Jarak antar kendaraan juga menjadi berdekataan dan tidak tersebar rata. BRT yang memiliki jalur khusus pun rawan terhambat di persimpangan atau bagian jalan yang bercampur dengan jalan umum. Jalur BRT juga harus dijaga kesterilannya dari kendaraan lain sehingga tidak ada penghambat.
Penglaju juga semakin bertambah dengan semakin banyaknya tempat tinggal yang didirikan di pinggiran kota dan pertambahan penduduk. Pertumbuhan jumlah penglaju yang tidak sebanding dengan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur membatasi usaha penguraian kepadatan penumpang.
Jika ingin menambah armada tetapi jalur yang dilalui sudah padat atau kemacetan terus tetap terjadi, kendaraan tersebut tetap akan terhambat dan justru menambah waktu tunggu.
Penglaju yang akan terus bertambah meningkatkan kebutuhan akan transportasi umum yang memadai. Infrastruktur yang mencukupi dan terawat dengan baik diperlukan sehingga lalu lintas dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi insiden atau kecelakaan.
Kenyamanan transportasi umum diusahakan ditingkatkan. Integrasi dan pilihan moda yang banyak serta kemudahan di trotoar juga membantu kelancaran. Dapat dilihat perkembangan transportasi umum di Jakarta terus membaik. Namun tetap saja belum cukup untuk menampung semua penglaju ke tempat dan dalam waktu yang tepat.
Sementara ini, para penglaju akan terus terbiasa dengan keseharian jam-jam sibuk di stasiun, halte, dan jalanan Jakarta hingga tercapainya keseimbangan kebutuhan dan ketersediaan akan transportasi umum yang nyaman, aman, dan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H