Mohon tunggu...
Fathihul Ikhsan Sugiharto
Fathihul Ikhsan Sugiharto Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Ekonomi dan bisnis angkatan 2023

menyukai hal tentang gaya hidup sekitar dan politik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pandemi Obesitas dan Diabetes:Mengungkap Ancaman yang Tersembunyi bagi Generasi Z

30 Mei 2024   13:30 Diperbarui: 30 Mei 2024   13:34 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara perhatian terus terfokus pada isu-isu kesehatan seperti merokok dan penyalahgunaan narkoba, ada ancaman yang tengah berkembang diam-diam di kalangan generasi Z: pandemi obesitas dan diabetes. Meskipun mungkin terabaikan, kedua kondisi ini menimbulkan risiko kesehatan yang serius, bahkan mungkin lebih besar daripada rokok dan narkoba.

Fakta Tentang Pandemi Tersembunyi
Obesitas dan diabetes telah menjadi masalah kesehatan yang merajalela di segala penjuru dunia, dengan proporsi yang semakin terjamin, terutama di antara generasi Z. Generasi Z, yang dibesarkan di era di mana teknologi semakin canggih dan makanan cepat saji menjadi semakin mudah diakses, secara tidak langsung terdorong untuk mengadopsi cara makan yang dianggap kurang sehat serta gaya hidup yang pasif. Faktor-faktor ini, bersama dengan tekanan akademis yang tinggi dan tekanan sosial yang konstan, membentuk sebuah lingkungan yang ideal bagi perkembangan masalah kesehatan ini. Dalam lingkungan di mana tuntutan akademis yang berat dan ekspektasi sosial yang tinggi merajalela, individu muda cenderung menemukan penghiburan dalam makanan cepat saji yang tidak mengandung nilai gizi seimbang dan gaya hidup yang tidak terstruktur.

Obesitas: Lebih dari Sekadar Estetika
Obesitas bukan sekadar persoalan penampilan; itu juga merupakan risiko serius terhadap kesehatan. Dalam konteks obesitas, risiko kesehatan yang terkait meliputi peningkatan kemungkinan mengembangkan berbagai kondisi medis serius, termasuk diabetes tipe 2, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker tertentu. Adapun dampak psikologis seperti penurunan harga diri dan depresi juga sering kali terjadi. Generasi Z yang mengalami obesitas beresiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan berbagai penyakit serius, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan juga beberapa jenis kanker. Dampak psikologis seperti rendahnya harga diri, kecemasan, dan depresi juga seringkali terjadi.

Diabetes: Membawa Beban Masa Depan
Diabetes tipe 2, yang dahulu dianggap sebagai penyakit yang umumnya terjadi pada usia dewasa, kini semakin sering terjadi pada remaja dan bahkan anak-anak. Penyimpangan ini dari pola tradisional muncul seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas dan gaya hidup tidak sehat di kalangan generasi muda. Generasi Z yang menderita diabetes berisiko mengalami konsekuensi kesehatan serius dalam jangka panjang. Hal ini meliputi kerusakan saraf yang dapat mengganggu fungsi sensorik dan motorik tubuh, masalah penglihatan yang mencakup retinopati diabetik yang dapat menyebabkan kebutaan, serta masalah kardiovaskular seperti penyakit jantung, stroke, dan hipertensi yang dapat mengancam jiwa. Dampaknya tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tapi juga menjangkiti aspek ekonomi dan kualitas hidup. Biaya perawatan kesehatan yang melonjak dapat menimbulkan beban finansial yang berat bagi individu dan keluarga yang terkena dampaknya. Selain itu, kualitas hidup yang terganggu, termasuk gangguan mental dan sosial yang sering menyertainya, dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja, berinteraksi secara sosial, dan menikmati kehidupan sehari-hari secara menyeluruh.

Zat yang Lebih Berbahaya dari Rokok dan Narkoba?
Meskipun kesadaran akan bahaya obesitas dan diabetes semakin meningkat, masih ada faktor yang sering diabaikan yaitu peran penting bahan tambahan tertentu dalam meningkatkan risiko kedua kondisi tersebut. Gula tambahan, lemak trans, dan pengawet buatan adalah contoh bahan-bahan ini yang umumnya terdapat dalam makanan dan minuman yang banyak dikonsumsi oleh generasi Z.

Gula Tambahan: Si Manis yang Membunuh
Gula tambahan, yang sering terselip di dalam makanan olahan dan minuman ringan, telah secara konsisten terbukti menjadi penyebab utama peningkatan berat badan serta meningkatkan ketahanan insulin, juga menjadi faktor utama yang berisiko dalam perkembangan diabetes tipe 2. Sumber gula yang tidak alami ini mempercepat penimbunan lemak tubuh, sementara juga merusak sensitivitas tubuh terhadap insulin, hormon yang menjaga kadar gula darah dalam tubuh. Konsumsi gula berlebih juga terkait erat dengan sejumlah dampak kesehatan yang serius, termasuk meningkatnya risiko peradangan, pengembangan penyakit hati berlemak, serta munculnya beragam masalah kesehatan lainnya. Peradangan ini tidak hanya mempengaruhi keseimbangan internal tubuh, namun juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronis seperti penyakit jantung, arthritis, dan bahkan beberapa jenis kanker. Sementara itu, penyakit hati berlemak, dapat berkembang menjadi penyakit yang lebih serius seperti sirosis hati atau kanker hati, yang juga merupakan konsekuensi langsung dari konsumsi berlebihan gula. Masalah kesehatan lainnya seperti gangguan metabolisme, gangguan hormonal, dan penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh juga dapat dipicu oleh pola makan yang tinggi gula. Oleh karena itu, mengurangi asupan gula menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan dan mencegah munculnya sejumlah penyakit kronis yang berbahaya.

Lemak Trans: Pembunuh Diam-Diam dalam Makanan Siap Saji
Lemak trans, seringkali tersedia dalam makanan cepat saji, camilan, dan berbagai produk makanan olahan, tidak hanya memperbesar risiko obesitas tetapi juga berhubungan secara langsung dengan peningkatan kemungkinan seseorang terkena diabetes tipe 2. Lemak trans, yang merupakan hasil dari proses hidrogenasi yang digunakan dalam pengolahan makanan, telah terbukti menyebabkan ketidakseimbangan kolesterol, meningkatkan kadar trigliserida dalam darah, dan menyebabkan peradangan kronis di dalam tubuh. Hal ini tidak hanya memperburuk masalah obesitas, tetapi juga menyebabkan resistensi insulin, yaitu kondisi di mana tubuh tidak merespons insulin dengan baik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes tipe 2. Lemak trans mengganggu metabolisme lemak tubuh, meningkatkan peradangan, dan merusak fungsi sel-sel insulin.

Pengawet Buatan: Racun di Dalam Makanan
Penggunaan pengawet buatan dan tambahan bahan kimia dalam makanan olahan sering dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena obesitas dan diabetes. Misalnya, bahan-bahan seperti nitrat, nitrit, dan sulfida, yang digunakan sebagai pengawet daging, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas. Begitu juga, penggunaan perasa buatan, pewarna, dan pemanis tambahan, seperti aspartam dan sukralosa, telah dikaitkan dengan resistensi insulin yang mengakibatkan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2. Beberapa senyawa ini dapat mengganggu fungsi hormon, memperburuk sensitivitas terhadap insulin, dan mengganggu keseimbangan mikrobiota usus. Ketidakseimbangan ini secara langsung berkontribusi pada perkembangan penyakit metabolik seperti obesitas dan diabetes.

Menghadapi Ancaman dan Menyelamatkan Generasi Z
Untuk menanggulangi pandemi obesitas dan diabetes di antara generasi Z, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi. Pendekatan yang mencakup berbagai aspek, termasuk edukasi tentang nutrisi seimbang dan pentingnya aktivitas fisik, promosi gaya hidup sehat di sekolah dan komunitas, serta regulasi yang lebih ketat terhadap iklan makanan tidak sehat yang ditujukan pada kaum muda. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pilihan gaya hidup sehat dan menyediakan akses yang lebih mudah terhadap makanan segar dan bergizi.

Tingkatkan keterbukaan informasi pada label makanan agar konsumen memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kandungan dan dampak kesehatannya, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam memilih makanan. Hal ini termasuk menyediakan informasi yang jelas dan mudah dimengerti tentang kandungan gizi, tambahan zat-zat kimia, dan potensi risiko kesehatan yang terkait dengan produk makanan tersebut. Oleh karena itu, konsumen akan lebih terampil dalam memilih makanan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi kesehatan mereka, dan hal ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan tanggung jawab mereka dalam menyediakan produk yang berkualitas dan aman untuk kesehatan. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat secara bersama-sama harus berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung adopsi gaya hidup sehat serta memastikan ketersediaan makanan segar dan bergizi lebih mudah diakses bagi semua orang.
Kesimpulan :
Pandemi obesitas dan diabetes membawa ancaman yang tersembunyi tetapi serius bagi generasi Z, dengan prevalensi keduanya yang terus meningkat. Faktor-faktor seperti pola makan tidak sehat, gaya hidup kurang aktif, dan konsumsi zat-zat berbahaya seperti gula tambahan dan lemak trans, semakin mengintensifkan risiko kesehatan. Penting bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk bersatu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat dan memastikan akses mudah terhadap makanan segar dan bergizi bagi semua orang, sambil meningkatkan transparansi informasi pada label makanan untuk membantu individu membuat pilihan yang lebih baik untuk kesehatan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun