Mohon tunggu...
Fathi Hisyam Panagara
Fathi Hisyam Panagara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hai, saya seorang mahasiswa dari prodi pendidikan bahasa Arab, tapi saya memilki ketertarikan dalam seni visual desain grafis, grafitti dan muralis. selain itu saat ini saya sedang menekuni bidang kepenulisan jurnal ilmiah terkait metode, manajemen, evaluasi dan buku ajar dalam pembelajaran bahasa Arab.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Tri Dharma

13 Juli 2024   19:50 Diperbarui: 13 Juli 2024   20:39 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar jam 8 pagi aku terbangun, Matahari menyedekahkan hangatnya, angin lalu-lalang, alhamdulillah, dunia masih baik-baik saja, ya, setidaknya terlihat begitu. Kulihat, kedua kawanku bersiap-siap berangkat kerja, padahal ini hari Sabtu. Entahlah, mereka memang penuh aktivitas. Konon, melalui cerita Ojid, ia dan Opu bekerja di Unit Penyeleksian para Pelurus Negara. Jadi, saya menganggap wajar sekali, apalagi dengan tanggung jawab sebesar itu.

Terhitung dari hari minggu tanggal 7 Juli 24, kami secara legal menempati rumah pak Dodik, beliau adalah seorang satpam di salah satu lembaga pendidikan yang memiliki Kiai terkenal. Inisiatif pindahan ini diajukan oleh Ojid kepadaku dan Opu, ia mengungkapkan kamar kos saat itu akan terasa sempit sekali jika untuk tinggal bertiga, apalagi dengan banyaknya perabotan di dalamnya. aku setuju, Opu hanya berkontribusi dengan anggukan seperti pada umumnya bapak-bapak yang sedang menyimak berita. Begitulah, kesepakatan terjadi. Esoknya, kami survei tempat dan cocok.

Hari itu, kami menghabiskan waktu dengan mengemasi barang-barang dari kos lama untuk dibawa ke "Rumah Tri Dharma", dan merapikan barang-barang sampai saat langit menyuguhkan estetika alamiahnya yang dilabeli cocok untuk perenungan dan menyeruput kopi. Yah, memang momen yang candu. Bagiku, merenung dan "ngopi" bisa dilakukan kapan saja, tidak perlu momen khusus, ataupun saran dari para pakar penikmat momentum alam.

Pagi pertama di Kontrakan ini, setelah kedua kawanku berangkat untuk membentuk tim pengembang dunia, aku memilih untuk melakukan gerakan dukungan secara micro. Ya! Aku akan menumpas benih-benih yang berpotensi membuat kawan-kawanku sakit, sehingga akan menghambat perkembangan dunia ini.

Malamnya, sembari berbicara dengan kekasihku Ana via telepon cerdas, aku juga disibukkan untuk menentukan alamat dan lokasi yang pas di Google Maps, yah, hal ini sudah menjadi kebiasaanku, karena selain berguna untuk kurir paket, kegiatan ini juga berkontribusi dalam pengembangan peta dunia yang memiliki beragam versi. Sekitar jam 10-an malam, kami cukup sepakat untuk menamakannya "Rumah Tri Dharma", aku sendiri tidak ambil pusing, hanya berlandaskan ikatan perkawanan kami, Opu setuju saja, hanya Ojid yang menanyakan apa filosofis-nya? Saya hanya menjawab "ya sudah nanti kamu yang cari" dia hanya merespon "lah loh" dan sedikit tertawa. Tidak ada makna khusus sebetulnya, tapi setelah dipikir-pikir mungkin karena harapan dan pekerjaan kami.

Hari-hari berlalu dengan kegiatanku yang tetap menumpas benih-benih penyakit, keromantisan pagi dan kopi, membaca biografi Paulo Freire, dan menempelkan kertas kado layaknya pameran seni rupa di kaca jendela kamar, karena hangatnya matahari terus memaksaku bangun pagi, oh, tak lupa menerima paket-paket kami. Kegiatan-kegiatan kecil ini mungkin membosankan bagi para Aktivis Revolusi, tetapi bagiku, ini menjadi wisata ketenangan dengan biaya yang murah dan opsi pengisi kelonggaran aktivitasku.

Hari ini, di teras "Rumah Tri Dharma" kami, aku menikmati pagi bersama "Ancika: dia yang bersamaku tahun 1995" karya Pidi Baiq sang Imigran Surga, iya... Cika atau Amer dari akronim nama lengkapnya. setelah menonton versi filmnya di Netflix, buku ini kubeli melalui marketplace oranye dari akun X (dulu: Twitter) bertanda tangan sang Imigran, surat dari Dilan dan Poster Ancika, oh iya, tentu saja dengan kopi, sudah dingin karena seduhan tadi malam. Menikmati cara Dilan melakukan permintaan maafnya kepada Ancika di depan masyarakat Jawa Barat, ajakannya survei tempat kuliah, dan menjadi utusan mama Ancika, keunikan cara-caranya menstimulus diriku untuk menulis cerita ini yang entah masuk dalam kategori apa, aku sih tak begitu bingung, aku hanya ingin menulis, dan yah, begitulah.

Terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun