Mohon tunggu...
Fathimah Nurul Afifah
Fathimah Nurul Afifah Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga, Alumni Pendidikan Biologi UPI, Santri Ma'had Khadimussunnah

Senang membaca dan menulis, bercita-cita menjadi seorang ibu dari anak-anak yang shalih dan shalihah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak, Investasi untuk Menggapai Surga (Bagian 1)

27 Desember 2019   13:35 Diperbarui: 27 Desember 2019   13:40 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pinterest/syedarumaiya


Saat mendengar kata investasi apa yang terbayang oleh Sahabat? Apakah menanam uang atau modal di suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan? Ternyata tidak sesempit itu definisinya.

Sahabat, ada investasi yang bisa kita tanam dari sekarang. Kelak dengannya kita tidak sebatas mendapatkan keuntungan berupa uang, namun mendapatkan sebaik-baik keuntungan yaitu surganya Allah subhanahu wa ta'ala. Apa itu? Berinvestasi surga dengan mendidik seorang anak.

Sahabat pernahkah mendengar hadits berikut ini?

 "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)

Hadits di atas menceritakan mengenai tiga amal yang akan terus mengalir meskipun seseorang telah meninggal dunia, ma sya Allah ya. Ketiga amalan tersebut adalah,

a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.

b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar'i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.

c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia [1].

Pahala jariyah dari mengajarkan ilmu yang bermanfaat pun bisa didapatkan oleh orangtua. Sebagai contoh dari bentuk shadaqah jariyah yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah dengan mendidik anaknya. Misalkan anak karena didikan islam oleh orangtuanya dia jadi mengetahui bahwa berbuat baik kepada orangtua merupakan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Pelajaran itu akan terus ia amalkan hingga dewasa, bahkan hingga orangtuanya meninggal. Diantara berbuat baik kepada orangtua adalah dengan mendoakan keduanya apabila mereka telah meninggal dunia.

Mengajarkan anak shalat, puasa, mengaji, berakhlaq mulia serta perbuatan-perbuatan terpuji lainnya. Ini termasuk kedalam ilmu yang bermanfaat dan pahalanya akan terus mengalir selama anak mengerjakan pekerjaan tersebut.

Bahkan apabila anaknya tersebut menikah, kemudian dia mengajarkan shalat, puasa dan amalan lainnya kepada anaknya, maka orangtua tadi akan mendapatkan pahala dari shalat, puasa dan amalan lainnya sebagaimana dia mendapatkan pahala. Dan pahalanya akan terus menerus mengalir tanpa henti kepada orangtua tadi sebagai orang yang pertama kali mengajarkannya. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah shalallahu 'alahi wa salam.

Barangsiapa mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya, dan pahala orang yang melakukannya setelahnya; tanpa berkurang sesuatu apapun dari pahala mereka. Dan barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam suatu contoh yang buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya setelah dia, tanpa berkurang sesuatu pun dari dosa-dosa mereka.[HR. Muslim, no. 1017]

Begitu pula jika orangtua mengajarkan keburukan serta kemaksiatan kepada anak, maka dosanya akan terus mengalir pada orangtua meskipun telah meninggal dunia. Misalkan  seorang anak yang belajar merokok dari ayahnya atau menonton pornografi di internet, maka ayahnya akan mendapatkan dosa dan keburukan sebagaimana dosa yang didapatkan oleh anaknya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam bersabda,

"Sesungguhnya Allah akan menanyakan kepada setiap pemimpin tentang kepemimpinan yang dibebankan kepadanya; apakah dia menjaganya atau melalaikannya; hingga seorang laki-laki akan ditanya tentang anggota keluarganya." (HR. Ibnu Hibban).

Imam Ibnu Qayyim menegaskan menganai pertanggungjawaban yang dimaksud pada hadits tersebut dengan perkataannya,

"Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala akan menanyakan kepada seorang ayah perihal anaknya pada hari kiamat sebelum anak ditanyakan perihal ayahnya, karena seorang anak memiliki hak dari anaknya sebagaimana anak mempunyai hak dari ayahnya. Barangsiapa yang lalai dan enggan mengajarkan anaknya tentang ilmu yang bermanfaat, maka ia telah melakukan perbuatan yang paling buruk. Sebab, sebagian besar kerusakan yang ada pada anak disebabkan oleh orangtuanya. Seringkali mereka lalai unutk mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kewajiban-kewajiban agama, sehingga menjadikan masa kecil anak-anaknya tidka bermanfaat. Setelah dewasa pun mereka tidak bermanfaat bagi orangtuanya, sehingga sering kita lihat seorang bapak mencaci anaknya karena durhaka, kemudian si anak membantahnya, "Wahai ayah, engkau telah menyia-nyiakanku masa bayiku maka aku pun akan menyia-nyiakan masa tuamu."

Pernahkah Sahabat menemukan seorang anak yang bahagia ketika orangtuanya meninggal dunia karena dengannya ia tenang untuk mendapatkan warisan. Apakah pernah Sahabat mendapati seorang anak yang menuduh orangtuanya mencuri? Atau seoragn anak yang tega mengusir, melecehkan, bahkan menghina orangtuanya dihadapan teman-temannya, sehingga mereka menertawakannya? Dan pernahkah menemukan seorang yang telah lanjut usia namun tidak pernah melakukan shalat dan juga memasuki masjid kecuali untuk buang hajat atau minum?

Itu hanya secuil contoh dari berbagai kasus anak-anak yang tidak mendapatkan bimbingan agama yang benar dari orangtuanya, sehingga mereka tidak dapat membedakan benar dan salah. Apakah Sahabat menginginkan anak-anaknya seperti itu? Jangan sampai ya [2].

Sahabat, pastinya kita sangat mencintai orangtua kita. Ingin sekali kita tepat bersama mereka hingga ke surga. Salah satu caranya adalah dengan mendidik anak menjadi sholeh. Karena anak sholeh akan senantiasa mendoakan orangtuanya agar diampuni oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Perhatikan firman Allah dalam surat Ath-Thur ayat 21 yang artinya,

"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."

Ibnu Katsir dalam Kitab tafsirnya menjelaskan mengenai ayat ini, bahwa Rasulullah shalallahu 'alahi wa salam pernah bersabda : Sesungguhnya Allah benar-benar meninggikan derajat hamba yang sholeh di dalam surga, lalu si hamba bertanya, " Ya Tuhanku, darimanakah semua ini buatku?" Maka Allah subhanahu wa ta'ala menjawab, "Berkat permohonan ampun anakmu untukmu."[3].

Tidak tergiurkah kita untuk mendapatkan surga dengan menjadi orangtua dan mendidik anak sholeh?

Mendidik anak memang tidak mudah, oleh karenanya Rasulullah shalallahu 'alahi wa salam sebagai uswah terbaik kita mencontohkan untuk umatnya metode-metode dalam mendidik anak. In sya Allah akan kita bahas pada bagian selanjutnya.

Allahu a'lam bish shawwab.

Sumber
[1] Tuasikal, M. Abduh. (2011). Terputusnya Amalan Selain Tiga Perkara. [Online]. Diakses dari : https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html

[2] Mursi, S. Muhammad Sayyid. (2001). Seni Mendidik Anak. Jakarta : Ar-Royyan.

[3] Tafsir Ibnu Katsir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun