Mohon tunggu...
Fathimah Azzahra
Fathimah Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Work hard, Dream Big, and Never Give Up

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Perbaiki Kesehatan Mental, Selamatkan Masa Remaja

15 Juli 2022   17:00 Diperbarui: 15 Juli 2022   17:10 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Mungkin kau merasa bisa segalanya, namun tak semua bisa kau pahami saat ini.

Apakah kalian tahu bahwa masa remaja adalah fase di mana seseorang mencari jati diri masing-masing. Pada fase ini juga disebut dengan masa akil baligh, yang artinya seseorang diwajibkan untuk menunaikan ibadah wajib dan menghindari larangan-Nya. Oleh karena itu, rasa tanggung jawab pun sudah muncul dan remaja dianggap mampu untuk membuat suatu keputusan sendiri. Akibatnya juga, remaja rentan terkena gangguan mental seperti, insecure, depresi, dan yang terparah adalah pergaulan bebas.

Anak yang memasuki masa remaja membutuhkan pendampingan yang lebih dari orang tua. Hubungan antara remaja dan orang tua serta peran orang tua ini sangat penting dalam masa perkembangan remaja. Jika orang tua mampu membentuk hubungan yang baik dengan remaja, semakin baik tumbuh kembangnya, begitu juga sebaliknya. Namun, tak jarang orang tua justru merupakan penyebab dari masalah gangguan mental pada remaja.

Jika seandainya orang terdekat menjadi sumber penyebab gangguan mental, lantas kepada siapa remaja mencurahkan isi hatinya? Hal tersebut seringkali menjadi topik pembahasan pada forum-forum yang berkaitan dengan remaja atau kesehatan mental. Lalu, akibat dari gangguan mental tersebut, tak jarang remaja melakukan upaya bunuh diri dengan metode, gantung diri, menelan racun, melukai diri sendiri, dan kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar disebabkan oleh depresi.

Depresi pada remaja merupakan sebuah kondisi serius yang dapat mempengaruhi perilaku, emosi, cara berpikir, dan sifat permanen yang membutuhkan penganganan serius dari berbagai pihak untuk mengatasinya. Di mana berawal dari kondisi stres yang tidak ditangani, kemudian berujung ke arah depresi(Ktut Dianovinina,2018.

Menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO(2014), depresi menempati peringkat ke-4 sebagai penyakit yang ada di dunia dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai oleh perasaan bersalah, kehilangan minat atau kesenangan, kehilangan kosentrasi akibat kurang tidur, nafsu makan berkurang sehingga terjadinya penurunan energi,  dan kelelahan akut. Keadaan ini sangat menganggu kemampuan individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Tidak diketahui secara pasti penyebab depresi. Namun, seseorang yang mengidap depresi biasanya disebabkan oleh trauma, pelecehan seksual, kekerasan emosional, dan riwayat keluarga.

Selama pandemi tingkat depresi di Indonesia meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan dua tahun belakangan. Kenaikan angka depresi ini mencapai 28 persen yang melibatkan 1.161 responden dari periode Maret hingga April 2020 yang kemudian pada tahun 2021, kenaikan angka depresi tersebut bertambah hingga menjadi 32 persen.

Salah satu kasus akibat depresi terjadi di Kebayoran Baru, Jakarta selatan, pada tanggal 20 Maret 2021 pukul 09.28 WIB. Di depan Markas Polres Jaksel dihebohkan dengan kedatangan remaja berinisial M (17) yang berusaha melakukan percobaan bunuh diri. Diketahui secara pasti penyebab percobaan bunuh diri tersebut berdasarkan hasil wawancara dari Ibu M bahwa M menderita Skizofrenia dan beberapa kali melakukan upaya bunuh diri. Salah satu penyebabnya yaitu, M mengalami depresi karena terpengaruh video porno.

Karena beberapa kasus depresi yang berujung kepada kematian, banyak informasi yang menawarkan penanganan atau solusi agar angka depresi dapat berkurang. Salah satunya, berdasarkan konsep islam yang banyak memberikan petunjuk bagaimana cara untuk menjaga dan memelihara kesehatan mental menjadi lebih baik.

Penanganan dalam konsep islam ini lebih didasarkan pada individu remaja tersebut, namun orang tua tetap harus memberikan pendampingan dalam solusi kesehatan mental pada remaja yang di antaranya:

  • Ta'dib dan Tazkiyah

Orang tua memberikan perhatian lebih dalam pengasahan kemampuan emosional dan spiritual kepada remaja karena keseimbangan keduanya merupakan kunci kesehatan secara rohani

  • Tilawah

Orang tua mendidik anak untuk gemar membaca karena dengan membaca pengetahuan akan semakin luas dan mengurangi gangguan mental pada masa remajanya.

  • Ta'lim

Di setiap peristiwa yang terjadi, orang tua memberikan contoh bagaimana menghadapi permasalahan duniawi dan dengan begitu, remaja akan matang menghadapi masalahnya di masa dewasa.

  • Tarbiyah

Meski remaja sudah dianggap mampu memutuskan permasalahan sendiri, remaja tetap memerlukan kasih sayang orang tua dengan tindakan sederhana, seperti memeluk dan mencium karena remaja akan merasa diapresiasi.

Dapat disimpulkan dari solusi di atas bahwa remaja masih sangat membutuhkan pendampingan dari orang-orang terdekatnya dalam berhadapan dengan emosi dan sosialnya. Oleh karena itu, remaja menginginkan pemahaman serta pengertian dari orang tua agar tercipta hubungan yang harmonis di antara keduanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun