Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam bagian administrasi Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Tegal, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), memiliki luas wilayah 878,79 km2. Wilayah Kabupaten Tegal seluruhnya berada pada ketinggian antara 0-1600 mdpl. Secara umum, topografi wilayah Kabupaten Tegal dapat dibagi menjadi 3 bagian, bagian utara merupakan wilayah dengan topografi landai yang mencakup dataran pantai utara Jawa. Selanjutnya adalah bagian tengah yang memiliki topografi landai hingga berbukit. Terakhir adalah wilayah dengan topografi bergunung yang berada disisi selatan Kabupaten Tegal. Wilayah bergunung ini disebabkan letaknya yang berada dilereng tengah dari Gunung Slamet.
Banyak potensi lokal yang bisa dikembangkan di Kabupaten Tegal. Potensi lokal tersebut muncul selain dari melimpahnya sumberdaya yang ada, juga muncul dari kebudayaan masyarakat Tegal yang termasuk dalam kebudayaan pesisir dan pegunungan. Kebudayaan pesisir memunculkan potensi lokal berupa kerajinan batik. Batik di Kabupaten Tegal memiliki motif yang beraneka ragam.Â
Dari segi warna, batik Kabupaten Tegal yang merupakan jenis batik pesisir memiliki warna cukup mencolok. Hingga saat ini perkembangan usaha batik Tegalan sudah cukup pesat. Selain batik, Kabupaten Tegal juga terkenal dengan industri konveksi, seperti pembuatan baju, celana, dan lainnya. Industri ini banyak berkembang di Kecamatan Adiwerna. Kebanyakan industri konveksi yang ada merupakan industri rumahan, sehingga memiliki jumlah yang cukup banyak.
Potensi lokal lainnya yang dimiliki oleh Kabupaten Tegal ialah potensi pertanian, khususnya tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura sendiri terdiri dari tanaman sayur, buah, tanaman hias, dan tanaman obat. Tanaman hortikultura banyak ditanam di wilayah Kabupaten Tegal bagian selatan karena wilayah tersebut memiliki ketinggian antara 800-1600 mdpl. Produktivitas dari tanaman hortikultura di Kabupaten Tegal dapat dikatakan baik, khususnya untuk tanaman sayur-sayuran yang produktivitasnya rata-rata mencapai 100 Kw/Ha.
Potensi lokal di Kabupaten Tegal sudah dikembangkan dengan sangat baik. Hal ini tentunya dikarenakan adanya komitmen dari pemerintah daerah untuk terus mengembangkan ekonomi lokal yang ada. Pengembangan potensi lokal melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal bisa dilihat dari banyaknya kegiatan usaha yang bergrak dibidang konveksi dan budidaya tanaman hortikultura. Bahkan untuk tanaman hortikultura sudah mulai dikembangkan kearah agrowisata dan agropolitan. Sedangkan untuk pengembangan ekonomi lokal, pemerintah telah membuat klaster-klaster pengrajin batik Tegalan maupun klaster konveksi.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, kegiatan dibidang konveksi dan tekstil mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 44729 orang ditahun 2015, sedangkan usaha dibidang pertanian hortikultura menyerap tenaga kerja sebesar 31464 pada tahun 2015 (Kabupaten Tegal Dalam Angka, 2015). Dapat dikatakan jika serapan tenaga kerja pada dua kegiatan usaha tersebut termasuk tinggi. Apabila dilihat pula dari rasio kontribusi serapan tenaga kerja di Kabupaten Tegal, kegiatan tekstil dan konveksi menyumbang 7,85% serapan tenaga kerja di Kabupaten Tegal dan untuk pertanian hortikultura menyerap 5,52% dari seluruh tenaga kerja yang ada di Kabupaten Tegal.Â
Disisi ekonomi, industri konveksi dan tekstil pada tahun 2015 memiliki pendapatan sebesar Rp807.409.000,00, berkontribusi dalam menyumbang PDRB Kabupaten Tegal sebesar 3,16%. Untuk pertanian hortikultura menyumbang pendapatan hingga Rp1.083.740.000,00 dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 4,24%.
Jika melihat data-data yang ada, bisa ditarik kesimpulan bahwa peranan ekonomi lokal pada bidang konveksi, tekstil, dan budidaya tanaman hortikultura di Kabupaten Tegal cukup signifikan dalam memajukan wilayah Kabupaten Tegal. Terlihat dari banyaknya tenaga kerja yang terserap dari adanya kegiatan di usaha-usaha tersebut serta cukup tingginya pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan konveksi, tekstil, serta pertanian hortikultura. Ke depan apabila pemerintah Kabupaten Tegal terus serius menggaarap pengembangan ekonomi lokal, bisa dipastikan daya saing Kabupaten Tegal kian meningkat, bisa jadi dapat mengalahkan kota-kota lain di Jawa Tengah maupun di Indonesia.Â
Terlebih jika melihat laju pertumbuhan ekonomi pada masing-masing kegiatan tersebut, dimana kegiatan tekstil dan konveksi memiliki laju pertumbuhan 2,15% dan pertanian hortikultura laju pertumbuhannya mencapai 4,40%. Sangat dimungkinkan di masa-masa yang akan datang, ekonomi Kabupaten Tegal akan benar-benar didukung oleh ekonomi lokal yang ada.
Kabupaten Tegal memang masih jarang dilirik oleh investor skala besar. Ketidakminatan investor banyak disebabkan oleh faktor masih kurang memadainya infrastruktur yang ada. Ditambah pula Kabupaten Tegal masih dirasa sebagai kabupaten yang kurang maju bila dibanding dengan kabupaten atau kota yang lain. Oleh karena itu ekonomi lokal di Kabupaten Tegal masih sangat mendominasi sistem perekonomian yang ada. Masyarakat terus didorong untuk membuka usaha-usaha baru dengan pemanfaatan sumberdaya lokal yang dimiliki. Tidak jarang, cerita-cerita keberhasilan pengembangan ekonomi lokal juga menjadi pendorong bagi masyarakat untuk ikut terlibat dalam pengembangan ekonomi lokal.
Pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tegal membawa dampak yang cukup baik bagi perkembangan wilayahnya. Terlihat dari meratanya perkembangan wilayah antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lain. Bahkan pusat pertumbuhan di Kabupaten Tegal tidak terkonsentrasi hanya di Kecamatan Slawi sebagai ibukota kabupaten, tetapi juga berada di kecamatan lain. Pusat pertumbuhan muncul pula di Kecamatan Adiwerna sebagai salah satu pusat industri konveksi dan tekstil.Â
Di Kecamatan Bumijawa dan Bojong, keduanya menjadi pusat pertumbuhan bagi kecamatan-kecamatan yang berada disisi selatan dan jauh dari ibukota Kabupaten Tegal. Dengan demikian, pembangunan di Kabupaten Tegal bisa dilakukan dengan cara merata. Hal tersebut menunjukan bahwa ekonomi lokal mampu mengatasi disparitas antar wilayah yang selama ini menjadi momok menakutkan dalam pengembangan wilayah
Secara khusus, pemerintah belum mengeluarkan peraturan terkait pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tegal terjadi secara alamiah atau turun-temurun. Belum ada penanganan serta pelatihan lebih lanjut oleh pemerintah dengan menggandeng pihak ketiga, dalam hal ini pihak swasta atau non pemerintah.Â
Meski demikian, pemetintah dan masyarakat berinisiatif untuk membuat suatu forum usaha ekonomi lokal sebagai wadah untuk lebih mengembangkan ekonomi lokal yang ada yang bernama FEDEP. FEDEP juga merupakan jaringan bagi kabupaten atau kota di Jawa Tengah yang sedang mengembangkan ekonomi lokal. Adanya FEDEP membantu masyarakat dan pemerintah lokal dalam merencanakan pembangunan ekonomi lokal.
Menurut data yang dikeluarkan oleh FEDEP, potensi lokal yang ada di Kabupaten Tegal terdiri dari beberapa klaster, yakni klaster batik dan konveksi, klaster hortikultura, klaster shuttle kock, dan klaster industri logam. Kesemua klaster yang ada berkembang dengan baik di Kabupaten Tegal. Klaster industri logam, misalnya menjadi salah satu klaster andalan pula bagi Kabupaten Tegal dalam meningkatkan daya saing. Klaster ini terdiri dari berbagai macam usaha logam, mulai dari usaha skala kecil hingga besar.
Industri logam di Kabupaten Tegal sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan masih tetap eksis hingga sekarang. Eksistensi industri logam Kabupaten Tegal bahkan telah tersebar hingga mancanegara sampai-sampai Kabupaten Tegal dijuluki sebagai Jepangnya Indonesia. Untuk usaha shuttle kock pun tidak kalah dengan industri logam yang ada. Shuttle kock buatan masyarakat Tegal telah digunakan dibanyak pertandingan bulutangkis baik tingkat nasional maupun internasional. Ini disebabkan oleh kualitas shuttle kock yang cukup baik. Usaha ini juga sudah berlangsung lama, sayangnya untuk saat ini geliat usaha shuttle kock sudah mulai menurun.
Ekonomi lokal sudah sejak lama tumbuh dan berkembang di Kabupaten Tegal. Banyak sebab yang mendasari perkembangannya, seperti budaya lokal serta keanekaragaman sumberdaya alam. Kebanyakan industri lokal yang ada merupakan industri turun-temurun sejak zaman pemerintahan Belanda.
 Pemerintah Kabupaten Tegal sendiri pada dasarnya tidak memiliki kiat-kiat khusus dalam pengembangan ekonomi lokal karena dengan sendirinya usaha-usaha lokal terseut berkembang. Pemerintah hanya mencoba ikut serta dalam kelembagaan FEDEP dimana kelembagaan tersebut dipimpin oleh pengusaha lokal dengan pemerintah sebagai wakilnya.
Perkembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tegal banyak memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perkembangan Kabupaten Tegal. Hal itu dapat dilihat dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja dan juga pendapatan daerah yang cukup besar. Pada tulisan ini, usaha ekonomi lokal yang coba diulas adalah usaha yang bergerak pada kegiatan tekstil dan konveksi, serta tanaman hortikultura.Â
Alasannnya adalah kedua kegiatan tersebut masih akan bertahan dalam waktu yang cukup lama dengan perkembangan yang semakin signifikan. Kedua kegiatan tersebut dari sisi jumlah usahanya mencapai 1183 usaha kecil pada kegiatan tekstil dan konveksi dan 9937 unit usaha kecil diegiatan pertanian hortikultura. Jumlah ini akan terus bertambah mengingat keberhasilan masyarakat Kabupaten Tegal telah dirasakan oleh mereka sendiri dan keberhasilan itu menjadi motivasi untuk masyarakat lain untuk membuka usaha baru dibidang tekstil, konveksi, dan budidaya tanaman hortikultura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H