allah Subhanahu wa ta'ala.

Kami akan menunjukkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami dari setiap penjuru dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Fushilat:53)

Allahu 'alam bish shawwab

Referensi

[1] Mind, Joe. (2015). 3 Alasan Atheist Tidak Mempercayai Keberadaan Tuhan. [Online]. Diakses dari https://www.kompasiana.com/djoemind/3-alasan-ateis-tidak-percaya-keberadaan-tuhan_5577b9b5319773177ac447c0

[2] Amazine. (2017). Apa Itu Gaya Sentrifugal? Definisi, Konsep, dan Penerapannya. [Online]. Diakses dari https://www.amazine.co/26467/apa-itu-gaya-sentrifugal-definisi-konsep-penerapannya/

[3] Widy. (t.t.). Fakta Mengejutkan Tentang DNA Manusia. [Online]. Diakses dari http://indotopinfo.com/fakta-menakjubkan-tentang-dna-manusia.htm

[4] ROFA Education Center. (2017). Kunci Jawaban. [Online]. Diakses dari http://www.rofaeducationcentre.com/2017/07/kunci-jawaban-jarak-bumi-dan-pluto.html

[5] Hamzah, Abay Abu. (2009). Menggenggam Bara Islam. Yogyakarta: Roudhah Pustaka Yogyakarta.

[6] An-Nabhani, Taqiyyudin. (2001). Peraturan Hidup dalam Islam. Jakarta Selatan : HTI-Press.

[7] Moore, Keith dkk. (2000). Human Development as Described in the Quran and Sunnah.

[8] Kurnadi, Kemal Adyana. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

[9] Islam Mental Site. (2015). Eating Using Hand as The Prophet Muhammad Proved to be Healthier than Using Spoon and Fork. [Online]. Tersedia https://plus.google.com/+IengalwaysBlogspot/posts/4eforFUBmCt

[10] Saputra, Rendy. (2012). Muda Mulia. Bandung: Mizan Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun